Salah Satu Aset Negara

Didalam kemacetan jalan yang menjebaknya, Arsyad memegang ponsel milik sopirnya. Lalu membaca pesan dari sang ibu. Iya merasa bersalah karena tak bisa menjemput Hana dengan tepat waktu. Iya mencoba beberapa kali menghubungi mamanya, tapi tak diangkat. Akhirnya Arsyad memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Di jalan, Nada sangat berhati-hati dalam mengemudikan sepeda motornya.

"Ibu tidak apa-apa naik sepeda motor? " Tanya Nada.

"Tidak... Dulu ibuk juga selalu naik sepeda motor kemana-mana" Hana menjawab sambil mengelap air hujan yang menerpa wajahnya. Iya merasa jika Nada adalah seorang anak yang berhati tulus.

"Kita pelan-pelan saja ya buk. Jalannya licin" Nada berbicara.

"iya, pelan-pelan asal kita selamat" Jawab Hana. Setelah itu Nada fokus pada kemudi sepeda motornya.

Tak sampai 30 menit. Hana mengarahkan Nada untuk berbelok ke sebuah rumah. Eetelah memencet klakson, seorang satpam membukakan pintu gerbang. Awalnya satpam tersebut ragu. Tapi Hana segera memanggilnya.

"Terimakasih ya nak" Nada membuka helmnya. Iya menunggu Hana membuka jas hujan.

"Iya buk" Hana ingin menaruh jas hujan tersebut. Tapi Nada segera memintanya.

"Biar saya buk, saya mau langsung pulang" Ucap Nada. Ucapannya sontak membuat Hana menatap dirinya.

"Nada, ini sudah jam 9. Masih gerimis. Berteduhlah disini dulu" Hana merasa tak rela berpisah dengan Nada.

"Terimakasih buk Hana. Tapi mohon maaf, saya harus pulang. Ada tugas yang belum saya selesaikan" Jawab Nada menolak dengan sopan.

"Tapi baju kamu basah nak, kamu bisa ganti baju ibuk dulu" Hana berkata dengan lembut.

"Terimakasih buk. Sekali lagi saya harus pulang. Tugas saya benar-benar menumpuk" Nada menolak dengan halus. Hana pun tak bisa menolak. Akhirnya Nada memakai jas hujannya lalu pergi setelah berpamitan kepada Hana. Hana memandang kepergian Nada dengan perasaan khawatir. Iya berjalan masuk kedalam rumah.

Di tengah jalan, Arsyad sudah keluar dari kemacetan. Iya baru sampai pintu gerbang rumah Utama. Saat akan menekan klakson, pintu gerbang terbuka. Seorang mengendarai sepeda motor mengenakan jas hujan dan helm keluar dari gerbang. Iya mengangguk kepada satpam. Arsyad memperhatikan pemotor tersebut. Iya tak tahu juga tak kenal siapa dia.

"Terimakasih" Saat Arsyad membuka kac mobil dan menyapa satpam. Mobilnya perlahan melaju ke halaman. Begitu sampai, sopir Arsyad keluar dengan membawa 2 payung dan memberikan kepada Arsyad.

"Terimakasih, kamu istirahatlah" Ucap Arsyad sambil menerima payung tersebut lalu melangkah masuk kedalam rumah. Pintu dibukakan oleh seorang pelayan perempuan.

"Tuan" Pelayan tersebut membungkukkan badan.

"Mama sudah sampai? " Tanya Arsyad saat pelayan tersebut mengambil tas darinya.

"Sudah tuan muda" Pelayan tersebut menjawab dengan menundukkan pandangan. Itu adalah aturan dirumah Utama. Setiap berbicara dengan lelaki, harus menundukkan pandangan. Karena bukan muhrim. Arsyad melangkah menuju kamarnya.

"Arsyad sudah pulang Din? " Tanya Hana kepada Dina.

"Sudah nyonya. Tuan muda sedang menuju kamarnya" Jawab Dina. Seorang pengasuh Arsyad dan Arsyida. Dan sekarang menjadi pelayan kepercayaan Daffa dan keluarga.

"Terimakasih" Hana mengucapkan terimakasih karena Dina sudah mempersiapkan makan malam.

"Iya nyonya, sama-sama" Jawab Dina sopan. Iya sangat betah bekerja kepada Hana. Karena majikannya sangat baik. Selalu mengucapkan terimakasih atas semua bantuan yang dilakukan pelayannya. Serta selalu mengucapkan kata maaf jika salah. Daffa mendidik keluarganya agar bisa menghormati dan menghargai orang lain.

"Mama, maaf Arsyad lama turunnya" Ucap Arsyad ketika datang lalu duduk di meja makan.

"Makan dulu" Hana berbicara sambil mengambilkan nasi ke piring anaknya. Mereka makan dalam keadaan diam.

Setelah mengantarkan Hana, Nada segera kembali karena iya punya pekerjaan malam ini. Setelah mengendarai sepeda motornya selama kurang lebih 20 menit. Iya segera masuk kerumah dan membersihkan diri. Begitu selesai, iya melaksanakan sholat isya' lalu menyalakan laptopnya. Beberapa saat kemudian, iya ingat dengan pr yang belum dia sentuh sama sekali.

"Ada beberapa pekerjaan rumah yang belum selesai. Lupa lagi aku. Lebih baik ngerjain tugas aja dulu" Gumam Nada pada diri sendiri. Nada kembali menutup laptop dan menuju ruang belajar, mengambil buku lalu mengerjakan tugasnya.

"Mama, maafin Arsyad ya" Setelah makan malam selesai, Arsyad meminta maaf kepada mamanya.

"Tak apa Arsyad. Tadi mama ketemu sama anak. Namanya Nada. Dia masih SMK. Dan kebetulan sekali dia sekolah di IT International" Jawab Hana terlihat bersemangat menceritakan Nada.

"Mama tadi dianternya sama dia? " Tanya Arsyad penasaran.

"Iya, sayang sekali dia ngga mau mampir. Katanya ada tugas belum diselesaikan" Hana terlihat sedih.

"Mama jangan khawatir. Nanti Arsyad pasti bisa temuin gadis itu" Arsyad menghibur Hana. Tiba-tiba ponsel Arsyad berbunyi. Arsyida menghubungi mama dan saudara kembarnya dengan Video Call.

"Assalamualaikum. Mama, Arsyad" Terpampang gambar Daffa dan Arsyida dengan tuan Aji dan ibu Sarah.

"Wa'alaikumsalam. Arsyi, papa. Oma sama Opa" Hana membalas sapaan dari Arsyi.

"Mama sama Arsyad lagi apa? " Tanya Arsyida.

"Pangggil kakak Arsyi. Aku ini kakak kamu" Tiba-tiba Arsyad menyahut.

"Ih kamu ini. Iya deh... Kak Arsyad ku yang paling tampan" Jawab Arsyi Sadis. Akhirnya mereka berbicara lewat VC. Mengobrol melepas kangen.

"Jadi kan pulang besok? " Tanya Hana.

"Jadi ma, Insya Allah. Udah kangen masakan mama, hehe..." Arsyi tersenyum menunjukkan giginya yang putih.

"Di jemput kak Haidar yaa... Cieee ciee" Arsyad menggoda saudara kembarnya. Mereka sudah berumur 25 tahun. Tetapi masih suka saling menggoda. Sedangkan Haidar kini sudah menjelma menjadi seorang lelaki dewasa berumur 33 tahun. Terdengar lelaki yang sudah matang dan mapan. Tapi dari segi penampilan, iya terlihat masih berumur 25 tahunan. Daffa dan Hana memberikan pengertian kepada kedua anak kembarnya jika Haidar bukanlah kakak kandungnya. Mereka pun mengerti. Karena bagaimanapun mereka bukan muhrim. Terutama untuk para wanita.

Sedangkan di dalam sebuah rumah sederhana. Setelah menyelesaikan tugas sekolah, Nada berkutat dengan laptopnya. Nada bukanlah siswa biasa, iya adalah seorang siswa dengan status yang berbeda. Yaitu karena kelebihan yang iya miliki, kini iya bekerja dengan menjadi seorang peretas yang membantu negara menyelesaikan masalah. Iya... Nada adalah seorang hacker profesional, iya merupakan sosok yang menjadi salah satu aset negara. Karena kelebihannya itu, iya mampu menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri. Gajinya dalam membantu menyelesaikan masalah negara lebih dari cukup jika hanya digunakan untuk menghidupi dirinya sendiri. Namun Nada tidak seegois itu. Iya pernah merasakan sakitnya dilihat sebelah mata oleh saudaranya sendiri dan orang-orang sekitarnya. Iya tak ingin menjadi salah satu dari orang tersebut. Jadi diusianya yang masih muda, iya menjadi salah satu aset negara yang disegani didunia peretas. Bahkan di dunia sekempok Mafia besar, namanya juga terkenal disana. Dia memperkenalkan diri bukan sebagai Nada, tapi sebagai seorang gadis bernama Hamba Allah. Iya tak ingin terlihat mencolok agar tidak mempersulit hidupnya kini dan nanti dimasa yang akan datang.

TBC.

Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!