Pembullyan

Setelah kepergian Hana dan Daffa. Nada segera membereskan semuanya. Ternyata Hana menepati janjinya untuk mampir kerumah Nada. Setelah selesai semuanya, Nada harus berkutat dengan pekerjaannya. Iya menyalakan komputer dan mengerjakan pekerjaannya. Menyelesaikan tugas dengan penuh hati-hati

...Kira-kira gambaran PC Nada seperti ini saat sedang bekerja....

~Keesokan Harinya~

Pagi ini, Nada berangkat ke sekolah lebih awal. Iya tak mau terjebak macet seperti kemarin. Namun saat memasuki halaman sekolah, Nada merasakan perutnya yang lapar. Iya berniat untuk ke kantin. Berjalan melewati koridor sekolah, iya mendengar suara ribut-ribut dibelakang kelas. Karena rasa ingin tahu, iya berjalan mendekat. Iya terkejut saat sudah mendekat. 4 siswa laki-laki sedang membully seorang anak laki-laki juga tanpa ada perlawanan.

"Hmmmm" Nada berdehem saat sudah berada di belakang mereka sambil bersandar di tembok dengan posisi miring. Iya merekam seluruh kejadian didepannya.

"Widih... ada yang datang" Ucap seseorang diantara mereka. Nada menoleh dengan senyum sinisnya. Seketika pandangan para siswa tersebut tergagu saat Nada menatap mereka. Entah apa yang difikirkan para siswa lelaki tak berperasaan itu.

"Cantiknya..." Ucap salah satu dari mereka dengan terus memandangi Nada.

"Kamu... Kamu benar-benar siswa sini? " Terdengar suara terbata-bata. Nada tersenyum penuh arti ke mereka. Iya segera membuka botol minum yang dipegangnya. Lalu menyiramkan air ke 4 anak berandalan itu. Sesaat kemudian mereka tersadar dari pandangan kekaguman yang melebihi batas dipertama kali melihat Nada.

"Siaal... Beraninya kamu" Seorang siswa mengumpat dengan suara lantang penuh amarah.

"Kak, tolong pergilah. Aku ngga mau kakak di bully sama kaya aku" Tiba-tiba seorang anak yang dibully berbicara dengan suara ketakutan. Terlihat jika anak itu mengenali Nada.

"Wooow.... Kakak kelas rupanya. Hebat. Ada juga yang mau belain idiot ini" Ucap seorang siswa.

"Kamu mau diapain neng sama kita-kita? Mau ngajak senang-senangkah? " Tanya Seorang siswa yang sedari tadi berdiri didepannya.

"Sepertinya menyenangkan juga" Imbuhnya.

"Kak pergilah" Anak yang dibully itu merasa takut dan khawatir atas keselamatan gadis di depannya. Dia bernama Rengga.

"Kalian apakan dia? " Tanya Nada.

"Hahahaahaha.... Haahahha... Hahahaha..." Seketika ucapan Nada menjadi bahan tertawaan berandal sekolah itu.

"Kenapa... kamu mau nolongin dia? " Balas seorang siswa dengan nada sombong.

"Iya... Lepaskan dia" Balas Nada dengan santai.

"Berani sekali kamu" Ucap seorang laki-laki dibelakang 3 orang siswa.

"Kak... Cepet pergi. Jangan berurusan dengan mereka" Rengga tambah khawatir.

"Kamu ini siapa? Beraninya menghentikan kesenangan kita... Kamu fikir kita akan berhenti hanya karena kamu cantik" Ketua dari kelompok berandalan tersebut berjalan maju, perlahan mendekati Nada. Terlihat nametag nya bernama Welly.

"Aku cuma ngga mau ada kekerasan disekolah. Kasihan anak yang kalian bully" Jawab Nada kesal.

"Hmmm... Besar juga nyalimu cantik. Kamu ngga tahu siapa aku? " Tanya Welly.

"Huuhh... Kamu fikir aku tidak pernah mendengar desas-desus tentang sikap urakan kalian? Mereka tidak berani melaporkan kalian karena takut pada kalian. Seberpengaruh apa sih sebenarnya kalian disini? Atau... Jangan-jangan, kalian memang sengaja membuat onar dengan membully siswa yang tidak mampu? " Tanya Nada pelan.

"Tangkap dia" Welly berkata. Seorang dengan lantang dan sombong berkata.

"Serahkan ke saya saja bos. Perempuan banyak bacot" Ucap Andre sambil melangkah mendekat ke Nada. Rengga berteriak meminta supaya Nada pergi dari sana sebelum sesuatu terjadi padanya. Nada dengan tenang namun waspada menunggu kedatangan Andre. Iya sudah menyusun sebuah rencana. Dibelakangnya ada tutup selokan yang berlubang. Bisa masuk namun akan sulit untuk dikeluarkan.

"Kak, lari..." Teriak Rengga. Andre sudah semakin dekat. Tangannya berusaha meraih Nada. Namun dengan cepat nada mengeraskan lengan kirinya. entah apa yang dilakukan Nada. Hal tersebut membuat Andre malah terpeleset dan kaki satunya masuk kedalam lubang selokan. Rencana Nada berhasil.

Melihat seorang temannya tidak bisa menangkap gadis cantik berhijab di depannya. Dua anak segera mendekat untuk melakukan hal yang sama. Disaat sudah mendekat, Nada mengeraskan kedua lengannya kembali. Di waktu bertepatan kedua anak didepannya sudah benar-benar dekat dan hampir meraih kedua tangannya, Iya memukul di pipi kanan dan kiri anak itu sekaligus. Seketika mereka berdua pingsan karena saking kerasnya pukulan Nada.

"Boleh juga kemampuan kamu" Welly, Bos siswa berandalan tersebut mendekat. Iya bersiap-siap untuk memukul Nada. Nada yang sudah sigap dengan gaya santainya, memegang tangan Welly lalu memutar kebelakang. Seketika Welly mengaduh kesakitan karena tangannya dipelintir.

"Aduh-aduh... Lepas. Sakit tolong lepas. Tolong" Teriak Welly.

"Hmmm... Segini aja? " Tanya Nada dengan ucapan sinis.

"Iya... Aku mengaku kalah denganmu. Tolong lepasin" Welly meminta dengan suara memelas. Sebelum melepaskan, Nada membuat Welly merintih kesakitan. Setelah lepas. Welly merasakan sakit ditangan kanannya.

"Kalau aku melihat kalian membuat ulah lagi, aku tidak akan segan-segan mematahkan tangan kalian" Ucap Nada sambil berjongkok dan berbisik di samping telinga Welly. Welly tidak bisa melakukan apa-apa karena tangannya sangat sakit. Nada beranjak lalu meninggalkan anak-anak itu. Namun panggilan Rengga membuatnya berenti dan membalikkan badan.

"Kak... Terimakasih" Ucap Rengga tak mau menyebut nama Nada. Takut jika Welly dan teman-temannya mengetahui.

"Maaf, aku lupa sama kamu... Hehe" Nada tersenyum. Rengga menghampirinya. Terlihat Nada yang mengambil sesuatu dari tasnya.

"Sini, biar aku obatin luka kamu" Ucap Nada. Iya segera menyemprotkan alkohol ke lengan Rengga.

"Tahan ya, perih dikit ini" Nada berkata sambil menyemprotkan alkohol spraynya. Sedangkan Rengga dengan tenang memandangi wajah Nada. Iya begitu kagum pada gadis cantik didepannya.

"Jaga mata. Kita bukan muhrim" Tiba-tiba Nada berkata dengan dingin. Iya memperingatkan Rengga.

"Maaf-maaf. Aku ngga sengaja" Jawab Rengga.

"Sini, biar aku pasangkan plaster" Nada membuka bungkus plaster lalu menempelkan di lengan Rengg tanpa menyentuh. Begitu selesai, Nada beranjak pergi. Namun lagi-lagi Rengga memanggilnya.

"Thank's" Nada menoleh sambil tersenyum.

"Jangan katakan hal ini kepada siapapun, dan jangan pernah menyebut hal ini jika suatu saat kita bertemu lagi, oke" Nada berkata sambil berlalu. Sedangkan Rengga melongo dengan ucapan Nada. Iya kembali kekelasnya tanpa mempedulikan Welly dan teman-temannya yang merintih kesakitan.

Di kantin, Nada segera memesan makanan. Iya merasa lapar sejak pagi. Saat sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba ada 3 siswa perempuan datang dan membicarakan Welly. Mereka merasa senang dengan apa yang terjadi kepada berandal sekolah itu. Sudah lama banyak anak yang di bully. Namun tak ada yang berani menegur ataupun melaporkan kepada pihak sekolah. Mereka memilih diam daripada harus mencari masalah dengan geng welly. Yang terkenal diantara para siswa, bahwa ayah Welly adalah seorang ketua geng mafia. Ada beberapa guru yang tahu juga. Namun mereka juga memilih untuk diam karena takut. Tapi hari ini, Welly berhasil ditundukkan oleh seorang gadis berhijab. Yang mereka tidak tahu siapakah gadis itu.

"Aku seneng banget dengernya. Biar mereka jera dan tidak semena-mena terhadap yang lain" Ucap seorang siswi.

"Jangan keras-keras. Nanti ada yang denger" Salah seorang diantara mereka berbisik.

"Kalau bisa kita tahu siapa gadis itu, pasti aku akan mendukungnya. Sayang kita ngga tahu" Sahut yang satunya lagi.

"Hahaha... pokoknya aku seneng banget denger berita ini" Sahut seorang lagi.

"Mereka memang pantas mendapatkan ini" Jawab teman didepannya sambil makan.

"Kita lihat, apa besok mereka masih punya muka untuk menampakkan diri. Kalau iya, merek benar-benar ngga punya muka" Seseorang berkata. Sedangkan Nada hanya mendengarkan sambil makan.

Terpopuler

Comments

Danny Muliawati

Danny Muliawati

keren aq suka banget

2023-06-28

0

Anisa Lukas

Anisa Lukas

lanjut Thor....🙏🙏🙏

2021-12-01

0

lihat semua
Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!