Kenangan Dahulu Kala

Saat turun dari pesawat, Arsyad harus menunggu beberapa saat karena sopir yang akan menjemputnya belum juga datang. Iya menunggu sambil duduk disebuah kursi. Tiba-tiba pandangannnya menuju pada seseorang yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Arsyad terus memandang gadis itu. Tanpa sadar, kakinya melangkah mendekat gadis itu. Yang tak lain adalah Nada.

"Assalamu'alaikum" Ucap Arsyad menyapa.

"Wa'alaikumsalam Wr. Wb" Nada menjawab lalu mendongak ke atas menatap seseorang yang mendekatinya.

"Maaf, kakak siapa" Sambil berdiri Nada bertanya.

"Kamu... Kamu ada disini? " Tanya Arsyad terbata-bata.

"Kakak kenal sama saya? " Nada bertanya dengan penasaran.

"Hanya pernah melihatmu, dan belum mengenalmu. Boleh tahu siapa namamu? " Arsyad bertanya dengan mengulurkan tangannya.

"Saya Annisa"  Ucap Nada pelan sambil menunduk menghindari pandangan Arsyad.

"Saya Arsyad" Saat Nada sedang membalas uluran tangannya, tiba-tiba Arsyad merasa seseorang memanggilnya. Iya menoleh dan ternyata Arsyida. Saudara kembarnya.

"Arsyad... Bangun... Arsyad" Arsyida memanggil-manggil nama Arsyad. Arsyad pun bangun dan dengan perlahan membuka matanya. Iya melihat seorang didepan matanya. Arsyad langsung bangkit.

"Annisa..." Ucapnya seketika sambil bangun dari tidurnya. Hal tersebut menimbukan tanda tanya untuk Arsyida.

"Kamu mimpi apa? sambil tidur senyum-senyum sendiri. Giliran sudah bangun manggil Annisa. Siapa tuh? " Tanya Arsyida dengan sedikit menggoda.

"Bukan apa-apa. Kenapa? " Arsyad mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kamu ngga mau turun. Kita sudah sampai" Arsyida berkata sambil membuka pintu mobil disampingnya. Arsyad pun segera turun mengikuti saudara kembarnya.

"Jadi namanya Annisa" Gumam Arsyad sambil tersenyum dan melangkah masuk ke rumah Haidar. Iya tak sadar jika sedari tadi Arsyida memperhatikan dirinya.

"Kamu kesambet apa sih Syad, dari tadi senyum-senyum sendiri" Tanya Arsyida.

"Kepo deh kamu. Udah sana masuk terus istirahat" Arsyad pun berlalu masuk kedalam kamarnya tanpa mempedulikan saudaranya yang cemberut karena jawaban darinya.

~Nada~

Malam ini Nada sudah selesai membersihkan beberapa kamar yang akan di tempati abah Ayub dan keluarganya. Setelah makan malam, iya bergegas membersihkannya supaya tamunya merasa nyaman dalam istirahatnya. Dengan di temani dan dibantu oleh ummi Nafi, akhirnya pekerjaan itu selesai juga.

"Terima kasih ummi"  Nada tersenyum dengan sumringah saat semuanya selesai.

"Sama-sama. Istirahatlah, besok beraktifitas lagi. Kamu sekolah kan besok? " Tanya ummi Nafi sambil mengelus kepala Nada.

"Iya ummi. Ummi juga harus istirahat ya. Nada tinggal dulu" Nada membalas senyuman ummi Nafi lalu keluar kamar. Didepan kamar iya berpapasan dengan abah Ayub.

"Selamat istirahat abah" Sapa Nada sambil membungkuk. Abah Ayub tersenyum dan mengangguk.

Iya berjalan untuk menuju kamarnya sendiri. Saat akan membuka pintu, gus Zidan memanggilnya.

"Nada..." Suara gus Zidan.

"Enggeh Gus. Ada yang bisa saya bantu" Nada kembali menoleh ke belakang. Terlihat gus Zidan dan kang Ali sedang menatap dirinya.

"Ada apa ya gus? " Tanya Nada mengulangi pertanyaannya.

"Gus saya masuk dulu ya" Kang Ali meminta izin untuk masuk ke kamar terlebih dahulu. Gus Zidan mengangguk.

Setelah kang Ali menutup pintu, gus Zidan maju beberapa langkah mendekati Nada. Nada yang tahu itu hanya bisa menunduk.

"Saya... Saya mau minta maaf soal tadi sore. Saya tidak bermaksud kurang ajar sama kamu" Gus Zidan mengucapkan itu dengan gugup.

"Tidak apa-apa gus. Seharusnya saya yang berterimakasih atas bantuan dari guse. Kalau tidak ada gus Zidan. Mungkin saya akan jatuh ke lumpur" Nada menjawab dengan sopan dan tersenyum. Iya tak berani memandang gus Zidan didepannya.

"Emm... Kalau sudah tidak membutuhkan apa-apa, saya ke kamar dulu gus" Nada tetap pada pandangannya yang kebawah.

"Nada... Terimakasih" Hanya itu yang gus Zidan katakan. Selebihnya iya terdiam sambil memandang wajah Nada yang sangat cantik dan menyejukkan itu.

"Sama-sama" Jawab Nada. Iya berbalik dan membuka pintu lalu masuk kedalam kamar. Setelah menutup pintu. Nada memegangi dadanya. Jantungnya seakan bermaraton saat berada di depan gus Zidan. Iya mengucap istighfar lalu berjalan menuju tempat tidur. Baru beberapa langkah, terdengar suara ponselnya yang berdering. Tertera nama Vian dilayar itu.

"Assalamualaikum... Iya bang, Ada apa? " Tanya Nada saat sambungan telepon sudah tersambung.

"Nada... Cepat lakukan sesuatu. Ada aktivitas mencurigakan dalam System Bank Indonesia" Ucap Vian tanpa basa basi dari seberang telepon.

"Ok" Nada langsung menutup panggilan itu dan dengan cepat berlari kearah komputernya. Begitu komputer sudah menyala, iya segera melaksakan apa yang sudah menjadi tugasnya.

Diluar kamar, gus Zidan masih memandang pintu kamar Nada yang baru saja tertutup. Untuk beberapa saat, iya terdiam. Namun tiba-tiba iya merasa haus. Gus Zidan kembali kedapur untuk mengambil minum. Setelah mendapatkan, iya kembali ke kamar yang iya tempati bersama kang Ali. Namun pandangan matanya tertuju pada kamar Nada lagi.

"Mungkin dia masih mengerjakan tugas" Gumam gus Zidan saat melihat lampu kamar Nada yang masih menyala. Iya masuk kedalam kamar. Ternyata kang Ali pun juga belum tidur.

"Kok belum tidur kang? " Tanya gus Zidan.

"Belum bisa gus. Nungguin gus Zidan" Jawab kang Ali sambil melepas kopiah, sarung dan baju kemejanya. Begitupun dengan gus Zidan. Iya melakukan hal yang sama. Mereka merangkak naik ke atas tempat tidur. Gus Zidan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur. Terlihat memikirkan sesuatu.

"Gus Zidan mikirin apa to? " Terdengar suara kang Ali bertanya.

"Menurutmu siapa kang? " Gus Zidan kembali bertanya tanpa bergerak sedikitpun, apalagi memandang lang Ali yang berada disampingnya.

"Neng Nisa? " Kang Ali menebak.

"Nama panggilannya Nada" Gus Zidan memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang.

"Bagaimana to gus ceritanya. Saya ndak tahu. Kenapa gus Zidan memikirkan neng Nada sampai seperti itu? " Tanya kang Ali serius.

"Nada itu... Cinta pertama ku kang. Dari kecil aku suka sama dia. Tapi... Dia tidak tahu. Saat itu kita masih kecil. Kita sering menghabiskan waktu bersama. Abah sama ummi sudah menganggapnya anak sendiri. Karena memang orang tua Nada adalah santri ndalem. Mereka sama-sama yatim. Dan dinikahkan pula sama abah dan ummi. Karena kita masih sama-sama kecil, aku ndak berani bilang. Hanya dipendam dalam hati. Saat Nada pergi, sekuat hati aku menahan. Emosi, amarah juga rasa apa yang entah belum pernah aku rasakan. Bertahun-tahun aku tidak bisa melupakan Nada. Hingga akhirnya aku menemukan neng Nazwa. Meskipun tidak saling komunikasi, jarang sekali bertemu. Aku tahu neng Nazwa suka sama aku. Begitupun sebaliknya. Perlahan aku bisa melupakan Nada. Namun hari ini... Semuanya runtuh..." Gus Zidan menghentikan ceritanya. Terlihat matanya memerah.

"Dulu, saat Nada akan berangkat bersama ustadz Samsul. Dia memberiku ini" Ucap Gus Zidan sambil mengeluarkan gelang tasbih dari dompetnya.

Terpopuler

Comments

ErlanggaChannel05 Rafly

ErlanggaChannel05 Rafly

segerah halalin aj nada & arsyad hehehe.....

2021-12-08

1

ErlanggaChannel05 Rafly

ErlanggaChannel05 Rafly

emm... siap ya kira - kira yg akan menjadi pendamping nada?.....

2021-12-06

0

Reva Novianti Pasaribu

Reva Novianti Pasaribu

aduh kayak nya kisah cinta Gus Zidan rumit nih
masa lalu blom terselesaikan
semoga Gus Zidan menghilangkan rasa cinta nya dengan nada dan semoga cinta Gus Zidan bersama nazwa
aamiin.......

2021-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!