Kembali ke Indonesia

"Kenapa repot-repot nak. Ini saja sudah cukup" Nada berkata saat Nada akan kebelakang lagi.

"Satu lagi buk" Nada tersenyum lalu berlalu. Setelah kembali iya menyuguhkan sebuah kue.

"Sudah-sudah. Sudah cukup. Sini duduk bareng kita" Hana berkata sambil menepuk kursi kosong disebelahnya. Semua itu tak luput dari perhatian keluarga abah Ayub.

"Nada... Masa ummi ngga dikenalkan dengan ibu dan bapak ini" Ummi Nafi berkata sambil tersenyum.

"Oh... Maaf ummi, abah. Perkenalkan, ini ibu Hana dan ini bapak Daffa suaminya" Ucap Nada dengan senyum indahnya. Menampakkan 2 lesung di pipi kanan dan kirinya. Membuatnya semakin menawan.

"Mohon maaf. Ibu ini apa saudara Nada dari Jawa Timur atau dari mana ya? " Hana bertanya dengan ragu-ragu.

"Iya, kami memang saudara Nada. Dari Ponorogo" Jawab ummi Nafi ramah.

"Mereka abah sama ummi dari pesantren darussalam buk, yang pernah Nada ceritakan waktu itu" Ungkap Nada.

"Maa Syaa Allah... Jadi beliau berdua ini kyai yang kamu maksud sayang? " Hana bertanya dengan suara terkejut. Selanjutnya iya meraih tangan ummi Nafi dan mencium punggung tangannya.

"Mohon maaf atas ketidaksopanan saya bu nyai. Pak kyai" Hana membungkuk.

"Sudah bu Hana, pak Daffa tidak perlu seperti itu" Abah Ayub berkata dengan ucapan tak enak.

"Sudah-sudah. Jangan seperti itu. Biasa saja bu Hana" Abah Ayub berkata dengan bijaksana.

"Beruntung sekali Nada, dikelilingi oleh orang-orang baik" Ucap Hana. Dan merekapun akhirnya saling bertukar cerita.

Setelah mengobrol, akhirnya Hana dan Daffa pamit untuk pulang.

"Bu nyai silahkan mampir" Ucap Hana ramah.

"Terimakasih nyonya"

~Twin A~

Di dalam pesawat, Arsyad tampak tidak sabar. untuk turun. Setelah kurang lebih 7 jam dalam perjalanan, akhirnya pesawat mendarat dengan selamat.

"Syad, pelan-pelan napa" Ucap Arsyida.

"Makanya jalannya cepetan dikit dong" Arsyad berkata sambil menoleh ke arah adiknya.

"Huh, ngga sabaran sekali sih" Arsyida melengos lalu duduk di kursi tunggu.

"Mau kemana? sopir kita belum datang" Arsyida menarik lengan Arsyad dan menyuruhnya untuk duduk.

"Sabar napa Syad. Nanti juga bakal ketemu" Arsyida mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Muncullah ide jahil Arsyad. Iya segera meraih ponsel saudara kembarnya.

"Arsyad ih, balikin ngga? " Ucap Arsyida.

"Bentar, pinjam bentar doang Arsi" Arsyida memanyunkan bibirnya. Iya pun terdiam.

"Sabar napa. Nanti juga bakal ketemu" Arsyad terus menggoda adiknya. Arsyida yang mendengar kata-katanya kembali ke dirinya sendiri menghela nafas dalam-dalam.

"Halo" Sebuah panggilan VC, tampak wajah Haidar memenuhi layar ponsel Arsyida yang dipegang kakaknya.

"Hai kak, kita sudah sampai di Indonesia" Arsyad berkata dengan suara yang dibuat-buat. Bukannya menjawab, Haidar malah tertawa terbahak-bahak. Lain halnya dengan Arsyida, iya terlihat cemberut.

"Mana? " Tanya Haidar.

"Apanya yang mana kak? " Arsyad pura-pura bodoh. Iya melirik ke arah Arsyida dan mendapati adiknya dengan wajah yang kesal.

"Hahahha... Tuh lihat tuan putri" Arsyad mengembalikan ponsel Arsyida. Raut wajah Arsyi berubah cerah seketika.

"Kak, Arsyad selalu gangguin" Arsyida mengadu kepada Haidar. Haidar hanya tersenyum sambil memandang Arsyida dari layar ponselnya. Saat cemberut seperti itu, Arsyida terlihat sangat menggemaskan, imut sekali.

"Jangan kesel gitu dong adeknya kakak yang paling cantik" Haidar berkata lalu tersenyum. Tiba-tiba Arsyida memalingkan muka dari kakaknya. Arsyad yang mengetahui hal tersebut lantas mengambil ponsel Arsyida.

"Malu kak. Merona dia... Hahhahaa" Arsyad seakan terhibur dengan kejadian ini.

"Matiin dulu ya... Oh iya, sopir sudah di depan. Kesanalah" Haidar mematikan telepon tanpa persetujuan setelah mengatakan itu.

"Nih. Ayo... Yang jemput sudah sampai" Arsyad meraih tangan Arsyida lalu menariknya. Setelah berjalan beberapa saat, sopir yang menjemput mereka sudah menunggu.

"Ayo..." Arsyida terdiam dan hanya mengikuti kakaknya.

"Selamat sore tuan muda, nona muda" Sapa sang sopir.

"Sore" Jawab mereka berdua.

"Kita mau kemana dulu tuan, nona. Atau langsung pulang saja" Tanya sopir tersebut dengan ramah.

"Aku laper, kita makan dulu" Arsyida mengatakan itu sambil fokus dengan ponselnya dan tanpa menoleh ke arah sopir.

"di rumah makan xyxy saja pak" Arsyad berkata. Melihat adiknya yang sangt fokus pada ponsel, iya menggelengkan kepala. Tiba-tiba ponsel Arsyad sendiri berdenting tanda pesan masuk. Setelah dibuka ternyata dari orang-orang yang dia suruh untuk mencari gadis bernama Annisa.

"Tuan, kami sudah mendapatkan seluruh informasi tentang semua gadis SMA bernama Annisa" Pesan dari orang suruhannya. Arsyad langsung melakukan panggilan.

"Datanglah ke kantor, aku akan kesana" Begitu sambungan telepon terhubung. Setelah mengatakan itu, Arsyad mematikan panggilannya tanpa menunggu apapun.

"Kita ke kantor saja. Tapi sebelumnya kita beli makan dulu" Arsyad berkata sambil menaruh ponselnya di saku. Iya tersenyum sendiri.

"Jangan senang dulu tuan muda Utama. Belum tentu mereka menemukan gadis incaranmu itu" Ucap Arsyida sarkastik. Iya seakan ingin tertawa melihat saudara kembarnya tersenyum memikirkan gadis yang belum diketahui namanya itu.

"Kamu tahu nona muda, tuan Muda Utama yang kamu ragukan kemampuannya ini, tidak pernah gagal dalam mencapai misiku. Apa kamu lupa itu? " Balas Arsyad sambil tersenyum smirk.

"Aku bahkan tidak pernah tahu dirimu berhasil dalam urusan cinta tuan muda" Mereka bercanda, tetapi seakan saling menjatuhkan.

"Calon nona muda Mandala, ketahuilah. Bukannya aku gagal dalam urusan cinta. Tapi tuan muda ini masih malas berurusan dengan yang namanya cinta. Percayalah, suatu saat kamu akan menyesal telah mengatakan aku gagal" Arsyad membalas. Sopir di kursi kemudi merasa ingin tertawa karena kedua majikan di belakangnya itu.

"Tuan muda Utama, apa kamu lupa bagaimana aku. Tolong jangan anda memprovokasi, anda tahu saya sedang lapar? " Arsyida berkata dengan wajah cemberut. Sedangkan sopir di depan mereka sudah tak mampu lagi menahan tawa.

"Bwahahahhaha" Begitu iya terlepas untuk tertawa. Sopir itu langsung menutup mulutnya dengan satu tangan setelah mendapat tatapan tajam dari kedua anak bos besar itu.

"Apa ada yang lucu? " Arsyida bertanya dengan nada dingin.

"Atau kamu mau separo dari gajimu kupotong untuk membayar denda karena anda telah menertawakan kami? " Arsyad menambahkan.

"Maaf tuan dan nona. Saya kelepasan" Sopir tersebut tersenyum-senyum sendiri mendengar perdebatan dua saudara kembar itu.

"Jangan lupa berhenti lo pak" Ucap Arsyida.

"Kebanyakan senyum, situ habis obatnya? " Arsyad menambahkan karena melihat senyuman diwajah lelaki paruh baya itu.

"Hehe... Maaf tuan, nona. Saya akan berhenti disana" Sang sopir mengurangi kecepatan mobil yang iya kendarai. Dan berhenti di depan sebuah rumah makan.

"Ayo pak. Bapak belum makan kan? " Arsyad mengajak sang sopir untuk masuk.

"Terimakasih tuan muda. Tapi biarkan saya menunggu disini saja" Sopir itu membungkuk. Iya menolak tawaran tuan muda Utama dengan sopan.

"Ngga usah malu, kita ini sama-sama manusia pak. Ayo" Arsyad menarik tangan pak sopir dan mengajaknya ke dalam.

"Kalau ngga mau potong aja kak gajinya" Arsyida menyeringai.

"Baik tuan dan nona muda. Terimakasih banyak" Akhirnya sopir itu mau masuk ke dalam.

Daffa memang mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak memandang sebelah mata. Mereka tetap menghargai siapapun orangnya, menghormati siapapun yang lebih tua dari mereka. Itulah yang diajarkan terhadap anak-anaknya sejak kecil. Hingga tak ada yang bersikap arogan ataupun merendahkan.

Terpopuler

Comments

Anisa Lukas

Anisa Lukas

Lanjut Thor,,,🙏

2021-12-09

0

ria aros

ria aros

tuan muda yang baik hati

2021-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!