Gus Zidan

Saat kepergian Nada. Lelaki itu terus memandang hingga Nada sudah tak terlihat lagi. Tiba-tiba seseorang di dalam mobil turun dan memanggil namanya yang membuat dirinya kembali sadar.

"Gus Zidan. Mbaknya sampun mboten wonten" Ucap seorang lelaki lebih tua darinya. (Gus adalah sebutan untuk seorang anak kyai. Sedangkan bahasa jawa itu artinya Mbaknya sudah tidak ada).

"Oh kang Ali, Maaf" Ucap Zidan ketika iya sudah tersadar.

"Monggo gus, menawi abah sampun nenggo ( Mari gus. Mungkin abah sudah menunggu) " Gus Zidan mengangguk lalu berjalan ke arah mobil dan masuk. Mereka melanjutkan perjalanan.

~Twin A~

"Syad, kamu kenapa? " Haidar bertanya karena penasaran. Karena sejak berangkat dari Indonesia, Arsyad terlihat lebih pendiam.

"Arsyad tuh dari kemarin kaya suka nglamun gitu kak. Ngga tahu deh kenapa" Arsyi menyahut.

"Kamu ngga enak badan ya? " Haidar khawatir. Namun Arsyad hanya menggeleng.

"Kita pulang ya Ars, kasihan papa kerja sendiri" Tiba-tiba Arsyad mengajak pulang. Iya tak mengerti ada apa dengan hatinya. Yang pasti setelah menatap Nada, hatinya gelisah. Bayangan Nada selalu muncul. Semakin Arsyad ingin melupakan, semakin besar pula bayangan itu menghampirinya.

"Kenapa sesulit ini sih. Padahal sebelumnya aku ngga pernah seperti ini" Batin Arsyad.

"Tidak... Kita belum jalan-jalan Arsyad. Lagipula kamu kenapa sih. Ngga biasanya seperti ini" Arsyida menolak untuk diajak pulang.

"Ya sudah... Kita jalan-jalan dulu. Nanti habis kamu puas sama jalan-jalannya, kita pulang ya" Arsyad menghela nafas berat. Iya tak mungkin meninggalkan Arsyida di sini sendirian.

"Yeaah... Gitu dong. Jauh-jauh datang kesini masa cuma pindah tempat tidur aja" Arsyida menyebikkan bibirnya. Mereka semua tertawa karen ucapan Arsyida.

Setelah selesai sarapan, Haidar pamit untuk pergi ke kantor kepada adik-adiknya.

"Arsyi, Arsyad, kakak berangkat dulu. Nanti akan ada sopir yang mengantarkan kalian. Hati-hati. Kalau ada apa-apa cepat hubungi kakak" Haidar berpesan kepada kedua adiknya itu.

"Oh iya bi, nanti bibi bisa ikut sama mereka. Biar ngga bosen dirumah" Setelah memberitahu Arsyad dan Arsyi, iya berkata kepada ART nya. Iya lah yang mengurus apartement Haidar selama Haidar tidak ada dirumah. Seorang gadis muda dari Indonesia yang mendapat beasiswa ke Korea. Haidar mempekerjakan dia karena anak itu butuh tempat tinggal. Sedangkan Haidar membutuhkan bantuan tenaganya.

~Jakarta~

"Pah, aku pengen ketemu sama Nada" Hana berkata sambil meletakkan secangkir teh di atas meja dikamar, lalu mendekatkan kepada suaminya.

"Kalau sekarang tidak bisa ma, lagi hujan. Papa juga baru pulang dari kantor" Daffa mengelus kepala Hana dengan lembut. Membelai rambut sang istri.

"Bagaimana kalau besok saja. Setelah kita pulang dari kantor. Nada juga mungkin ada dirumah kalu sore. Kaya waktu itu" Daffa mengecup kening sang istri sambil berbicara. Hana mengangguk dengan senyuman.

"Mumpung... Mumpung sepi" Daffa mengedipkan sebelah matanya. Hana paham maksud suaminya. Iya pun mengangguk. Perlahan, Daffa membaringkan istrinya di sofa.

"Kita pindah kesana saja ya" Hana menunjuk ranjang. Daffa mengangguk lalu bangkit. Mereka berjalan menuju ranjang king size itu. Mereka merengkuh keindahan syurga dunia.

~Gus Zidan~

Gus Zidan dan kang Ali segera turun dari mobil. Terlihat abah dan ummi yang menunggu. Mereka berdua segera mendekat.

"Abah Ummi. Ngapunten radi telat (Abah Ummi, maaf sedikit terlambat) " Ucap Zidan yang langsung mengambil barang bawaan abah dan umminya. Tak luput juga kang Ali mendekat dan membantu gus Zidan.

"Ndak apa-apa le. Memangnya kamu tadi kemana kok telat? " Tanya Ummi Nafi saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Tadi tidak sengaja Zidan nyeprot (menciprati) seorang anak SMA ummi. Zidan turun minta maaf" Jawab Zidan.

"Tapi gus Zidan dapat rejeki nomplok um" Sahut kang Ali tiba-tiba. Sontak Zidan melotot mendengar ucapan kang Ali.

"Rejeki nomplok opo to Al? " Tanya ummi penasaran. Zidan langsung menoleh ke arah Ali. Ali pun malah cengengesan.

"Mboten ummi, musibah sanes rezeki" Jawab Zidan sambil menatap Ali tajam.

"Nek cerita ki mbok ya sing jelas to. Ben ummi ke ngerti ( Kalau bercerita mbok ya yang jelas to. Biar ummi itu ngerti) " Abah Ayub tiba-tiba menyahut. Kalau sudah begini, Zidan tidak bisa menyembunyikan apa-apa lagi.

"Jadi tadi waktu Zidan turun buat minta maaf ke gadis itu. Tiba-tiba celana jas hujannya nyantol di standard sepeda motornya. Kan kasihan bi kalau jatuh. Apalagi disamping sepeda motornya itu kubangan air campur sama lumpur. Zidan langsung nangkap dia" Jelas Zidan dengan menunduk.

"Tapi Zidan ndak sampai nyentuh kulitnya sedikitpun abah, ummi. Orang dia pakai jas hujan dan yang kelihatan cuma mukannya aja" Jelas Zidan sebelum abahnya memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Tapi pandangannya lama banget abah" Ali menyahut. Zidan menunduk.

"Tapi ngga sengaja bah, Gadis itu Maa Syaa Allah cantiknya... Kaya bidadari bah. Nembe niki mirsani lare ayune kados ngoten ( Baru kali ini melihat anak yang cantiknya seperti itu) " Kang Ali segera menambahkan.

"Kalian ini, baru lihat gadis cantik saja sudah kaya gitu. Nanti kalau lihat bidadari yang sesungguhnya bagaimana? " Ucap abah Ayub berkata.

"Yaa.. palingan mboten saged berpaling bah (Kemungkinan tidak bisa berpaling bah) " Jawab kang Ali.

"Sudah-sudah bahasnya gadis itu. Ali sekarang kita ke alamat ini ya" Abah Ayub memberikan secarik kertas. Zidan menerima lalu membacanya.

"Perumahan pratama, blok A nomor 19 Jakarta Timur" Baca Zidan. Iya melirik kang Ali yang fokus menyetir.

"Kalau ke Jakarta Timur, dari sini jauh ngga Al? " Tanya Abah Ayub.

"Ini juga Jakarta Timur bah. Gus Zidan, tolong buka google map ya. Saya tidak tahu dimana letak perumahan itu" Ucap Kang Ali meminta tolong kepada Gus Zidan di sampingnya. Zidan mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya.

"Sekitar 1 jam perjalanan kang Ali" Gus Zidan memberitahu perkiraan waktunya.

"Semoga saja tidak macet ya" Kang Ali berkata lalu kembali fokus pada kemudinya. Iya menyetir menuju perumahan pratama.

"Memangnya ini rumah siapa bah? " Tanya Gus Zidan.

"Itu rumahnya ustadz Samsul. Yang dulu ngabdi dipesantren sama istrinya. Yang pas istrinya melahirkan Annisa, meninggal. Setelah Annisa lulus MI, Ustadz Samsul ngajak anaknya kesini. Dia pernah nelpon abah dan ngasih tahu alamatnya. Karena ini kita disini kita mampir dulu untuk silaturahmi" Jawab abah Ayub. Semua penumpang dimobil itu mangguk-mangguk.

Setelah menempuh perjalanan kurang dari satu jam setengah. Rombongan abah Ayub sudah sampai disebuah rumah sederhana. Berlantai 2, simple dan sangat terawat. Ada banyak jenis bunga ditanam di halaman rumah itu. Terlihat tentram sekali menempatinya. Abah segera mendekat ke pagar besi yang tidak lebih tinggi dari dirinya itu. Mengetuk-ngetuk gembok pagar sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum... " Ucap abah Ayub. Namun tak ada jawaban. Abah Ayub mencoba mengulangi lagi. Namun tetap tidak ada jawaban. Tiba-tiba terlihat seorang yang mengendarai sepeda motor mendekat.

"Wa'alaikumsalam wr wb" Mohon maaf. Saya baru pulang" Ucap gadis itu. Yang tak lain adalah Nada. Iya segera turun dari motor lalu membuka pintu gerbang. Setelah memasukkan motornya. Iya mempersilahkan tamunya masuk. Dan lain halnya dengan tatapan gus Zidan dan kang Ali yang masih menunggu di dalam mobil.

Terpopuler

Comments

Anisa Lukas

Anisa Lukas

Lanjut Thor....🙏

2021-12-03

0

Reva Novianti Pasaribu

Reva Novianti Pasaribu

apakah nada akan berjodoh dengan Arsyad atau guz Zidan
yg dukung nada berjodoh dengan Arsyad kita satu server

2021-12-03

5

lihat semua
Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!