Memasak

~Nada~

Mata yang terpejam perlahan terbuka. Nada mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Perlahan iya duduk dan merangkat mengambil minuman di meja. Sudah pukul setengah 4 dini hari. Nada segera bangun. Setelah selesai melaksanakan sholat malam, iya segera bergegas pergi ke dapur. Memeriksa stok beras.

"Alhamdulillah... masih ada beras. Cukuplah untuk sehari ini. Nanti pulang sekolah aku harus membeli beras" Gumam Nada dengan memindahkan beras ke wadah untuk dicuci. Setelahnya iya menanak nasi menggunakan rice cooker. Perlahan iya berjalan menuju kulkas. Memeriksa stok sayuran. Ada beberapa jenis sayuran, tempe, bakso beku, dan telur. Nada segera mengambilnya.

"Dimasak apa yaa? " Nada tampak berfikir. Iya lalu teringat ponselnya katena iya tidak terlalu pandai memasak. Setelah menelusuri, iya menemukan sebuah resep cacjay. Segera iya mempraktikkan. Nada memang sengaja menyediakan stok bumbu instan.

"Masukkan sayuran lalu ditumis. Setelahnya masukkan bawang merah, bawang putih, cabai sedikit dan garam. Garamnya jangan banyak dulu ah, ntar keasinan" Gumam Nada sambil membaca tulisan di ponselnya.

"Tambahkan sedikit air" Nada menuangkan setengah gelas air lalu menutup sayuran itu. Setelah beberapa saat iya kembali membuka dan menuangkan bumbu kaldu kedalamnya.

"Test rasa" Ucap Nada.

"Alhamdulillah... Tidak buruk-buruk amat lah" Nada menambahkan sedikit gula. Setelah itu mematikan kompor. Berjalan menuju kulkas dan mengambil beberapa telur. Iya menggorengnya menjadi satu. Tak banyak bumbu yang dia masukkan, Hanya kaldu rasa ayam. Menggorengnya diatas teflon. Tak lama saat sedang menggoreng, terdengar suara adzan subuh berkumandang. Iya segera menyelesaikan pekerjaannya. Lalu kembali kekamar untuk mandi, melaksanakan kewajiban dan bersiap-siap.

Pukul 05.00, Nada keluar kamar. Terlihat semua orang sudah berkumpul di kursi.

"Assalamualaikum" Nada menyapa mereka. Mendekat dan duduk bersama. Gus Zidan memperhatikan Nada sebentar.

"Wa'alaikumsalam" Jawab semuanya.

"Nada... Kamu tadi bangun jam berapa to nduk. kok sarapan sudah siap seperti itu? " Tanya ummi Nafi.

"Jam 4 ummi. Maaf Nada bisanya cuma masak sederhana" Jawab Nada sambil tersenyum.

"Kok sudah berseragam to neng Nada. Apa berangkat sekolah sepagi ini? " Tanya kang Ali.

"Sebelum sholat subuh biasa sekalian mandi kang, jadi ya langsung pakai aja seragamnya" Jawab Nada. Ummi Nafi tersenyum melihat Nada.

"Bocah kok cantiknya kaya gini" Ummi Nafi mencubit gemas pipi Nada.

"Nad, jaga pandangan lo. Kecantikanmu bisa menimbulkan fitnah kalau disalah gunakan" Gus Zidan berkata. Ucapannya membuat semua orang memandang ke arahnya.

"Insya Allah gus" Nada menunduk menyembunyikan rasa malunya.

"Oh iya, mari sarapan dulu" Ucapan Nada mendapat tatapan dari semua orang disitu.

"Hehe... Ada yang salah ya? " Tanya Nada tersenyum sambil menggaruk tekuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Nada, ini baru jam 5 lebih. Kita tidak terbiasa makan sepagi ini nduk" Ucap ummi Nafi.

"Hehe... Maaf semuanya. Nada terbiasa sarapan pagi-pagi buta. Soalnya kalau berangkat sekolah kepagian, bisa terlambat ummi. Disini macet banget ngga kaya di Ponorogo" Jawab Nada.

"Oh iya, sebentar ya, Nada kebelakang dulu" Ucap Nada. Tak lama kemudian iya kembali dengan beberapa minuman. Kopi dan teh diatas nampan.

"Silahkan diminum dulu kalau begitu. Nada mau sarapan dulu. Terus berangkat sekolah" Nada menunduk lalu berjalan kebelakang lagi. Iya menuju meja makan dan sarapan sendirian.

Pukul setengah 6 lebih sedikit, Nada sudah mengambil tas dan bersiap untuk berangkat sekolah. Iya menuju ruang tamu untuk berpamitan kepada keluarga abah Ayub.

"Ummi, Abah... Nada berangkat sekolah dulu ya" Nada bersalaman dengan semuanya.

"Jangan sungkan ya ummi. Anggap rumah sendiri. Nada sekolah dulu" Nada tersenyum sambil menyalakan sepeda motornya.

"Nada, biar saya antar" Ucap gus Zidan yang tiba-tiba keluar dari rumah sambil menatap Nada.

"Bukannya tidak mau gus, tapi mohon maaf. Nanti kalau gus Zidan mengantarkan, pulangnya Nada gimana? " Nada menolak dengan halus. Iya tak mau senam jantung hanya karena gus Zidan berada di sampingnya.

"Kan bisa dijemput" Jawab gus Zidan dingin.

"Satu lagi nggeh gus. Kalau diantarkan pakai mobil, Nada bakal lama diperjalanan. Soalnya ngga bisa nyalip" Nada berkata sambil menggigit bibir bawahnya. Gus Zidan menghela nafas berat mendengar itu. Ada benarnya juga.

"Ya sudah, hati-hati dijalan" Gus Zidan tersenyum. Nada pun tersenyum mendengar itu.

"Nada berangkat dulu ya ummi, gus Zidan" Setelah memakai masker dan helmnya, Nada melajukan sepeda motornya.

"Assalamualaikum" Nada menoleh dan tersenyum. Ummi dan gus Zidan memandangi kepergian Nada.

~Hana~

Nada ikut ke kantor pagi ini. Iya terlihat bersemangat karena sepulang dari kantor nanti iya akan menemui Nada. Saat berada di perjalanan, iya melihat Nada yang berangkat sekolah. Gadis itu sedang membeli nasi kuning dipinggir jalan. Saat sudah selesai membeli, Nada memakai masker dan helmnya kembali. Semua itu tak luput dari pandangan Hana dan Daffa.

"Pah, itukan Nada" Hana menunjuk kearah penjual nasi kuning.

"Iya.. Itu Nada" Jawab Daffa.

"Berhenti dulu pah. Mama pengen lihat Nada" Ucapan Hana membuat Daffa menggelengkan kepala. Saat Nada sudah selesai dengan semuanya, iya melajukan sepeda motornya. Perlahan Daffa pun juga. Tiba-tiba Nada berhenti di pinggir jalan. Terlihat Nada memberikan satu kantong plastik makanan yang baru iya beli kepada seorang jalanan yang menggendong anak kecil dan menuntun seorang anak juga.

"Sungguh luar biasa" Hana memuji kebaikan Nada.

"Dia itu bukan gadis sembarangan ya sayang. Lihat saja" Daffa berbicara sambil memandang pemandangan didepannya.

"Ayo pah. Nada sudah berangkat" Hana menyuruh suaminya untuk berjalan.

~Arsyad~

"Arsyad... Jaga Arsyida. Jangan ditinggal sendirian" Haidar berpesan kepada Arsyad.

"Ngga bakalan diambil orang juga lah kak. Santai aja" Arsyad menjawab dengan santai.

"Langsung pulang. Jangan kemana-mana ya. Nanti kalau sudah sampai, hubungi cepat hubungi kakak" Kini Haidar berpesan kepada Arsyida.

"Kakak cepat pulang ya. Jangan lama-lama" Arsyida tersenyum. Haidar mengangguk dan membalas senyuman Arsyida. Iya menatap sebentar. Namun pandangan itu tak mau berpaling. Hingga tiba-tiba suara Arsyad mengagetkan mereka berdua.

"Ntar kalau sudah di Indonesia langsung kawinin aja nih" Ucap Arsyad. Pipi Arsyida memerah dengan sendirinya.

"Kakak turun dulu ya. Hati-hati" Haidar akan memegang tangan Arsyida. Namun Arsyad dengan cepat meletakkan tangannya diatas punggung tangan adiknya. Hal tersebut membuat kesal Haidar dan Arsyida.

"Sini kak, Pegang aja tangan aku. Kalian belum muhrim" Bisik Arsyad menggoda kakaknya.

"Kamu ini" Arsyida menepuk bahu saudara kembarnya dengan keras karena merasa kesal.

"Jangan ada setan diantara kalian" Ucap Arsyad sambil tertawa. Akhirnya Haidar turun meninggalkan mereka berdua. Dengan tatapan sendu Arsyida. Hingga Haidar sudah tak terlihat lagi.

"Bakal rindu nih" Batin Arsyida selepas kepergian Haidar.

Terpopuler

Comments

Reva Novianti Pasaribu

Reva Novianti Pasaribu

Thor perbanyak cerita Haidar dan arsyida ya

2021-12-07

0

Anisa Lukas

Anisa Lukas

Lanjut Thor,,,🙏

2021-12-07

0

Anisa Lukas

Anisa Lukas

Lanjut Thor🙏

2021-12-07

0

lihat semua
Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!