Sore itu, Arsyad baru pulang dari kantor telah berjanji akan menjemput mamanya yang sedang berada di sebuah kajian. Namun tak disangka mobil yang iya kendarai bannya bocor. Arsyad terpaksa menunggu seseorang datang untuk memperbaiki ban mobilnya. Lelaki dewasa berumur 25 tahun menghubungi mamanya, Hana, dan meminta Maaf jika dirinya akan terlambat untuk menjemput. Hana mengerti karena cuaca memang terlihat akan turun hujan.
"Mah, maaf ya. Kelihatannya Arsyad bakal telat jemput mama. Mobil Arsyad bannya kempes" Ucap Arsyad sambil mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Iya sayang, ngga apa. Mama masih di tempat kajian kok" Ucap Hana menjawab putranya. Wanita paruh baya itu sangat sabar dalam menghadapi sesuatu.
"Mama tunggu disana aja sampai Arsyad datang, ini kelihatannya mau hujan juga" Arsyad yang takut jika mamanya menunggu lama. Sedangkan cuaca diluar sana sedang tidak bersahabat.
"Iya, kamu hati-hati" Jawab Hana.
"Iya ma, ini sebentar lagi orang bengkel datang dan orang suruhan Arsyad juga sudah dalam perjalanan kesini" Arsyad menyahut dari balik telepon.
"Ya sudah, mama lanjutin dulu ya" Hana menutup telepon karena merasa tak enak meniggalkan pengajian. Iya segera kembali ke tempat semula dan mendengarkan ceramah dari seorang Kyai.
~Annisa Qodrunnada~
Sore ini sepulang dari madin (Madrasah Diniah), Annisa Qodrunnada atau biasa dipanggil Nada segera menuju tempat pengajian yang diadakan ditempat iya belajar mengaji. Nada yang menyukai hal-hal yang berbau agama selalu semangat dalam melakukan aktivitas seperti itu.
Hampir satu jam lamanya setelah pengajian selesai. Nada ingin pulang. Namun tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat. Iya pun terpaksa menunggu hingga hujan reda. Lama menunggu hampir 1 jam. Hujan baru reda dan Nada segera mengenakan jas hujannya. Namun saat akan menaiki sepeda motornya. Iya melihat seorang wanita paruh baya. Iya sendiri disana dan tak ada seorangpun yang menemani. Karena hari sudah habis isya', terlihat sangat gelap karena langit sedang mendung. Nada berinisiatif untuk menemani wanita itu. Karena Nada berfikir jika wanita itu juga baru saja selesai menghadiri pengajian. Nada mendekat dan menyapa wanita paruh baya tersebut dengan sopan.
"Assalamu'alaikum" Ucap Nada mengaturkan salam.
"Wa'alaikumsalam wr wb" Jawab Wanita paruh baya itu.
"Mohon maaf bu, apa ibu sendirian disini? " Tanya Nada.
"Eh iya nak. Ini anak ibu belum datang, jadi ibu nunggu" Ucap Hana, wanita paruh baya itu.
"Boleh saya menemani ibu. Kebetulan hujannya sedikit deras lagi. Ibu ngga ada temannya" Ucap Nada sopan kepada Hana.
"Apa tidak apa-apa nak kamu menemani ibu? " Hana bertanya karena iya sendiri merasa takut. Malam ini hujan turun deras dan menyebabkan orang-orang malas untuk keluar rumah. Terlihat dari jalan yang sangat sepi.
"Tak masalah bu, rumah saya tidak terlalu jauh dari sini. Nanti setelah anak ibu datang, saya bisa langsung pulang" Nada tersenyum ramah sambil berkata. Hana terlihat menyukai gadis SMA yang berada di depannya itu. Gadis itu membuka jas hujannya dan menampilkan pakaian yang iya kenakan. Melihat itu, Hana pun bertanya.
"Kamu masih sekolah nak? " Tanya Hana.
"Iya bu, saya kelas 3 SMK di IT International" Jawab gadis tersebut.
"Oh iya, nama kamu siapa? " Hana bertanya.
"Saya Nada bu" Jawabnya.
"Saya Hana. Dan apa tidak masalah Nad, kalau kamu menemani ibu disini. Ini sudah jam delapan lo. Nanti kamu di cari orang tua kamu" Tanya Hana.
"Ibu tenang saja, orang tua saya tidak akan mencari. Kalau mereka mencari saya, saya malah takut bu" Jawab Nada sambil tersenyum.
"Maksud kamu bagaimana nak? " Hana merasa bingung dengan ucapan gadis di depannya.
"Saya sudah tidak punya orangtua bu Hana. Mereka sudah berbeda alam sejak saya SMP" jawab Nada sambil tersenyum. Entah senyum macam apa yang tersungging dari bibir gadis bernama Nada ini. Hana merasa tak enak hati.
"Maafkan saya nak Nada, ibu tidak tahu" Hana merasa tak enak hati.
"Tak apa-apa bu, bukan hal yang harus dimaafkan. Karena ibu memang tidak tahu" Nada berusaha menjawab dengan nada yang biasa saja. Hana memandang gadis didepannya. Sangat manis dengan wajah ayu yang cerah dan raut wajah yang sangat menyenangkan untuk dipandang.
"Kalau boleh ibu tahu, kamu tinggal dimana dan dengan siapa? " Tanya Hana membuka percakapan.
"Di perumahan pratama bu, Blok A nomor 19. Nanti kalau ibu sewaktu-waktu kesana, mampir ya, dan saya tinggal sendiri... Hehe" Nada tersenyum cerah menampilkan kedua lesung pipi di sebelah kanan dan kirinya.
"Terimakasih Nada. Kamu cantik sekali. Hatimu juga cantik sama seperti wajahmu" Hana berkata sambil memandang gadis disampingnya.
"Alhamdulillah, terimakasih bu atas pujiannya. Tapi tolong jangan terlalu memuji. Nanti saya terbang kalau jatuh lagi sakitkan" Jawab Nada sambil cekikikan. Dan hal itu sukses membuat Hana tersenyum.
"Selain cantik, kamu juga pandai melawak Nada" Ucap Hana. Iya tersenyum sambil mengelus pucuk kepala berhijab Nada.
Tak terasa, sudah hampir 30 menit mereka mengobrol. Tak ada tanda-tanda Arsyad datang. Bahkan ponselnya tidak bisa di hubungi. Terlihat raut wajah Hana yang cemas menantikan kedatangan putranya. Iya terus mencoba menghubungi Arsyad namun hasilnya nihil.
"Anak ibu dengan siapa. Mungkin ibu bisa menghubungi orang yang bersamanya" Ucap Nada tiba-tiba. Dan Hana teringat jika Arsyad bersama dengan seorang sopir.
"Iya, Arsyad bersama dengan seseorang" Hana langsung menghubungi sopir Arsyad. Begitu tersambung, Hana segera berbicara.
"Pak, dimana Arsyad? " Tanya Hana.
"Ini nyonya" Jawab sopir tersebut lalu memberikan ponselnya ke Arsyad.
"Ma, maaf ya. Jalanan macet banget ngga bisa jalan karena ada kecelakaan. Dan ponsel Arsyad mati tadi jatuh" Ucap Arsyad kepada Hana saat ponsel sopirnya sudah berada ditangannya.
"Ya sudah sayang, mama tunggu ya. kamu ngga usah buru-buru. Mama ada temannya kok" Jawab Hana.
"Maaf ya ma" Arsyad merasa bersalah.
"Bukan salah kamu nak" Hana berkata dengan bijaksana. Iya mengerti dengan situasi dan kondisi. Setelahnya iya menutup panggilan telepon.
Hujan perlahan reda. Nada berniat untuk kembali. Namun iya tak mungkin meninggalkan Hana sendirian. Ini sudah malam.
"Maaf buk, ini sudah setengah sembilan. Sudah malam dan keadaan semakin sepi. Bagaimana kalau bu Hana saya antarkan pulang? " Tanya Nada. Hana bingung harus menjawab apa. Tapi benar juga apa yang dikatakan oleh Nada.
"Ibu Hana bisa mengirim pesan kepada anak ibu untuk langsung pulang saja. Setelah itu ibu saya antarkan pulang. Ini sudah malam nanti ibu sakit. Angin malam tidak baik untuk kesehatan" Ucap Nada berkata lembut kepada Hana.
"Kamu apa tidak masalah nak mengantarkan ibu? Ini sudah malam dan kamu sendirian" Tanya Hana ragu-ragu.
"Tidak apa buk, saya sudah biasa berkendara sendiri. Siang maupun malam. Mumpung belum terlalu malam. Mari! " Nada melepas jas hujan yang dia pakai. Lalu memberikan kepada Hana.
"Ibu pakai jas hujannya saja ya. Ini masih sedikit gerimis" Nada menyerahkan jas hujan itu.
"Kamu bagaimana. Kamu pasti bakal basah nak" Hana ingin menolak.
"Bu, saya ini masih muda. Masih kuat diterpa angin. Insya Allah masih tahan jika hanya dengan hujan-hujanan. Kalau ibu kan sudah berumur, kena hujan biasanya akan flu karena metabolisme tubuh berbeda. Dan ibuk tenang saja, saya ngga gampang sakit... Hehe" Nada menjelaskan dengan tersenyum.
"Sekarang ibu pakai jas hujannya. Kita pulang" Ucap Nada. Hana menuruti keinginan gadis remaja didepannya itu. Iya semakin kagum dengan jiwa sosial gadis berparas cantik dan manis itu. Setelah mengirim pesan kepada Arsyad. Hana diantarkan pulang dengan menaiki sepeda motor Nada.
Didalam kemacetan jalan yang menjebaknya, Arsyad memegang ponsel milik sopirnya. Lalu membaca pesan dari sang ibu. Iya merasa bersalah karena tak bisa menjemput Hana dengan tepat waktu. Iya mencoba beberapa kali menghubungi mamanya, tapi tak diangkat. Akhirnya Arsyad memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Di jalan, Nada sangat berhati-hati dalam mengemudikan sepeda motornya.
"Ibu tidak apa-apa naik sepeda motor? " Tanya Nada.
"Tidak... Dulu ibuk juga selalu naik sepeda motor kemana-mana" Hana menjawab sambil mengelap air hujan yang menerpa wajahnya. Iya merasa jika Nada adalah seorang anak yang berhati tulus.
"Kita pelan-pelan saja ya buk. Jalannya licin" Nada berbicara.
"iya, pelan-pelan asal kita selamat" Jawab Hana. Setelah itu Nada fokus pada kemudi sepeda motornya.
Tak sampai 30 menit. Hana mengarahkan Nada untuk berbelok ke sebuah rumah. Eetelah memencet klakson, seorang satpam membukakan pintu gerbang. Awalnya satpam tersebut ragu. Tapi Hana segera memanggilnya.
"Terimakasih ya nak" Nada membuka helmnya. Iya menunggu Hana membuka jas hujan.
"Iya buk" Hana ingin menaruh jas hujan tersebut. Tapi Nada segera memintanya.
"Biar saya buk, saya mau langsung pulang" Ucap Nada. Ucapannya sontak membuat Hana menatap dirinya.
"Nada, ini sudah jam 9. Masih gerimis. Berteduhlah disini dulu" Hana merasa tak rela berpisah dengan Nada.
"Terimakasih buk Hana. Tapi mohon maaf, saya harus pulang. Ada tugas yang belum saya selesaikan" Jawab Nada menolak dengan sopan.
"Tapi baju kamu basah nak, kamu bisa ganti baju ibuk dulu" Hana berkata dengan lembut.
"Terimakasih buk. Sekali lagi saya harus pulang. Tugas saya benar-benar menumpuk" Nada menolak dengan halus. Hana pun tak bisa menolak. Akhirnya Nada memakai jas hujannya lalu pergi setelah berpamitan kepada Hana. Hana memandang kepergian Nada dengan perasaan khawatir. Iya berjalan masuk kedalam rumah.
Di tengah jalan, Arsyad sudah keluar dari kemacetan. Iya baru sampai pintu gerbang rumah Utama. Saat akan menekan klakson, pintu gerbang terbuka. Seorang mengendarai sepeda motor mengenakan jas hujan dan helm keluar dari gerbang. Iya mengangguk kepada satpam. Arsyad memperhatikan pemotor tersebut. Iya tak tahu juga tak kenal siapa dia.
"Terimakasih" Saat Arsyad membuka kac mobil dan menyapa satpam. Mobilnya perlahan melaju ke halaman. Begitu sampai, sopir Arsyad keluar dengan membawa 2 payung dan memberikan kepada Arsyad.
"Terimakasih, kamu istirahatlah" Ucap Arsyad sambil menerima payung tersebut lalu melangkah masuk kedalam rumah. Pintu dibukakan oleh seorang pelayan perempuan.
"Tuan" Pelayan tersebut membungkukkan badan.
"Mama sudah sampai? " Tanya Arsyad saat pelayan tersebut mengambil tas darinya.
"Sudah tuan muda" Pelayan tersebut menjawab dengan menundukkan pandangan. Itu adalah aturan dirumah Utama. Setiap berbicara dengan lelaki, harus menundukkan pandangan. Karena bukan muhrim. Arsyad melangkah menuju kamarnya.
"Arsyad sudah pulang Din? " Tanya Hana kepada Dina.
"Sudah nyonya. Tuan muda sedang menuju kamarnya" Jawab Dina. Seorang pengasuh Arsyad dan Arsyida. Dan sekarang menjadi pelayan kepercayaan Daffa dan keluarga.
"Terimakasih" Hana mengucapkan terimakasih karena Dina sudah mempersiapkan makan malam.
"Iya nyonya, sama-sama" Jawab Dina sopan. Iya sangat betah bekerja kepada Hana. Karena majikannya sangat baik. Selalu mengucapkan terimakasih atas semua bantuan yang dilakukan pelayannya. Serta selalu mengucapkan kata maaf jika salah. Daffa mendidik keluarganya agar bisa menghormati dan menghargai orang lain.
"Mama, maaf Arsyad lama turunnya" Ucap Arsyad ketika datang lalu duduk di meja makan.
"Makan dulu" Hana berbicara sambil mengambilkan nasi ke piring anaknya. Mereka makan dalam keadaan diam.
Setelah mengantarkan Hana, Nada segera kembali karena iya punya pekerjaan malam ini. Setelah mengendarai sepeda motornya selama kurang lebih 20 menit. Iya segera masuk kerumah dan membersihkan diri. Begitu selesai, iya melaksanakan sholat isya' lalu menyalakan laptopnya. Beberapa saat kemudian, iya ingat dengan pr yang belum dia sentuh sama sekali.
"Ada beberapa pekerjaan rumah yang belum selesai. Lupa lagi aku. Lebih baik ngerjain tugas aja dulu" Gumam Nada pada diri sendiri. Nada kembali menutup laptop dan menuju ruang belajar, mengambil buku lalu mengerjakan tugasnya.
"Mama, maafin Arsyad ya" Setelah makan malam selesai, Arsyad meminta maaf kepada mamanya.
"Tak apa Arsyad. Tadi mama ketemu sama anak. Namanya Nada. Dia masih SMK. Dan kebetulan sekali dia sekolah di IT International" Jawab Hana terlihat bersemangat menceritakan Nada.
"Mama tadi dianternya sama dia? " Tanya Arsyad penasaran.
"Iya, sayang sekali dia ngga mau mampir. Katanya ada tugas belum diselesaikan" Hana terlihat sedih.
"Mama jangan khawatir. Nanti Arsyad pasti bisa temuin gadis itu" Arsyad menghibur Hana. Tiba-tiba ponsel Arsyad berbunyi. Arsyida menghubungi mama dan saudara kembarnya dengan Video Call.
"Assalamualaikum. Mama, Arsyad" Terpampang gambar Daffa dan Arsyida dengan tuan Aji dan ibu Sarah.
"Wa'alaikumsalam. Arsyi, papa. Oma sama Opa" Hana membalas sapaan dari Arsyi.
"Mama sama Arsyad lagi apa? " Tanya Arsyida.
"Pangggil kakak Arsyi. Aku ini kakak kamu" Tiba-tiba Arsyad menyahut.
"Ih kamu ini. Iya deh... Kak Arsyad ku yang paling tampan" Jawab Arsyi Sadis. Akhirnya mereka berbicara lewat VC. Mengobrol melepas kangen.
"Jadi kan pulang besok? " Tanya Hana.
"Jadi ma, Insya Allah. Udah kangen masakan mama, hehe..." Arsyi tersenyum menunjukkan giginya yang putih.
"Di jemput kak Haidar yaa... Cieee ciee" Arsyad menggoda saudara kembarnya. Mereka sudah berumur 25 tahun. Tetapi masih suka saling menggoda. Sedangkan Haidar kini sudah menjelma menjadi seorang lelaki dewasa berumur 33 tahun. Terdengar lelaki yang sudah matang dan mapan. Tapi dari segi penampilan, iya terlihat masih berumur 25 tahunan. Daffa dan Hana memberikan pengertian kepada kedua anak kembarnya jika Haidar bukanlah kakak kandungnya. Mereka pun mengerti. Karena bagaimanapun mereka bukan muhrim. Terutama untuk para wanita.
Sedangkan di dalam sebuah rumah sederhana. Setelah menyelesaikan tugas sekolah, Nada berkutat dengan laptopnya. Nada bukanlah siswa biasa, iya adalah seorang siswa dengan status yang berbeda. Yaitu karena kelebihan yang iya miliki, kini iya bekerja dengan menjadi seorang peretas yang membantu negara menyelesaikan masalah. Iya... Nada adalah seorang hacker profesional, iya merupakan sosok yang menjadi salah satu aset negara. Karena kelebihannya itu, iya mampu menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri. Gajinya dalam membantu menyelesaikan masalah negara lebih dari cukup jika hanya digunakan untuk menghidupi dirinya sendiri. Namun Nada tidak seegois itu. Iya pernah merasakan sakitnya dilihat sebelah mata oleh saudaranya sendiri dan orang-orang sekitarnya. Iya tak ingin menjadi salah satu dari orang tersebut. Jadi diusianya yang masih muda, iya menjadi salah satu aset negara yang disegani didunia peretas. Bahkan di dunia sekempok Mafia besar, namanya juga terkenal disana. Dia memperkenalkan diri bukan sebagai Nada, tapi sebagai seorang gadis bernama Hamba Allah. Iya tak ingin terlihat mencolok agar tidak mempersulit hidupnya kini dan nanti dimasa yang akan datang.
TBC.
"Ciee, kecewa... Kak Haidar ngga jadi jemput haahahaa" Tawa mengejek Arsyad terdengar menggema. Iya menertawakan saudaranya yang tidak di jemput oleh kakak angkatnya, Haidar Satya Mandala.
"Mama, Arsyad ma. Selalu kaya gitu" Ucap Arsyida merengek kepada mamanya saat mereka sudah berada dalam mobil. Perjalanan dari London memakan waktu yang tidak sebentar. Di dalam mobil Arsyida merasakan kesal karena saudaranya. Ditambah rasa lelah karena perjalanan jauh. Arsyida memilih untuk tidur disaat Arsyad mulai menggodanya kembali. Daripada iya merasakan kesal lebih lama. Daffa dan Hana hanya geleng-geleng melihat kelakuan kedua anaknya.
"Kalian itu, selalu saja saling menggoda" Ucap Hana. Hanya suara cekikikan yang didengar Hana. Setelahnya iya melihat ke arah putrinya, ternyata sudah tidur.
Di dalam kelas, Nada sedang memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru mata pelajaran. Karena semalam iya tidur sudah terlalu larut, kini iya diterpa rasa kantuk yang luar biasa. Entah iya bisa meresapi apa yang gurunya sampaikan atau tidak. Tiba-tiba, alarm di ponselnya berbunyi. Hanya Nada yang bisa mendengarkan suara alarm itu. Karena iya memasang headset khusus yang digunakan sebagai alat panggilan emergency dari kantor dimana iya bekerja. Nada segera membuka matanya dan perlahan rasa kantuk yang menyerangnya menyerah untuk menghinggapi Nada.
"Sebentar lagi aku pasti ada panggilan" Gumam Nada dalam Hati. Dan benar, tak sampai lima menit, seorang dari ruang guru menghampiri kelas Nada yang memanggilnya.
"Permisi, Assalamualaikum" Ucap seseorang yang berada di depan pintu ruang kelas Nada.
"Wa'alaikumsalam wr wb" Ucap semua murid disana.
"Mohon maaf, mengganggu sebentar. Ada panggilan untuk Annisa Qodrunnada. Sekarang juga harus ke kantor" Ucap orang tersebut. Nada pun yang merasa ada panggilan Emergency, segera bangkit dan meninggalkan ruang kelas.
"Ada apa pak? " Tanya Nada saat iya berjalan menuju ruang guru.
"Ada beberapa orang mencarimu. Sepertinya penting" Jawab Guru Nada. Setelah tidak lama berjalan, Nada telah sampai di ruang guru. Iya disuruh masuk ke ruang kepala sekolah.
"Permisi, Assalamualaikum" Nada mengetuk pintu ruang kepala sekolah sambil mengucap salam. Setelah masuk, ada tiga orang duduk memandang ke arah Nada. Semuanya menjawab salam dari Nada
"Sini Annisa, duduk" Kepala sekolah segera memanggilnya. Nada segera duduk di sofa.
"Jadi begini sa, tuan-tuan ini adalah suruhan dari kepala polisi cyber pusat di Indonesia. Kamu lebih paham kan? " Tanya Kepala sekolah. Nada hanya mengangguk.
"Beliau ini sudah menceritakan semua tentang kamu" Kepala sekolah kembali berbicara saat tahu jika Nada sedikit khawatir.
"Mohon maaf pak sebelumnya" Nada menunduk lalu berkata.
"Tak apa Sa. Justru bapak merasa bangga kepadamu" Ucap kepala sekolah. Sebelumnya 3 orang suruhan tuan Voltus sudah mengkonfirmasi semua tentang Nada. Namun iya tetap menutup rapat identitas Nada di dunia peretas.
Flash back On.
Tiga orang berpakaian rapi mendatangi SMK IT International. Mereka langsung mencari kepala sekolah. Awalnya kepala sekolah hanya mengira jika mereka akan melakukan sosialisasi dari pihak universitas. Namun nyatanya, apa yang difikirkan kepala sekolah salah.
"Selamat siang bapak kepala sekolah. Saya dari police cyber. Kedatangan kami kesini adalah untuk meminta bantuan kepada salah atu murid kebanggaan bapak disini. Annisa Qodrunnada" Ucapnya sopan.
"Jadi begini, seorang murid bapak yang kami sebutkan namanya diatas telah berhasil lolos kompetisi menyelidiki secara virtual. Dan kami dengan senang hati hari ini ingin bertemu dengannya" Iya menjelaskan maksud tujuannya datang ke sekolah yang bukan sebenarnya. Iya berbohong dan menjemput Nada karena ada hal mendesak yang tidak bisa mereka selesaikan. Meskipun mereka sudah ahli yang profesional, namun masih kalah dengan kemampuan Nada. Karena tak mungkin juga orang-orang suruhan tuan Voltus mengatakan jika Nada adalah seorang aset negara. Demi keselamatan Nada juga.
"Jadi dia memenangkan kompetisi itu? " Tanya kepala sekolah tanpa merasa ccuriga
"benar sekali bapak" Jawab salah satu dari mereka. Setelahnya, Nada datang.
Flash Back Off.
"Kalau begitu, kami mohon izin untuk membawa Nada ke kantor pusat ya pak" Ucap seseorang dari mereka.
"Tapi, saya tidak bisa membiarkan anak didik saya dibawa orang tak dikenal tuan" Jawab kepala sekolah. Iya ragu untuk mengizinkan Nada. Takutnya jika Nada di tipu.
"Bagaimana kalau Nada di dampingi oleh seorang guru dari sini" Ucap kepala sekolah dengan nada senang. Ketiga orang tersebut saling pandang.
"Sial... Bagaimana mungkin kita ngizinin orang lain ikut dalam misi ini. Bisa berantakan rencana kita menyelamatkan banyak orang tanpa diketahui orang lain" Batin salah satu dari 3 orang suruhan tuan Voltus.
"Oke, saya setuju. Dan bapak mau menunjuk siapa yang akan mendampingi saya? " Tiba-tiba Nada membuka suara. Hal itu membuat ketiga orang di sampingnya melotot ke arah Nada.
"Bagaimana mungkin anak ini bisa mengizinkan orang lain ikut mendampinginya. Bisa ketahuan kalau kaya gini caranya" Batin seorang lagi.
"Ya sudah, biar pak Han menemani kamu Annisa" Ucap kepala sekolah.
Setelah mengkonfirmasi semuanya, Nada berangkat bersama seorang guru bernama Han, dan 3 orang suruhan tuan Voltus yang menyamar sebagai tim IT professional Indonesia. Ketiga orang tersebut merasa was-was karena ada pihak lain bersamanya. Bahkan mereka tidak tahu apakah orang ini bisa dipercaya atau tidak. Tapi mereka juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk membawa Nada.
Setelah sampai di mobil. Nada berpura-pura tak mengerti apa-apa. Tiba-tiba iya menotok gurunya yang bernama pak Han. Jurus Shaolin yang iya gunakan secara tiba-tiba mampu membuat pak Han tak sadarkan diri dengan cepat. Ketiga orang suruhan tuan Voltus dibuatnya melongo.
"Nada, apa yang kamu lakukan? " Tanya seseorang setelah pak Han tak sadar.
"Shaolin" Jawab Nada singkat.
"Ternyata selain genius, kamu juga jago dalam bela diri? " Tanyanya lagi.
"Ada apa sebenarnya? " Tanya Nada yang masih berada di dalam mobil di halaman sekolah.
"Huh, aku sampai lupa memberitahumu. Kami gagal dalam melaksanakan tugas dari Tuan Voltus" Ucapnya dengan nada lirih.
"Sebenarnya ada apa kak. Cepat bicara" Nada sedikit khawatir setelah mendengar apa yang dikatakan temannya itu.
"Kita gagal menjinakkan sebuah bom yang ditanam di ruang bawah tanah mall Indonesia" Ucapnya merasa putus asa.
"Dan sepertinya cuma kamu yang bisa menjinakkan bom itu. Dari tadi kita sudah menghubungi kamu lewat panggilan darurat, tapi ngga ada jawaban"
"Sedangkan waktu kita tinggal kurang dari satu setengah jam" Imbuh seorang lagi. Tanpa menunggu mereka selesai berbicara, Nada sudah memegang tabletnya.
"Kita kerumahku" Nada berbicara tanpa menoleh. Seorang dari mereka mengendarai mobil. Melaju menuju rumah Nada.
Disat yang bersamaan, Daffa dan Hana juga telah sampai di sekolah milik mereka. Tujuan mereka adalah mencari gadis yang bernama Nada.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!