Flasback On.
"Gus Zidan... Nada pergi dulu ya. Nanti sama abah bakal sering sowan ke sini Insya Allah" Seorang gadis kecil berlari ke arah Gus Zidan dan berkata dengan polosnya.
"Ini untuk gus Zidan. Disimpan ya gus. Suatu saat Nada bakal kesini lagi" Nada memberikan sebuah gelang tasbih dengan mutiara kecil yang terbuat dari kayu kaokah. Gus Zidan menerima itu sambil terdiam dan memandangi Nada yang tersenyum. Usia remaja membuatnya mengerti arti sebuah kehilangan. Apalagi Nada yang sudah hidup bersamanya sejak kecil.
"Hati-hati. Jangan lupa sama janji kamu" Ucap gus Zidan sambil memakai gelang tersebut. Sedangkan Nada mengangguk. Iya belum mengerti tentang rasa hati. Saat itu Nada baru lulus MI atau setara dengan SD. Sedangkan gus Zidan sudah berada di tingkat MA atau setara dengan SMA. Gus Zidan merasa kehilangan.
"Nada, ayo nak. Kita berangkat" Panggil ustadz Samsul sebagai ayah dari Nada. Mereka berangkat menuju ke Jakarta. Setelah bersalaman dengan semuanya, Nada dan ustadz Samsul berangkat menaiki bus.
Sejak kepergian Nada. Gus Zidan berubah menjadi sosok yang pendiam. Iya tak lagi seperi dulu. Semua beban dihatinya iya pendam sendiri. Hanya menumpahkan keluh kesah kepada sang pencipta. Zidan berusaha keras untuk menjadi kuat.
Flashbak off.
"Jadi Nada itu anaknya ustadz Samsul yang tampan itu? " Tanya kang Ali. Iya baru ingat jika dulu pernah diajar oleh ustadz Samsul. Namun hanya beberapa saat. Dan tak lama ustadz Samsul pamit untuk pergi.
"Iya" Jawab gus Zidan pelan.
"Pantas saja neng Nada cantiknya Maa Syaa Allah. Ayahnya saja memang seorang idola pesantren" Gus Zidan mendengar suara kagum kang Ali. Memang ustadz samsul adalah seorang santri ndalem kesayangan abah. Selain sangat cerdas, iya juga sangat tampan. Banyak dari kalangan santri putri yang jatuh cinta padanya. Namun hanya Alma yang bisa merebut hati seorang Samsul. Seorang santri ndalem juga.
"Sekarang gus Zidan bingung mau bagaimana? " Kang Ali bertanya terus karena penasaran.
"Aku takut kang... Takut menyakiti Nazwa" Suara gus Zidan pelan.
"Nikahi saja dua-duanya gus... Hehehe" Berniat untuk mencandai gus nya.
"Remuk kang" Sahut gus Zidan.
"Kalau gitu yang satu buat saya saja... hahahha" Kang Ali tertawa. Tak lama iya menutup mulutnya dengan bantal karena tatapan tajam gus Zidan.
"Ayo tidur gus. Nyaman juga tempat tidurnya" Kang Ali mengalihkan pembicaraannya. Mereka pun bergegas untuk istirahat. Disaat semua sudah beristirahat, Nada masih berkutat dengan tugasnya.
~Arsyad~
"Cari seluruh siswa disini yang bernama Annisa" Arsyad berbicara dengan seseorang di seberang telepon. Entah siapa yang dihubunginya.
"Baik tuan muda. Akan segera kami laksanakan" Arsyad mematikan teleponnya sepihak tanpa menunggu apapun. Setelah selesai, iya segera melepas bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini terasa lelah karena harus mengikuti adik kembarnya jalan-jalan. Setelah selesai semuanya, Arsyad membaringkan badannya yang terasa letih di tempat tidur.
Baru akan memejamkan mata, terdengar pintu diketuk dari luar.
"Masuk" Ucap Arsyad dari dalam kamar. Terlihat Arsyida yang masuk dan mendekat kearahnya tanpa menutup pintu.
"Ada apa? " Tanya Arsyad malas. Iya tetap berbaring di atas tempat tidur.
"Pengen tahu keadaan kamu aja... Kamu kenapa sih? " Tanya Arsyida. Arsyad terdiam. Iya tak tahu harus menjawab apa.
"Kamu ingat gadis SMA yang tasnya kebuka itu? " Kini Arsyad mulai berkata dengan pelan.
"Jadi kamu mikirin dia terus? " Kini Arsyida paham apa yang sedang terjadi pada kakaknya itu.
"Jadi beberapa hari ini kamu mikirin dia? " Arsyida sudah menebak.
"Iya" Sahut Arsyad pelan sambil menunduk.
"Kita pulang sekarang" Sahut Arsyida tiba-tiba.
"Kamu fikir 5 langkah langsung nyampai? " Arsyad menyentil dahi Arsyida.
"Paling tidak besok pagi Arsyi" Arsyad menambahkan.
"Kamu sudah nyuruh orang-orangmu buat nyari anak itu? " Tanya Arsyida.
"Baru aja tadi" Arsyad menjawab dengan suara sendu.
"Saudara ku emang the best" Puji Arsyida.
"Aku bakal nyari tiket buat pulang besok. Kamu tenangin hati kamu malam ini. Kita pasti bisa nemuin gadis itu" Arsyida bersemangat sekali. Iya tahu saudara kembarnya itu tidak akan tertarik kepada gadis sembarangan.
"Makasih Arsyi" Tiba-tiba Arsyad memeluk Arsyi saking senangnya. Arsyida tersenyum.
"Udah ah galaunya. Aku bakal bantuin kamu" Ucap Arsyida sambil berdiri dan keluar dari kamar Arsyad. Tiba-tiba Haidar sudah berada di depan kamar.
"Kakak sudah pulang? " Tanya Arsyida menghampiri Haidar yang terdiam dengan tatapan tajam. Entah apa yang berada di dalam fikirannya.
"Arsyad istirahatlah" Haidar berkata sambil menarik tangan Arsyida dan menutup pintu kamar.
"Kak... Ada apa. Kok tiba-tiba... ? " Arsyida merasa aneh dengan sikap kakak angkatnya itu.
"Kamu sudah dewasa. Jangan suka memeluk ataupun dipeluk walaupun itu Arsyad. Kakak tidak suka" Tiba-tiba Haidar berkata dengan suara pelan.
"Maaf kak" Arsyida menunduk.
"Lain kali jangan lakukan itu lagi. Kamu tidak tahu bagaimana lelaki dewasa. Dan setan akan selalu menggoda. Walaupun kalian saidara kandung" Haidar sebenarnya tidak ingin Arsyi disentuh siapapun.
"Makanya, cepat halalin Arsyi. Mau nunggu apa lagi sih? " Tiba-tiba suara dingin Arsyad terdengar diantara mereka. Arsyad tahu jika Haidar menyimpan rasa terhadap Arsyida.
"Kakak tahu... Kalian itu sudah dewasa. Arsyida sudah 25 tahun. Dan kakak sudah 30 lebih. Jangan menunda-nunda hal baik. Setan juga akan semakin memberi kalian celah" Arsyad melangkah mendekat ke arah saudara kandung dan saudara angkatnya itu. Haidar dan Arsyida hanya terdiam.
"Kakak kalau cemburu bilang. Jangan gunakan setan sebagai alasan" Bisik Arsyad di telinga kakaknya. Setelah itu iya melenggang kembali ke kamarnya juga. Hal itu membuat kedua saudaranya melotot.
"Kamu istirahatlah. Biar kakak yang cariin tiket. Kamu ngga mungkin tinggal disini sementara Arsyad pulang. Kita bukan muhrim" Arsyad menjelaskan. Arsyida hanya mengangguk lalu pergi ke kamarnya. Haidar memandangi kepergian Arsyida.
"Calon istri yang baik" Haidar tersenyum. Iya lalu juga masuk kedalam kamarnya.
~Nada~
Jam sudah menunjukkan pukul 11.49 malam. Namun Nada masih berkutat dengan tugasnya. Iya masih berusaha keras mengungkap aktivitas mencurigakan itu. Hingga sebuah pesan menghentikan aktivitasnya.
"Nada, terimakasih atas kerjasamanya... Alhamdulillah semua sudah teratasi. Kita tinggal mencari pelakunya saja" Sebuah pesan yang Nada baca membuatnya menghembuskan nafas lega.
"Indahnya kerjasama" Nada bergumam sendiri sambil tersenyum. Perlahan Nada bangkit dari duduknya. Lalu berjalan kearah tempat tidur.
"Sungguh, rumahku dalah syurgaku" Iya membaringkan tubuhnya yang lelah. Tak menunggu lama, Nada memejamkan mata sambil berdo'a dalam hati. Iya pun sudah masuk ke alam mimpi. Hingga iya lupa mematikan lampu kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Reva Novianti Pasaribu
entah kenapa Kisah cinta Haidar dan arsyida lebih menarik Thor
2021-12-07
1
Anisa Lukas
Lanjut Thor,,,,🙏
2021-12-07
0