Luar Biasa

Kedatangan Daffa dan keluarganya membuat panik seluruh penjuru sekolah. Pasalnya, Daffa yang biasanya datang akan memberikan tahu dulu. Hari ini mereka datang tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu. Sebagai pemilik sekolah. Daffa sudah menerapkan disiplin kepada semuanya. Kepala sekolah memandang mobil Daffa.

"Selamat siang tuan Daffa, Nyonya Hana" Sambut kepala sekolah yang masih berdiri di luar setelah mengantarkan kepergian Nada dan pak Han. Iya mengulurkan tangan kepada Hana dan Daffa.

"Siang" Daffa membalas uluran tangan kepala sekolah. Lalu masuk menuju ruangan pribadinya di sekolah itu. Kepala sekolah pun mengikuti dari belakang beserta beberapa staf lainnya. Setelah masuk kedalam ruangan, Daffa duduk. Iya pun mempersilahkan kepala sekolah yang umurnya jauh dibawahnya itu.

"Silahkan duduk" Ucap Daffa.

"Mohon maaf tuan, ada yang bisa kami bantu. Kedatangan tuan kesini tanpa mengkonfirmasi apapun. Jadi kami tidak ada persiapan" Ucap kepala sekolah sopan.

"Saya mencari anak yang bernama Nada" Ucap Daffa.

"Anaknya cantik, berhijab. Tingginya sekitar 160an" Sambung Hana.

"Kumpulkan semua siswa yang bernama Nada saja" Ucap Daffa. Kepala sekolah mengangguk lalu menyuruh salah seorang staf untuk memeriksanya. Setelah beberapa menit, staff tersebut kembali dengan data siswa bernama Nada.

"Permisi... Mohon maaf, disini ada 3 siswa bernama Nada. Yang pertama Nada Asmara. Dari kelas 10 jurusan RPL. Yang kedua Denada Anggun Miarasanti dari kelas 12 jurusan RPL juga, dan yang terakhir Annisa Qondrunnada dari kelas 12 jurusan TKJ. Dua dari anak ini berhijab sedangkan yang Nada Asmara tidak" Jelas seorang staff kepada Daffa. Daffa memandang kearah istrinya.

"Ada foto dari masing-masing anak itu? " Tanya Hana.

"Ini nyonya" Jawab staff tersebut sambil memutar laptopnya. Iya menunjukkan 3 foto siswi kepada Daffa dan keluarganya.

"Yang ini pa" Hana menunjuk layar monitor, mengarahkan jarinya ke arah Annisa Qodrunnada.

"Itu Annisa. Salah satu murid kebanggaan SMK IT International. Nama lengkapnya memang Annisa Qondrunnada" Ucap kepala sekolah.

"Bisa panggilkan dia kesini" Hana berkata sambil menatap kepala sekolah itu.

"Mohon maaf nyonya, tapi Annisa sedang keluar. Tadi iya memenangkan kompetisi pelacakan virtual terbaik yang diadakan oleh policy cyber" Kepala sekolah itu menjelaskan.

"Jadi dia tidak ada di sekolah hari ini? " Tanya Hana.

"Benar sekali nyonya" Jawab kepala sekolah.

"Baiklah kalau begitu. Terimakasih" Daffa berkata sambil berdiri. Iya berjalan keluar ruangan. Hana dan yang lain mengikuti dari belakang.

"Terimakasih, saya pergi dulu" Daffa berjalan ke arah mobil setelah berpamitan dengan pihak sekolah.

"Sama-sama tuan" Daffa meninggalkan sekolah.

Di rumah Nada, tiga orang suruhan tuan Voltus membopong pak Han yang tak sadarkan diri. Mereka adalah Hendra, Ardi dan Vian.

"Kakak semua tunggu dulu ya. Biar Nada coba" Ucap Nada sambil melangkah ke kamarnya. Iya segera menyalakan beberapa komputer dan mulai melakukan tugasnya.

"Aku heran deh sama Nada. Dia itu terlihat biasa saja, wajah polos dan perilaku sangat sopan. Tapi dia sehebat itu" Ucap Vian suruhan tuan Voltus di sofa ruang tamu Nada.

"Nada itu hebat banget. Bisa nyembunyiin identitasnya di dunia nyata. Sedangkan di dunia maya, dia disegani oleh banyak orang. Bukan cuma orang-orang yang paham sistem IT. Tapi aku denger-denger ada beberapa sekelompok mafia besar yang juga segan kepadanya" Ucap Hendra satunya lagi.

"Coba dia mau jadi istriku" Sahut Ardi lagi.

"Hahaha, jangan ngimpi bro, bangun-bangun. Tidurnya kelamaan itu" Dua orang lainnya menertawakan apa yang diucapkan oleh Ardi itu.

"Tapi dia memang seorang anak yang luar biasa. Tapi dari segi penampilan sangat luar biasa" Tiba-tiba mereka mendengar langkah kaki mendekat. Setelah menoleh ternyata Nada sudah kembali sambil membawa laptopnya.

"Lagi ngomongin aku ya" Ucap Nada sambil tersenyum ke arah tiga orang itu.

"Ahh, ngga kok Nad" Jawabnya.

"Hahaha... Ngga usah bohong kak, ini apa? " Nada menunjukkan rekaman ketiga orang tersebut di laptopnya. Seketika bulu kuduk ketiga orang tersebut berdiri.

"Kalian lupa, rumah ini banyak pengintai yang tak terlihat... wkwkwkwkk" Nada tertawa bercanda.

"Ampun deh Nad, kamu itu selalu membuat orang penuh kejutan" Jawab Hendra diantara mereka.

"Ini" Nada menyerahkan sebuah kertas berisi cetakan laporan. Seketika ketiga orang tersebut membulatkan mata dan bibirnya setelah membaca isi laporan. Bahwa sebuah bom sudah berhasil dijinakkan. Nada berhasil meretas system remot control bom tersebut. Tidak percaya dengan semuanya, Ketiga orang tersebut menggelengkan kepala, kagum akan kepiawaian gadis SMA di depannya.

"Serahkan kepada tuan Voltus. Maaf aku tidak bisa ikut kesana. Terlalu berbahaya ikut dengan kalian" Ucap Nada.

"Kamu ini. Oh iya ada perintah dari tuan Voltus. Kamu disuruh kesana" Ardi memberitahu.

"Aku harus kesekolah lagi" Ucap Nada.

"Dia ada kepentingan sama kamu. Katanya ngga bisa diwakilkan" Ucap seorang.

"Kita bisa bertemu secara virtual. Jadi aku tidak perlu kesana menemuinya. Sampaikan maafku" Nada masih kekeh dengan pendiriannya.

"Tolonglah Nad, sesekali kamu menghampiri tuan Voltus, bagaimanapun juga dia adalah guru kita" Ucap Hendra menasehati.

"Aku tidak ingin membahayakan tuan Voltus dan diriku sendiri kak" Nada berkata jujur.

"Percayalah, semua akan baik-baik saja" Hendra meyakinkan Nada lagi.

"Baik, nanti aku akan kesana sendiri. Kalian jangan membuntutiku" Nada berkata sedikit ketus.

"Oh iya, segera suruh untuk membongkar. Nada ngga akan kembali ke sekolah. Aku akan mengawasi jika sewaktu-waktu ada pihak yang mengaktifkan kembali bom itu" Jelas Nada. Hendra segera menghubungi pihak kepolisian untuk segera bertindak.

"Ini bagaimana Nada? " Tanya Ardi kepada Nada sambil menunjuk ke arah Pak Han, guru Nada.

"Nanti kalau urusannya sudah selesai kita sadarin" jawab Nada dengan tangan sibuk dengan tabletnya.

"Kamu apain sih Nad tadi dia? " Tanya Hendra.

"Nanya teruss... Ntar bocah genius ini ngga konsen lo" Ucap Vian. Nada masih bisa mendengar meskipun iya fokus dengan alatnya.

"Ah, dasar genius meskipun di tanya kaya apapun pasti akan paham lah, iya kan Da" Ucap Vian. Iya menatap Nada intens. Nada yang merasa di tatap oleh Vian pun melengos lalu bangkit dari sofa. Iya tampak sangat serius.

"Mereka sudah mulai belum bang? " Tanya Nada tanpa menoleh.

"Kayanya mereka sudah berangkat ke lokasi deh" Jawab Ardi.

"Suruh cepat sedikit bang. Sebelum perakit bom itu bertindak" Nada tetap fokus dan berkata tanpa menoleh.

~Hana~

"Mama, udah ketemu belom sama calon ipar Arsyi" Tanya Arsyida kepada Hana.

"Hah... Siapa yang mau ngakuin kamu jadi iparnya? " Tanya Arsyad menggoda Arsyida.

"Harusnya tuh aku yang nanya, mau ngga dia sama kamu" Jawab Arsyida membalas ucapan saudara kembarnya. Tiba-tiba terdengar suara bel dari depan. Dan datanglah Haidar dengan senyumnya. Arsyida yang tahu kedatangan kakak angkatnya segera menunduk dengan muka yang merona.

Terpopuler

Comments

Reva Novianti Pasaribu

Reva Novianti Pasaribu

aku sudah menebak Thor Waktu pertama kali Daffa dan Hana bertemu Haidar
pasti salah satu anak Daffa dan Hana pasti ada jatuh cinta 😂

2021-11-21

2

lihat semua
Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!