"Aku minta maaf Nada" Ucap gus Zidan sambil menunduk. Dan seseorang dibalik tembok itu mendengarkan semuanya. Tak terasa air matanya ikut menetes.
"Maafkan abah Zidan. Bukan maksud abah tak ingin kalian bersatu. Tapi abah dulu sudah berjanji kepada kyai Kholil untuk menjodohkan kalian berdua" Batin Abah Ayub. Tak terasa air matanya terus menetes.
"Gus Zidan... Allah maha tahu apa yang terbaik untuk kita. Sekuat apapun kita berusaha, akan tetap kalah dengan ketentuan-Nya. Serahkan semua kepada Allah. Nada bahagia gus Zidan akan bersama orang yang tepat. Semoga kelak jika sudah menikah, gus Zidan dan ning Nazwa selalu dilimpahi keberkahan" Nada menunduk. Hatinya yang selama ini berharap terasa patah dan hancur. Iya memendam semuanya dalam hati. Berharap pada hal yang tak pasti. Dan kini rasa kecewa yang dia rasakan, adalah akibat dari pengharapannya terhadap sesama manusia.
"Nada ke kamar dulu. Sudah malam, Nada mau istirahat. Selamat malam gus, Assalamualaikum" Nada bergegas untuk masuk ke kamarnya. Namun suara gus Zidan menghentikannya.
"Nada, maaf aku..." Ucap gus Zidan dengan suara parau dan terhenti, iya tak mampu melanjutkan apa yang akan dikatakan.
"Tak ada yang harus dimaafkan, semua sudah kehendak-Nya" Nada menoleh sambil tersenyum. Iya berbalik lagi untuk masuk kedalam kamar. Dengan buru-buru, abah Ayub masuk lagi ke kamar sebelum Nada dan gus Zidan melihatnya. Sedangkan gus Zidan memandang kepergian Nada dengan rasa sakit yang semakin subur.
Rasanya seperti dihantam badai. Jatuh tersungkur dalam balutan lumpur luka. Nada merebahkan badannya di tempat tidur sambil terisak setelah masuk dan mengunci pintu. Bahkan iya lupa dengan rasa hausnya. Tergantikan dengan dahaga yang menyerang hatinya.
"Astaghfirullahaladzim... Astaghfirullahaladzim... Astaghfirullahaladzim" Ucap Nada dalam isak tangisnya. Iya menumpahkan segala lara dalam deraian air mata. Berharap sakit itu akan ikut mengalir bersamaan dengan air mata yang tertumpah. Kenangan masa kecil kembali melayang-layang dalam fikirannya. Menganggu setiap helaan nafas yang berhembus. Nada terus mengucapkan Dzikir. Iya tak ingin besarnya cinta terhadap sesama insan melebihi cintanya kepada Tuhan. Namun, tetap saja hatinya terluka. Iya terus menangis, hingga akhirnya iya tertidur.
Sedangkan dikamar, gus Zidan terdiam. Iya menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur. Air matanya pun menetes tanpa suara. Hanya sesekali iya terisak. Sungguh ini adalah hal yang sulit. Apa yang dia takutkan selama ini menjadi kenyataan. Iya memang tak pernah menyatakan apapun terhadap Nada. Namun, kebersamaan mereka sejak kecil sudah menumbuhkan cinta itu. Begitupula Nada juga sebaliknya. Dan cinta terpendam mereka telah tumbuh subur menyeruak kedalam hati 2 insan setelah pertemuan kembali.
"Kenapa sesakit ini setelah tahu air matanya yang menetes" Batin gus Zidan. Iya tak ingin kang Ali mendengar dan bangun. Kembali iya terus teringat kata-kata Nada yang terdengar hancur.
"Maafkan hamba-Mu ini ya Allah" Gus Zidan berkata dengan lirih. Iya menempatkan diri untuk tidur. Namun saat akan memejamkan, kembali iya teringat perkataan dan tetes demi tetes air mata Nada. Gus Zidan menghela nafas dalam-dalam.
~Twin A~
"Assalamualaikum" Ucap Kedua twin A bersamaan saat memasuki rumah. Tentu saja suara mereka mengagetkan seluruh penghuni rumah. Terutama Daffa dan Hana.
"Wa'alaikumsalam" Jawab Daffa dan Hana di ruang makan. Twin A segera bergabung di sana. Sudah ada orang tuanya, kakek dan neneknya juga.
"Arsyad, Arsyida" Hana melongo.
"Ma, pa... Oma sama opa sudah pulang? " Tanya Arsyad. Mereka segera menyalami semua orang disana.
"Sejak kapan oma dan opa kesini" Tanya Arsyida. Iya memundurkan satu kursi untuk ditempati.
"Dari kemarin, ternyata kalian sedang tidak ada" Jawab oma sarah merindukan kedua cucunya.
"Kita pulang oma" Arsyad tiba-tiba menyahut. Hana yang terkejut dengan kedatangan keda anaknyapun bertanya.
"Kalian, kenapa pulang ngga ngabarin. Terus kenapa pulangnya mendadak? " Tanya Hana.
"Ceritanya panjang mah. Nanti aja deh, Arsyi mau makan dulu" Jawab Arsyida.
"Makan mulu, ntar ngembang kaya donat" Sahut Arsyad.
"Dih... Emang kamu. Lihat nih body goals ku. Sekalipun suka makan, tetep aja langsing. Ngga kelihatan emang. Kan bukan untuk dipamerkan" Arsyida menjawab dengan tenang. Sulit memang jika mereka berdua sudah berdebat. Seakan kebiasaan itu tidak pernah hilang sejak kecil.
"Sudah... Makan dulu. Nanti dilanjut debatnya" Daffa berkata sambil menyendokkan nasi kedalam mulutnya. Akhirnya perdebatan pun berakhir, dan mereka makan dengan tenang.
Setelah makan malam, Arsyad dan Arsyida segera ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah beberapa saat, mereka kembali menemui keluarga besarnya di ruang tengah.
"Arsyad, Arsyi... Sini coba bilang sama mama. Kok kalian pulang mendadak ada apa? " Tanya Hana sambil menepuk sofa disampingnya. Arsyad Arsyida pun segera datang dan duduk.
"Ada apa? " Tanya Daffa.
"Arsyi mau nikah ma. Arsyad mau nikah ma" Ucap Arsyad dan Arsyida bersamaan. Hal tersebut mendapat tatapan tajam dari Daffa dan Hana.
"Bicara yang jelas" Daffa berkata.
"Aa... Anu ma. Arsyad lagi ada urusan penting. Jadi Arsyi ikut pulang aja sekalian" Arsyida berkata dengan jujur.
"Urusan? Urusan apa? " Tanya Hana sambil mengeryitkan dahinya.
"Emm.. Anu. Arsyad sedang nyari seseorang" Jawab Arsyad.
"Terus tadi dua-dua bilang mau nikah? " Hana bertanya lagi.
"Cuma bercanda mah" Arsyida menyela sambil mengambil toples berisi camilan dari atas meja.
"Kalian ini" Daffa menghela nafas lega. Sejak tadi iya khawatir. Ditambah ucapan si kembar yang mau nikah.
"Kalian istirahatlah. pasti lelah" Hana berkata dengan lembut.
"Tapi bener kan ngga ada apa-apa? " Hana kembali bertanya saat kedua anaknya berdiri.
"Iya" Twin A mengangguk dan tersenyum.
"Ya sudah, sana istirahat" Oma sarah menyuruh lagi. Akhirnya Arsyad dan Arsyida berjalan meninggalkan ruang tengah. Mereka masuk ke dalam kamar dan istirahat.
"Sepertinya ada yang disembunyikan dari kita pah" Hana berkata dengan senyum. Iya tahu anak-anaknya tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Kita harus menyelidiki, ada apa sebenarnya" Daffa pun setuju dengan pemikiran istrinya.
"Kita hubungi Haidar" Daffa pun mengeluarkan ponselnya. Iya segera memanggil nomor Haidar.
"Assalamualaikum, pah. Ada apa? " Begitu sambungan telepon sudah terhubung, terdengar suara Haidar.
"Kamu jangan ikut-ikutan menutupi ya. Katakan kenapa adikmu pulang lbih cepat dari rencana awal" Daffa tidak berbasa-basi.
"Emmm... Anu pah. Itu si Aesyad sedang ada urusan. Dia sedang mencari seorang gadis bernama Annisa" Jawab Haidar jujur.
"Ada masalah apa? " Tanya Hana penasaran.
"Masalah Hati mungkin pah, mah" Haidar menjawab dengan tersenyum.
"Ya sudah. Kamu istirahatlah. Besok lagi saja. Terimakasih atas kejujurannya" Daffa berkata dengan lembut kepada anak sulungnya. Setelah itu panggilan berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Yuliana Gandong
lanjut Thor semangaattt,, semoga nada dan Arsyad segera di pertemukan deh sama author nya biar nada nggk sedih lagi
2021-12-11
0