Nada dengan santai membangunkan pak Han. Sedangkan ketiga orang suruhan tuan Voltus membantunya. Begitu pak Han sudah bangun, iya menjadi sedikit bingung karena tak tahu dimana dia berada.
"Aduh, kok pusing ya. Dimana kita" Ucap pak Han bertanya.
"Bapak ada dirumah saya pak. Tadi tiba-tiba bapak tidak sadarkan diri, jadi saya bawa kesini" Jawab Nada santai.
"Kok bisa ya, padahal saya tadi baik-baik saja" Pak Han mencoba mengingat semuanya.
"Mungkin bapak kecapekan. Bapak istirahat saja dulu" Nada mengalihkan pembicaraannya. Iya terlihat tenang seolah tak terjadi apa-apa. Ketiga lelaki dewasa didepannya pun mencoba untuk biasa saja.
"Ya sudah. Badan bapak rasanya kok sakit semua ya" Pak Han mulai merasakan sakit disekujur tubuhnya. Tawa Nada hampir meledak ketika mendengar penuturan gurunya itu. Bagaimana tidak, iya memang berniat membuat gurunya pingsan saat kepala sekolah memintanya untuk menemani. Mereka saling pandang kecuali pak Han yang sedang memegang bahunya sendiri karena rasa nyeri.
~Keluarga Daffa~
"Pah, Haidar pulang dulu ya" Izin Haidar saat iya sudah selesai berpamitan bahwa dirinya akan ke Korea untuk mengurus pekerjaan disana.
"Mah, pah... Arsyi... Boleh ikut kakak? " Tanya Arsyi ragu-ragu kepada orang tuanya. Daffa dan Hana saling melempar pandang mendengar pertanyaan putrinya.
"Kakakmu itu ke Korea karena mau bekerja, bukan untuk bersenang-senang" Hana menjawab.
"Tapi mah, Arsyi pengen banget ke Korea" Arsyida mencoba merayu orang tuanya.
"Kamu kan baru pulang dari London" Daffa angkat bicara.
"Paah, itu London. Beda sama korea" Arsyida tetap pada pendiriannya.
"Sepertinya seru ya Syi kalau kita liburan ke Korea" Ucap Arsyad tiba-tiba. Hal tersebut mendapat tatapan tajam dari sang papa.
"Pekerjaan kamu banyak Arsyad" Daffa berkata. Iya tahu anak-anaknya sedang ingin liburan. Iya tahu Arsyad sedang membantu saudara kembarnya. Meskipun mereka suka saling menggoda, namun mereka dari dulu selalu kompak.
"Pah. Kita kan sudah lama ngga jalan-jalan. Sekali-kalu liburan boleh ya. Kan bukan cuma Arsyi aja. Ada Arsyad juga. Kak Haidar pasti bakal lindungin kita kok" Ucap Arsyi dengan nada memelas.
"Kakak kalian itu kerja, bukan jalan-jalan" Daffa masih belum mengizinkan.
Arsyi memandang Haidar dengan tatapan memelas. Iya yakin kakak angkatnya itu akan setuju.
"Kak Haidar..." Ucap Arsyi manja.
"Ehmmm... Anu... Bagaimana papa sama mama saja dek. Kakak ngga masalah kalau kalian ikut" Ucap Haidar ragu-ragu sambil melirik kearah Daffa.
"Tuh pah, kak Haidar aja ngga apa-apa? " Ucap Arsyi.
"Siapa yang akan menemani kamu disana. Arsyad harus kerja ngurus perusahaan Arsyi" Hana berkata.
"Kan ada papa mah, Arsyad mau libur dulu" Ucap Arsyad sambil tersenyum lebar ke arah orang tuanya. Mau tak mau, Daffa dan Hana mengizinkan anak-anaknya. Tak ada alasan untuk menolak lagi. Dengan girang, Arsyi mengucapkan terimakasih kepada orang tuanya. Sedangkan Haidar menarik garis lurus diantara kedua bibirnya membentuk sebuah senyuman yang samar-samar, tak terlihat.
"Kalau begitu, bersiap-siaplah, besok kakak akan datang menjemput kalian" Ucap Haidar. Iya segera bangkit dari tempat duduk. Meraih tangan Hana dan Daffa lalu berpamitan untuk pulang.
"Siap kak" Arsyida menjawab dengan senyum cerah diwajahnya. Haidar pun pamit undur diri karena hari sudah malam.
Malam berselimut awan...
Bersatu dalam dinginnya hati yang menggigil kerana Rindu
Sedalam lautan kasih yang tersebrangi cinta
Do'a dalam penantian mengalir, mengembun dalam sunyinya sepertiga malam
membasahi gersangnya Qolbu
Rasa...
Rasa itu tetap bertahan dalam jiwa
Terombang-ambing dalam kerasnya badai asmara
Jangan kau pertaruhkan seluruh jiwa dan raga
Karena iya hanya akan menggoreskan luka
Ketika gelisah datang bertahta
Bersama buruknya prasangka yang tak benar adanya
Dalam kesendirian, menyebutmu dalam untaian do'a suciku
By : Arsyida Kinanthi
'Klik' Arsyida menekan tombol send pada aplikasi media sosialnya. Status yang iya kirimkan sebelum subuh sambil menunggu penghuni rumah bangun. Entah untuk tujuan apa dan siapa tulisan itu. Setelahnya, iya mendengar kumandang adzan subuh. Belum selesai melaksanakan sholat qobliyah subuh, seluruh penghuni rumah datang satu persatu untuk melaksanakan sholat berjama'ah.
~ Nada~
Suara Alarm terdengar menggema di penjuru kamar tidur Nada. sayup-sayup terdengar suara tarhim dari masjid yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Semalam iya harus begadang karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Hingga pukul 11.30 malam iya baru bisa merebahkan badan untuk beristirahat. Iya... Nada harus mencari informasi tentang siapa perakit bom dan kelompoknya. Iya merasa kasus ini harus segera diselesaikan.
"Alhamdulillahiladzi ahyana ba'dama 'amatana wa ilaihinnusur" Ucap Nada membaca do'a ketika iya bangun. Perlahan iya bangkit dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, iya melaksanakan sholat subuh.
Jam 06.40 hampir lewat. Nada berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor maticnya. Tak lupa iya membawa tabletnya. Nada berangkat sedikit kesiangan. Iya terjebak macet ditengah jalan. Terpaksa iya sediki demi sedikit menerobos kemacetan kota. Hal yang paling menyebalkan yang Nada benci. Terburu-buru bukanlah kebiasaannya.
"Ya ampun, bisa telat nih. Huuuh" Gumam Nada didalam helmnya. Tiba-tiba sebuah mobil disampingnya membuka kaca.
"Dek, itu tasnya kebuka. Nanti ada yang jatuh" Ucap seorang didalam mobil. Seorang pemuda tampan duduk di kursi penumpang. Disampingnya duduk seorang gadis berhijab. Sangat cantik dan tampan. Mereka sangat mirip.
"Terimakasih bang" Nada mengucap pelan sambil mengangguk. Iya langsung melepas 1 tali tas ransel dari tangan kirinya, lalu menutup salah satu resleting yang terbuka. Jalanan sangat macet pagi ini, jadi memudahkan Nada untuk segera menutup tasnya. Setelah Nada menutup tas nya. Arsyad tersenyum.
"Duh cantiknya bocah itu kaya aku ya" Ucap Arsyida.
"Duh... PD nya dikurangin dikit ya neng. Ntar ngga sesuai kenyataan sakit lo" Sahut Arsyad. Nada mendengar semua perkataan lelaki dan perempuan dalam mobil disampingnya. Saat dia menoleh kesamping, Arsyad menatapnya. Arsyad tersenyum dan Nada membalas senyuman itu. Nada kembali fokus pada kemudi sepeda motornya. Setelah jalanan sedikit senggang, Nada segera melajukan sepeda motornya. Arsyad masih memandang Nada hingga gadis itu pergi dan tak terlihat lagi. Tiba-tiba tepukan Arsyida di pundak Arsyad menyadarkan Arsyad yang hampir terbawa arus lamunan.
"Mata woy mataa... Bukan muhrim. Jangan berfikiran macem-macem" Bisik Arsyida di telinga Arsyad.
Sesampainya Nada disekolah, iya segera menuju ke kantin. Perutnya terasa lapar karena kemarin malam iya lupa tidak memakan suatu apapun. Akhirnya iya membeli beberapa makanan dan membawanya menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, Nada melihat belum ada guru yang datang. Iya segera mencuci tangan di keran depan kelas lalu memakan makananya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
alrais
nada kejar dulu cita2 baru urusan jodoh......,
entar kisahnya cinta nada dan Arsyad Sam kaya Daffa dan Hana.....,
2021-11-23
0
Yuliana Gandong
nada semoga kamu berjodoh sama arsyad ya
2021-11-23
0