Lima hari sudah Lina tinggal di rumah Sito Gering.
Luka-lukanya sudah hampir sembuh, dia menolak tawaran Dukun tua itu untuk tetap tinggal dan bersikeras untuk pulang.
Rumah sudah dibersihkan, selimut lama yang ada di tempat tidur batu diganti dengan yang baru, daging dan sayuran di ruang bawah tanah masih menumpuk, kayu bakar di sudut dapur juga masih menumpuk tinggi.
Sepertinya tak ada yang berubah, kecuali Uriel.
Lina berpikir mungkin Uriel sedang pergi keluar untuk berbisnis, jadi dia tak terlalu memikirkannya. Dia sedang menunggu Uriel pulang, sambil memikirkan masa depan dirinya dan Uriel.
Uriel sudah sangat baik padanya, yang membuat Lina memiliki perasaan yang baik juga untuknya. Kalau tak ada aral yang melintang, dia pasti menjadi pasangan Uriel dan menghabiskan sisa hidupnya dengan damai bersama Uriel.
Tapi Lina belum ingin berhubungan yang lebih jauh lagi bersama Uriel.
Bukan karena sedang membodohi dan memanfaatkan Uriel, tapi karena benda miliknya terlalu besar, dia benar-benar tak sanggup.
Dia selalu berkeringat dingin, ketika mengingat air mata yang penuh dengan rasa sakit itu.
Lina sadar kalau ini pasti tak adil bagi Uriel. Uriel itu laki-laki. Uriel mempunyai pasangan, tetapi dia tidak bisa melakukan apa yang biasanya sepasang insan lakukan.
Tapi Lina benar-benar merasakan kesakitan.
Meskipun benda milik Uriel tidak masuk seluruhnya, tetapi Lina merasakan sakit yang teramat sangat, ketika baru kepala bendanya saja yang mencoba menembus untuk masuk. Dia merasakan seluruh tubuhnya seperti terkoyak akibat kepala benda milik Uriel.
Lina menutup matanya, mencoba menekan rasa takutnya.
Dia ingin tetap menunggu, mencari dan berharap menemukan cara untuk mengatasi rasa sakitnya, jika memang tetap tak bisa, dia harus merelakan Uriel untuk menemukan pasangan yang lain.
Dia tak ingin menahan Uriel. Karena dia tak bisa memberikan apa yang Uriel inginkan, dia akan melepasnya dan membiarkannya menjalani kehidupan yang benar-benar bahagia.
Adapun untuk dirinya sendiri, Lina merasa kalau dirinya harus pergi, akan tetapi, dia sangat enggan melepaskan Uriel. Bagaimanapun juga, Uriel adalah orang pertama yang dia kenal sejak dia datang ke dunia ini, dia adalah orang terbaik yang pernah Lina miliki dalam dua puluh tahun terakhir. Lina juga menaruh banyak harapan padanya.
Lina sempat berpikiran egois. Jikalau Uriel bersedia, dia ingin hubungan ini menjadi hubungan persaudaraan saja antara dia dan Uriel. Dengan cara ini, mereka masih lah akan selalu dekat sebagai keluarga.
Lina sudah menunggu sepanjang hari, tapi Uriel masih belum juga kembali.
Dia merasa ada sesuatu yang salah.
Dia pun pergi ke sebelah mencari Wiro.
"Apa kamu tahu ke mana Uriel pergi?"
Ketika Wiro mendengar nama si harimau disebut, dia merasa tidak senang.
"Aku tidak tahu!"
Dengan cemas Lina pun berkata, "Uriel tidak ada di rumah, sampai saat ini dia belum juga kembali. Aku sangat mengkhawatirkannya. Apa menurutmu dia pergi dan meninggalkan gunung batu?"
Wiro mengerutkan keningnya.
"Sekarang ini keadaan di luar sedang bersalju. Orc yang bodoh pun pasti takkan berani keluar dari gunung. Pada suhu yang sangat rendah seperti ini, pasti akan membuat mereka membeku!"
"Maukah kamu membantuku mencarinya?" Lina memohon.
Wiro sama sekali tak peduli soal Uriel, tapi dia sangat khawatir kalau-kalau Lina akan berbuat nekat dan pergi mencari Uriel. Dia pun akhirnya menyetujui permintaan gadis itu.
Setelah lama mencari-cari di gunung batu, mereka tetap tidak menemukan jejak Uriel.
Akhirnya, Sito Gering yang memberi mereka petunjuk.
"Pada waktu kamu mulai sembuh dari lukamu, Uriel setiap harinya datang untuk melihatmu. Dia mendengar ada buah yang memiliki efek penyembuhan yang sangat baik pada wanita, kebetulan aku juga kehabisan persediaan buah itu. Dia menawarkan bantuan untuk membantu mencarikan buah itu."
Mendengar itu, Lina pun menjadi sangat cemas.
"Dia tidak benar-benar mencari buah itu kan?"
Ekspresi Sito berubah serius.
"Aku pikir dia akan menunggu salju mencair sebelum pergi mencari buah itu, jadi aku tak terlalu memperhatikannya. Tapi sepertinya, sekarang ini dia memang pergi untuk mencari buah itu."
"Dalam kondisi cuaca yang sangat dingin dan membeku seperti ini. Mana mungkin ada tumbuhan ataupun buah-buahan. Kenapa dia begitu b*d*h?" Lina pun menjadi semakin khawatir, "Aku tidak bisa membiarkan dia sendirian di luar sana. Aku akan pergi mencarinya!"
Dengan segera Wiro meraih lengan gadis itu.
"Jangan gegabah. Di luar, salju sedang turun sangat lebat. Kamu juga baru pulih. Kamu pasti akan kedinginan dan mati beku kalau nekat pergi sekarang."
"Tapi Uriel masih di luar sana! Aku harus mencarinya dan membawanya kembali!" Teriak cemas Lina.
"Aku akan membantumu mencarinya!" Wiro berkata dengan tegas, "Kamu tunggu di rumah saja, Aku akan memberitahumu setelah aku menemukannya."
Lina membuka matanya lebar dan menatapnya dengan heran.
"Kenap.."
Lina ingin bertanya kenapa dia begitu baik dan ingin membantunya.
Tapi Wiro seolah tahu apa yang akan Lina tanyakan, dia segera memotong kalimatnya.
"Kamu adalah tamu dari klan Serigala Batu. Kalau sampai kamu mengalami kecelakaan, aku, sebagai pemimpin klan Serigala Batu, pasti akan merasa sangat bersalah."
Kalimat yang terdengar bijak, tapi Dukun tua yang sangat mengenalnya dan tidak percaya sepatah kata pun.
Sito Gering memandang Wiro dengan aneh.
"Kenapa aku baru tahu kalau rasa tanggung jawabmu itu sangat besar?"
"Itu karena mata tuamu sudah rabun." Sahut Wiro cepat.
Waktu sangat mendesak, Wiro tak menyiapkan terlalu banyak perlengkapan. Dia bersiap untuk pergi dengan membawa sebuah kantong kulit berukuran besar, berisi daging kering dan sebuah tabung bambu berisi anggur.
"Tunggu sebentar!" Lina memakaikan jubah kulit binatang ke tubuh Wiro, kemudian dia juga meletakkan pemantik api ke tangan Wiro.
"Hati-hati di jalan!"
Dia kemudian menambahkan dengan suara rendah, "Kalau kamu tak bisa menemukan Uriel, cepatlah kembali."
Dia tak ingin membebani Wiro karena Uriel, yang saat ini sedang menghilang.
Wiro melihat ke bawah, memandangi wajah gadis cantik imut di hadapannya itu. Tak bisa menahan, diapun mengatakan sesuatu, "Kalau kali ini aku bisa kembali dengan selamat, bisakah kamu berjanji padaku satu hal?"
Lina menatap kearah pria itu. Terlihat mata hijau gelapnya yang menawan, bibir tipisnya yang selalu mengeluarkan kata sarkastik sedang sedikit menekuk saat ini, rambut pendek berwarna perak yang menutupi kedua alisnya yang tajam.
Melihat itu, jantungnya tiba-tiba berdetak tak terkendali.
Wiro melihat gadis itu tidak berbicara, mau tak mau dia bertanya lagi, "Bisa?"
Sito yang sedang memperhatikan mereka sebetulnya tidak ingin mengganggu mereka. Melihat mereka, mau tak mau diapun ikut berbicara.
"Lina, kali ini Wiro akan mempertaruhkan nyawanya untukmu. Kamu janji saja padanya, supaya dia bisa tenang dan tak mengalami kecelakaan di luar sana."
Lina merasa sesak saat mendengar kalimat yang terakhir.
Dia tak peduli akan hal lain lagi, dengan cepat berkata, "Ok. Baiklah! Selama kamu bisa kembali dengan selamat, aku akan menuruti apa pun yang kamu inginkan."
Ketika dia sudah mendapati jawaban yang dia inginkan, Wiro mengangkat kepalanya dan tersenyum.
Senyum itu sama sekali tak mengandung ejekan dan penghinaan, itu benar-benar murni dari hati, membuatnya jadi berdebar-debar.
"Itu kamu yang bilang. Jangan ingkar!"
Lina merasakan jantungnya berdebar kencang, menghindari tatapan mata membara pria itu. Dia merasa malu, tapi dengan tegas berkata, "Jangan khawatir, aku tak akan ingkari apa yang sudah aku katakan."
Jalan untuk menuruni gunung terhalang oleh salju. Wiro mengikat tali di dinding batu gua. Dia memegang tali itu dan dengan pelan meluncur ke bawah.
Lina berdiri di mulut gua, melihat sosok itu menghilang di salju yang tampak tak ada batasnya, kekhawatirannya semakin bertambah.
Di luar, angin sangat kencang dan salju turun sangat lebat. Hanya dalam waktu singkat, tubuh Lina sudah dipenuhi oleh salju.
Sito segera menariknya kembali masuk ke dalam gua.
"Tak perlu terlalu khawatir. Dia pasti akan baik-baik saja. Wiro sudah sering berburu dalam keadaan cuaca yang seperti ini. Dia juga mempunyai pengalaman menghadapi cuaca seperti ini."
Selama menanti, Lina hanya bisa menggenggam kedua telapak tangannya. Selalu berdoa dalam hati, untuk keselamatan Uriel dan Wiro.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
izzajha😴😴
kpan up lg thor??
sy sdh bca ulang ni tp blm up up
2022-08-01
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
dah dig dug jantungku thor🥰🥰
2022-01-19
0
Yukity
like👍🏼😍
2022-01-10
0