"Betul, Josh itu anak dari pemimpin klan Serigala Air Hitam, dia itu sepupuku. Dia juga membawa serta Dukun Serigala Air Hitam untuk berbicara denganku tentang sebuah bisnis. Ketika Avi mengetahui kalau mereka akan kemari menemuiku, dia bersikeras untuk ikut kemari tanpa malu-malu. Aku sudah capek dengan kelakuannya!”
Ternyata pria paruh baya yang berpakaian aneh itu adalah, Dukun dari klan Serigala Air Hitam.
Lina tidak tertarik sama sekali tentang Avi.
Dia hanya sedikit penasaran tentang apa yang dia katakan tentang bisnis itu.
"Bisnis yang seperti apa itu?" Lina berhenti sebentar kemudian dia menambahkan, "Kalau tidak ingin memberitahu juga tidak apa-apa, aku juga tak memaksamu untuk memberitahukannya kepadaku."
"Tak ada yang perlu aku sembunyikan. Mereka hanya ingin menjual sejenis air kepadaku."
"Air?" Mendengar itu, ekspresi Lina memperlihatkan kebingungannya, "Apa tidak ada sumber air di sekitar sini? Untuk apa mereka datang ke padamu hanya untuk menjual air?"
Wiro berkata, "Air yang mereka jual bukanlah air biasa, tetapi air yang bisa membuat tubuh menjadi hangat setelah diminum. Air yang ajaib, dengan itu kita bisa keluar berburu bahkan disaat musim dingin. Selama membawa air itu, kita tak perlu khawatir akan kedinginan dan membeku."
Melihat Lina yang sepertinya sedang penasaran, Wiro tiba-tiba menyipitkan matanya.
"Kamu mau lihat seperti apa airnya? Kalau kamu memintanya, akan aku pertimbangkan untuk menunjukannya kepadamu."
Lina memutar bola matanya.
"Kekanak-kanakan!"
"Siapa yang kekanak-kanakan?!" Tanya Wiro.
"Yang sudah menjawabku, dialah yang kekanak-kanakan."
Wiro memanyunkan bibirnya, segera menaruh piringnya dan pergi keluar dari tempat itu.
Lina sedikit terkejut melihat kelakuan Wiro.
"Sejak kapan orang ini jadi begitu pelit dan sensitif?"
Tapi kemudian, dia melihat Wiro kembali masuk. Dia juga membawa sebuah tabung yang terbuat dari bambu.
Melihat itu, Lina tidak bisa menahan tawa kecilnya.
"Hihi.."
"Apa yang kamu tertawakan?" tanya Wiro.
"Tidak ada. Aku hanya berpikir terkadang kamu itu lucu."
"....." Mendengar itu, Wiro terdiam dan telinganya pun memerah seketika.
Lina kemudian mengambil tabung bambu itu dari tangan Wiro, mendekatkan tabung itu kehidungnya dan menciumnya. Wajahnya pun berubah.
"Ini kan anggur!"
Wiro terkejut, "Apa kamu tahu ini air apa?"
"Aku tahu, aku juga pernah meminumnya. Air ini benar-benar memiliki efek meningkatkan sirkulasi darah dan menghangatkan tubuh, tapi aku tidak berani minum terlalu banyak."
Jos hanya mengatakan kepada Wiro kalau air ini dapat membuat tubuh menjadi hangat, tapi dia tidak mengatakan kalau tidak boleh minum terlalu banyak. Dia tidak tahu atau dia sengaja tidak memberitahu Wiro.
Wiro pun menanyakannya kepada Lina, "Kenapa kamu tidak mau minum terlalu banyak?"
"Air itu membuat kita mabuk. Semua orang akan berubah sifat dan sikapnya saat mabuk. Aku tidak yakin apa yang akan kita lakukan saat kita mabuk. Untuk lebih amannya, lebih baik minum air ini sedikit saja, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang buruk.”
"Ternyata bisa seperti itu." Wiro kemudian menjawab dengan sungguh-sungguh, "Aku sudah mengerti."
Kemudian Lina berkata, "Kalau bisa, sebaiknya kamu cari tahu apa saja yang mereka gunakan untuk membuat anggur ini. Anggur jenis ini bukanlah anggur buah. Pastinya itu diracik dari beberapa jenis biji-bijian. Kalau tahu itu terbuat dari bahan apa saja, kalian bisa menanam tanaman tersebut untuk digunkan disaat membutuhkan."
Lina tidak hanya bisa memuaskan perutnya dengan makanan, tetapi juga bisa membuat anggur untuk dia jual. Sudah pasti hal seperti itu sangat layak untuk dipikirkan!
"Aku akan mencobanya," kata Wiro.
Lina kemudian mengambil beberapa cangkir yang terbuat dari kayu, menuangkan anggur ke dalam cangkir Uriel dan Wiro, lalu menuangkan secangkir kecil anggur untuk dirinya sendiri.
Kemudian dia mengangkat gelasnya.
"Demi hot pot malam ini. CHEERS!"
Wiro dan Uriel tidak mengerti apa yang sudah Lina sorakkan. Mereka hanya mengikuti apa yang Lina lakukan, mengangkat gelas mereka dan meminumnya dengan kepala mendongak sama persis seperti yang sudah Lina lakukan.
Anggur yang rasanya panas mengalir ke tenggorokan mereka berdua, seketika itu juga mengejutkan kedua pria itu.
"Rasanya agak aneh, tapi kalau meminumnya untuk beberapa cangkir lagi, pasti akan terasa sangat enak! Ayo kita lanjutkan lagi." Ajak Wiro kepada Uriel.
Meskipun konsentrasi alkohol pada anggur ini tidak tinggi. Akan tetapi bagi mereka berdua yang baru pertama kali ini meminum air semacam ini, secara tidak sengaja, mereka pun akhirnya mabuk.
Uriel yang sedang mabuk terlihat biasa-biasa saja.
Dia hanya duduk diam di atas selimut tidak mengatakan apa-apa, sambil terus menatap Lina.
Sebaliknya, reaksi Wiro saat mabuk jauh lebih ganas.
Dia berlutut di tanah, memegangi paha Lina sambil menangis.
"Ijinkan aku menjadi pasanganmu.. Aku sangat menyukaimu.."
Sambil menyingkirkan tangan Wiro, Lina kemudian berkata, "Kamu sedang mabuk, aku akan mengantarmu pulang."
Wiro meraih tangan Lina dan menggenggamnya, dia menjulurkan lidahnya dan menjilati telapak tangan Lina. Kemudian dia juga menjulurkan kepalanya dan mengusap-usapkannya ke perut Lina sambil bersikap genit dan manja.
"Aku tak ingin kembali, aku ingin tinggal disini bersamamu.. Aku ingin tidur denganmu.."
Kekuatan Lina terlalu lemah untuk bisa mendorongnya supaya menjauh. Dia hanya bisa menatapnya dengan marah.
"Kalau kamu masih berkelakuan seperti ini, aku takkan peduli lagi tentangmu!"
Mendengar perkataan tegas Lina, membuat Wiro jadi bersedih.
"Huhuhuuu.. Kamu tidak menginginkanku.. Aku pasti akan melakukan apa pun yang kamu perintahkan.. Tolong jangan pernah abaikan aku.."
Lina menepukkan tangannya ke dahinya sendiri. Dia baru menyadari, ternyata saat mabuk kelakuan Wiro sungguh berbeda dibandingkan dengan saat dia tidak mabuk. Apa yang dia katakan tadi soal untuk tidak minum terlalu banyak?
"Maaf kan aku tentang itu!" Kata Lina.
Tak berdaya, dia hanya bisa meminta bantuan kepada Uriel, "Maukah kamu mengantarkan dia pulang?"
Kemudian Uriel berdiri tetap dalam diamnya, berjalan ke arah Wiro dan segera memukul tengkuknya.
Alhasil, Wiro pun dibuat tak sadarkan diri.
Uriel kemudian meraih pergelangan kaki Wiro dan hendak menyeretnya.
Melihat itu, Lina pun terkejut dan dengan cepat menyarankan, "Jangan seperti itu, kamu akan menyakitinya!"
Uriel berkata dengan wajahmya yang masih tanpa ekspresi, "Dia itu berkulit kasar dan berdaging tebal, tidak akan kenapa-napa kalau hanya diseret seperti ini."
Dengan gelisah Lina mengikuti mereka, melihat Uriel yang sedang menyeret Wiro kembali ke rumahnya yang berada di sebelah rumah mereka, membuatnya sampai berkeringat.
Rumah Wiro hanya berukuran sekitar sepuluh meter persegi. Hanya ada tempat tidur batu di dalamnya dan tidak ada perabotan lain. Ada kulit binatang dan daging kering yang menumpuk di sudut. Jumlahnya pun luar biasa.
Kemudian Uriel pun melemparkan Wiro ke tanah.
Lina terkejut.
"Kenapa tidak menempatkannya di tempat tidur saja? Sekarang cuaca sedang dingin. Kalu dia berbaring di tanah semalaman, dia pasti akan masuk angin!"
Dengan sangat tidak sabar, Uriel kemudian menarik Wiro dan melemparkannya ke atas ranjang batu.
Tempat tidur batu itu pun berguncang karenanya.
Saat melihat itu, Lina juga ikut meringis seolah merasakan sakitnya.
"Punggung Wiro pasti akan memar."
Lina menemukan kulit binatang yang tebal, dia menggunakannya untuk menyelimuti tubuh Wiro. Dia juga menuangkan sekantong penuh dengan air dan meletakkannya di samping tempat tidur Wiro. Setelah itu dia pun pergi bersama Uriel.
Sesampainya di dalam rumah, Lina mulai membersihkan rumah, lalu pergi mandi dan kemudian tidur.
Antara setengah mimpi dan setengah sadar, dia merasakan sesuatu yang keras tengah meremas kakinya.
Perasaan akrab ini membuatnya tiba-tiba bangun dari tidurnya.
Lina mencoba bergerak maju untuk menghindari benda keras dan hangat yang ada di belakangnya, tapi Uriel tidak memberinya kesempatan untuk menghindar.
Dia memeluk pinggang Lina erat-erat untuk mencegahnya melarikan diri.
Lina merasakan panas di p*ngk*l p*hanya akibat gesekan itu, wajahnya pun memerah menahan perih, "Jangan lakukan ini Uriel!"
Uriel menggosok wajahnya ke telinga Lina, ada aroma alkohol dari napasnya.
"Aku menyukaimu. Bersediakah kamu membiarkanku masuk?"
Lina tahu seberapa besar benda itu. Kalau Uriel menusukannya, kulit Lina pasti akan robek.
Lina menggelengkan kepalanya dengan perasaan ngeri.
"Tidak! Jangan di masukkan! Aku takut!"
Jika Uriel tidak dalam keadaan mabuk, dia pasti akan mendengarkan apa kata gadis kecilnya itu.
Tapi sekarang Uriel sedang dalam keadaan mabuk. Hari ini dia sudah menanggalkan penampilan lembutnya, menunjukkan kekuatan dominan bawaan para Orc Pria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
aku juga bakalan takut 🤭🤭🤭🤭🤭
2022-04-26
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
seperti melempar sampah, dan dengan dendam di lempar begitu saja 😂😂😂😂
2022-04-26
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
🤣🤣🤣🤣 akhirnya mengaku juga karna mabuk, bakalan malu dia nanti klo udah sadar
2022-04-26
0