Rok bulu yang dikenakan Lina kini sudah terkoyak, tubuhnya yang putih mulus terlihat dengan jelas.
Benda milik Uriel kini juga sudah tegak lurus.
Di bawah pengaruh alkohol, tanpa sadar tubuhnya berubah menjadi harimau putih besar. Benda besar yang ada di bawah perutnya pun sudah mendongakkan kepalanya.
Terdapat duri-duri pada permukaan benda itu.
Dia menjulurkan lidahnya yang basah dan menjilati tubuh mungil Lina. Duri-duri kecil yang ada dilidahnya membuat Lina merasakan perih. Kulitnya yang awalnya putih dan mulus, kini berubah menjadi merah cerah.
Rasa perih pada tubuhnya membuatnya berteriak, "Sadarlah Uriel!"
Uriel melingkarkan ekor harimaunya ke pinggang Lina dengan erat, untuk mencegah supaya Lina tak bisa mundur ataupun menghindar. Benda yang besar dan sekeras besi itu mulai mencoba untuk menyeruak masuk melalui pintu kecil yang ada diantara kedua p*ngk*l p*h* Lina.
"Terlalu besar! Tak mungkin bisa masuk!" Lina sangat ketakutan hingga tubuhnya pun menggigil, dia menangis memohon ampunan, "Jangan! Tolong lepaskan aku Uriel!"
Sudut matanya menatap lidah harimau itu, tetapi dengan wajahnya yang masih tetap menatap was-was ke arah benda yang berwarna agak sedikit kebiruan, yang ada di bawah Lina. Kepala benda itu masih terjepit dipintu kecil yang sangat sulit untuk dimasuki.
Perlahan-lahan, kesadaran Lina mulai agak memudar.
Wajahnya menjadi pucat pasi, air matanya menetes jatuh satu demi satu.
"Aku sangat kesakitan Uriel!"
............
Wiro terbangun karena dia merasa sangat haus.
Dia merasakan kepalanya berdenyut-denyut dan terasa sakit, dia tetap berusaha untuk bangun. Saat itu tangannya menyentuh kantong air yang ada di sebelah tubuhnya.
Dia langsung mengambil kantong air itu dan mulai menegukan air itu beberapa kali. Setelah itu barulah Wiro mulai merasa jauh lebih nyaman.
Pada saat yang sama, semua indranya menjadi normal kembali.
Dia mendengar jeritan pelan yang berasal dari ruangan sebelah.
Dengan segera Wiro semakin menajamkan indra pendengarannya dan mendengarkan dengan seksama melalui dinding batu.
Dia mendengar suara tangisan Lina. Suaranya terdengar sedih dan lemah, seperti anak kucing yang sedang diganggu. Terdengar sangat menyedihkan.
"Apa yang sedang terjadi? Apa dia sedang dipermainkan?!"
Dengan cepat raut wajah Wiro berubah, dia segera melompat dari tempat tidurnya dan bergegas berlari keluar.
Pintu yang ada disebelah rumahnya tertutup rapat, tapi papan tipis itu tak berarti apa-apa untuknya. Dia mengangkat pintu dengan satu kakinya. Kemudian bergegas menuju ke kamar dan mendapati Lina sedang ditekan oleh si harimau putih besar, harimau besar itu sedang memaksakan sesuatu untuk masuk ke salah satu bagian tubuh Lina yang mungil.
Tubuh yang awalnya halus tanpa cela, kini bagian bawahnya telah robek dan ada darah yang mengalir keluar.
Lina terlihat sangat pucat karena kesakitan, sambil memohon pada Uriel untuk segera menghentikan perbuatannya.
Melihat itu, membuat Wiro menjadi sangat marah.
Dengan cepat dia bergerak untuk menyerang harimau putih yang sedang mabuk itu.
"B*J*NG*N KAU URIEL!!"
Wiro menyerang bagian kepala Uriel dengan seluruh kekuatannya.
"DUAGH!!"
Terkena serangan Wiro, kepala harimau itu pun membentur dinding batu dengan sangat keras.
"BRAK!"
Seketika itu juga, rasa sakit membuat harimau itu tersadar dari mabuknya.
Ketika dia melihat Lina yang di tubuhnya terdapat luka, dia mulai teringat akan apa yang baru saja dia lakukan, raut wajahnya pun seketika itu berubah.
Dengan sangat hati-hati Wiro mengangkat tubuh Lina.
"Aku datang, jangan takut."
Kemudian dia membungkus tubuh gadis kecil mungil itu dengan menggunakan kulit binatang dan segera menggendongnya dan berlari ke gua tempat di mana si dukun tinggal.
Sito Gering yang sedang asik tidur dengan sangat pulas, langsung saja kakinya diseret oleh Wiro Sanger.
Sito Gering yang sangat kaget segera membuka matanya dan sangat marah, sehingga janggutnya yang putih pun ikut bergetar.
"Apa yang kamu lakukan dengan mengganggu orang yang sedang tertidur saat tengah malam begini?!"
"Cepat periksa Lina! Dia terluka!" Wiro memerintah.
Ekspresi Sito Gering berubah menjadi cemas ketika mendengar itu, dia menyuruh Wiro untuk segera membaringkan Lina di tempat tidur, kemudian memeriksa luka-luka di tubuhnya.
Kulit bagian dada dan punggungnya lecet dan bengkak, bagian bawah tubuhnya robek.
Lina masih menggigil ketakutan, air matanya mengalir deras, mulutnya masih terus meracau memohon ampun, "Tidak. Jangan.."
Sito Gering sangat marah saat melihat kondisi Lina yang seperti itu.
"B*j*ng*n mana yang sudah melakukan ini?! Apa itu kamu?!"
"Uriel yang melakukannya." Jawab Wiro.
Sito terkejut.
"Aku lihat pria itu selalu terlihat hangat dan lembut. Aku tak menyangka dia akan begitu kasar saat di tempat tidur."
Wiro sedang sangat panik.
"Tak usah bicarakan tentang dia, cepat kau sembuhkan gadis itu!"
Sito mengambil obat herbal dan mengoleskannya pada luka-luka yang ada di tubuh Lina. Tak lama, pembengkakan mulai mereda dan pendarahan pun berhenti.
Tapi Lina masih merasakan sakitnya.
Dia meringkuk bersembunyi di dalam kulit binatang, wajahnya pucat dan matanya merah.
Wiro sedang menungguinya.
Sampai tiba Lina merasa sangat lelah dan dia tertidur, Wiro baru bangkit dan berjalan keluar dari ruangan. Dia berpesan kepada Sito Gering, "Beristirahatlah di sini sebentar. Bantu aku menjaganya."
"Kemana kamu akan pergi?" Sito Gering bertanya.
"Aku akan memberi pelajaran pada b*j*ng*n itu!"
............
Hari sudah sore ketika Lina bangun dihari berikutnya.
Pikirannya masih dihantui akan apa yang telah terjadi semalam.
Sito yang datang dengan membawa obat berbentuk cair, kemudian bertanya, "Bagaimana perasaanmu? Apakah masih merasakan sakit?"
Kemudian Lina mencoba merasakan di setiap bagian tubuhnya, apakah masih ada yang terasa sakit, lalu berkata, "Masih ada sedikit rasa sakit. Tapi sekarang jauh lebih baik daripada semalam."
"Kalau kamu meminum obat ini, rasa sakitnya akan semakin berkurang." Sito menjelaskan.
Sirup itu terbuat dari beberapa jenis jus. Warnanya hijau tua, sangat aneh.
"Bolehkah kalau aku tidak minum obat?" Lina bertanya.
Wajah Sito Gering berubah datar, kemudian menegur gadis itu, "Kamu sedang terluka, kenapa malah tidak mau minum obat? Bagaimana lukamu bisa sembuh kalau kamu tidak minum obat? Jangan sembarangan. Cepat minum obatnya."
Wajah Lina memerah. Dia meminum obat yang terasa sangat pahit itu dan segera mengambil buah manis yang sudah disediakan oleh Sito.
Setelah memakan sebanyak lima buah berturut-turut, rasa pahit di mulut mulai hilang.
Sito menatap wajah Lina yang pucat dan merasa kasihan.
"Jangan takut. Wiro sudah memberi Uriel pelajaran. Dia tidak akan menyakitimu lagi."
Lina mengingat apa yang sudah terjadi semalam, dia juga masih sedikit marah. Tetapi ketika dia mendengar kalau Uriel dipukuli oleh Wiro, dia merasa khawatir.
"Bagaimana keadan Uriel? Apa dia dipukuli hingga babak belur?"
"Tak perlu khawatir. Dia tidak apa-apa. Kulitnya kuat dan tebal!" Jawab Sito Gering.
"Bolehkah aku pergi menemuinya?" Lina bertanya.
Sito Gering langsung memelototinya.
"Semalam Uriel sudah memperlakukanmu dengan kasar. Kenapa sekarang kamu malah buru-buru ingin menemuinya? Kamu harus membiarkan dia untuk sendiri dulu, biarkan dia merasakan pelajarannya dan merenunginya, dia tak akan menyakitimu lagi."
Lina menundukkan kepalanya dan berhenti berbicara.
Dia tak punya keluarga. Uriel adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Dia tak ingin meninggalkan Uriel sendirian.
Sito pergi membawa mangkuk kosong. Ketika dia keluar, dia melihat Uriel berdiri tidak jauh dari rumahnya.
Sito segera mengerutkan keningnya, dan janggut putihnya bergetar karena marah.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Suasana hati gadis itu sekarang sudah mulai tenang. Kamu jangan membuatnya takut lagi!"
Uriel baru saja dihajar oleh Wiro, wajah dan tubuhnya terluka.
Tapi, seperti apapun rasa sakit yang ada ditubuhnya, sedikitpun tak bisa dibandingkan dengan rasa sakit yang ada di hatinya saat ini.
Setiap dia teringat gadis kecilnya yang terluka karena dirinya, setiap kali itu pula dia ingin membunuh dirinya sendiri, dia merasa dirinya seburuk binatang.
Dia menyadari kalau saat ini Lina pasti sedang membencinya. Untuk sekarang ini dia tak ingin muncul di hadapan gadis kecilnya, agar tidak membuatnya semakin marah dan membencinya.
Tapi..
Dia sangat ingin bertemu dengan gadis kecilnya lagi.
Walaupun hanya sekilas.
"Aku ingin melihatnya.."
Dengan tegas Sito pun menolaknya.
"Gadis itu, dia tidak hanya sedang terluka di tubuhnya, tetapi juga hatinya terluka dan sedang sangat sensitif. Dia butuh istirahat yang tenang. Kamu tak boleh mengganggunya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
aku juga klo jadi lina bakalan takutlah, wong katanya terlalu besar 🤭🤭🤭
2022-04-26
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
aku ikut ketakutan we... 😰😰
2022-01-19
1
Inesri
ahhh
2021-12-16
1