Sekarang sudah ada banyak papan, yang perlu diangkut bolak-balik ke dalam gua.
Lina kemudian memberikan ide kepada Uriel, "Bagaimana kalau kamu bawa dulu beberapa kayunya ke gua, setelah itu kembali lagi kesini untuk mengambil sisanya. Aku akan menunggumu di sini, sekalian menjaga kayu-kayu ini."
Mendengar itu, tentu saja Uriel tidak setuju. "Hutan ini sangat berbahaya, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di sini. Kamu harus tetap ikut pergi bersamaku. Tidak ada yang bisa menjagamu di hutan ini. Kalaupun ada yang mencuri kayunya, biarkan saja. Tak masalah bagiku jika hanya kehilangan kayu."
Lina menolak, "Tidak bisa, kamu sudah bekerja sangat keras untuk memotong kayu-kayu ini. Aku tidak akan membiarkan kayu-kayu ini dicuri."
Lina membiarkan Uriel sejenak, menunggu sampai hati Uriel melunak.
Tanpa daya, Uriel pun akhirnya menatapnya dan menghela nafasnya.
"Hhhhh.. Baiklah, aku ikuti apa kata-katamu."
Uriel kemudian membawa Lina ke atas pohon, kemudian memberikan pisau dan sekantung buah manis kepada Lina.
"Kamu jangan pergi kemana-mana, tetaplah disini, aku akan segera kembali."
Lina mengangguk, "Baiklah."
Kemudian Uriel pun pergi, sambil membawa beberapa kayu di atas punggungya.
Duduk sendirian di atas pohon tanpa berbuat apa-apa, Lina pun akhirnya merasa bosan. Dia kemudian membuka tas kainnya, dan mengambil kulit bergambar, untuk dia baca sambil memakan buah manis.
Ketika dia sedang memakan buah manis yang ketiga, tiba-tiba saja ada seekor laba-laba bunga yang besar jatuh dari atas, dan mendarat tepat di kulit bergambar.
Laba-laba ini panjangnya lebih dari satu meter, ditutupi dengan garis-garis merah cerah. Kemudian laba-laba itu membuka mulutnya, sambil berjalan mendekati ke arah Lina!
Melihat hal itu, Lina yang sangat ketakutan dan tidak bisa bereaksi untuk bersembunyi, spontan menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Pada saat itu, tiba-tiba Lina merasakan dirinya ditangkap oleh sesuatu dan kini ia sudah berada di bawah.
Rupanya itu adalah Wiro, yang sudah sejak lama sedang mengamati dari kejauhan, saat dia melihat kejadian itu, tubuhnya langsung bereaksi secepat kilat melompat dan membawa Lina turun dari atas pohon itu.
Lina yang merasa cukup beruntung bisa lolos dari serangan laba-laba itu, menarik napas lega.
Kemudian dia membuka kedua telapak tangannya, pada saat itu dia melihat dengan jelas, ternyata Wiro lah yang telah menyelamatkan hidupnya. Dia kemudian memelototinya. "Kenapa ada kamu lagi?"
Wiro kemudian mendengus dingin. "Huh!"
Lina merasa bahwa sikap pria ini benar-benar menyebalkan, tetapi dia baru saja menyelamatkan hidupnya. Karena dia merasa malu untuk mengatakan apa-apa lagi, kemudian di mendorong tubuh Wiro. "Turunkan aku."
Wiro bisa merasakan lengan gadis kecil ini terasa lembut dan halus, juga memiliki aroma harum yang menyenangkan. Saat ini dia sedang merasakan detak jantungnya semakin cepat, saat Lina menyentuh dadanya.
Ini adalah kali pertama dia menggendong seorang wanita.
"Ternyata jauh lebih baik dari yang aku pikirkan." Gumam Wiro.
Sebetulnya dia sedikit enggan untuk melepaskan gadis ini, tetapi akhirnya dia pun melepaskannya.
Begitu Lina menginjakkan kedua kakinya ke tanah, dengan cepat dia mundur dua langkah untuk menjauhi Wiro.
Tanpa menunggu gadis itu mengungkapkan rasa terima kasihnya, Wiro tiba-tiba menarik Lina kesamping.
"AWAS!"
Hal itu dia lakukan, karena dia melihat laba-laba bunga itu melompat turun, dan akan mendarat tepat pada posisi Lina berdiri.
Untung saja Lina ditarik oleh Wiro tepat waktu. Jika tidak, dia pasti akan bersentuhan langsung dengan laba-laba bunga itu.
Saat laba-laba bunga itu mendarat, dia segera bergerak menuju ke arah Wiro.
Wiro tak merasa takut, dia langsung berubah menjadi serigala, cakar tajamnya mengayun dengan keras, dan langsung mengenai perut laba-laba itu. Seketika itu cairan keluar dari tiga luka yang memanjang yang ada di perut si laba-laba.
Laba-laba bunga pun mengeluarkan suara yang melengking.
Dia benar-benar marah, menggunakan delapan kaki rampingnya, dengan putus asa menyerang Wiro untuk membalas serangan.
Seekor cacing dan seekor serigala, terlihat sedang bertarung dengan sengit.
Ini adalah kali pertama, Lina melihat perubahan bentuk binatang milik Wiro.
Dia tahu bahwa Wiro adalah serigala, tetapi dia tidak tahu kalau ternyata bulunya berwarna putih perak, tanpa ada warna belang sedikitpun. Terlihat sangat indah, seterang cahaya bulan.
Meskipun pergerakan laba-laba bunga sangat rumit, tapi kemampuan bertempur Wiro Sanger jauh lebih baik. Tak perlu waktu lama, laba-laba bunga terpental dan terbalik akibat serangan cakar milik Wiro Sanger. Perutnya yang bundar terkoyak, darah yang lengket dan hijau mengalir ke seluruh tanah.
Melihat hal itu, Lina jadi merasa sedikit mual.
Dia mengalihkan pandangan matanya dari situ, dan dengan hati-hati menuju ke arah Wiro, dan berkata dengan tulus, "Terima kasih sudah menyelamatkanku."
"Apa gunanya mengucapkan terima kasih? Aku ingin kamu membalasku dengan tindakan."
"Hah?" Lina tertegun dan kebingungan, mendengar apa yang Wiro katakan.
Wiro menundukkan kepalanya dan berjalan mendekatinya, sambil berkata dengan senyum nakalnya, "Kenapa kamu tidak membuka kakimu dan membiarkan aku melakukannya sekali?"
Mendengar itu, wajah Lina berubah memerah karena marah.
"Dasar mesum! Sinting!" Kemudian Lina mengepalkan tinjunya ke samping tubuhnya, dan memelototinya sambil berkata, "Sebelumnya kamu sudah menggangguku. Dan kali ini kamu menyelamatkanku. Kita sekarang impas!"
Wiro tidak mempedulikannya, sambil menggoyangkan ekornya.
"Karena sudah impas, kenapa kamu diam saja? Apa lagi yang kamu tunggu?"
"Kamu, kamu sangat menjijikkan!" Kemudian Lina membalikkan badannya dan lari pergi.
Ketika Lina sudah bergerak jauh, Wiro berlutut di tanah, sambil melihat cakarnya yang tertutup oleh darah laba-laba.
Darah itu sangat beracun, dan cakarnya mulai berubah menjadi ungu tua yang menakutkan.
Perlahan mata hijaunya berubah menjadi gelap, senyumnya muncul mengejek dirinya sendiri.
"Aku tidak berharap aku akan mati di sini, di tangan laba-laba!"
Jika anggota klan mengetahui ini, mereka pasti akan menertawainya.
Dengan perlahan dia mulai memejamkan matanya, dan sudah siap menghadapi kematiannya.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki.
"BUK! BUK! BUK! BUK!"
Wiro pun segera membuka kembali kelopak matanya, dia melihat gadis kecil yang seharusnya tadi sudah berlari pergi menjauh, kini kembali lagi kesini.
Emosi yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehatnya, tiba-tiba muncul di benaknya.
Tapi mulutnya masih saja menyebalkan seperti biasanya.
“Kenapa kamu kembali lagi? Apakah kamu sudah berubah pikiran akan berbaring dan membiarkan aku melakukannya?”
Lina mengabaikan kata-kata pria yang menyebalkan itu.
Dia kembali untuk mengambil buku kulit domba bergambar, yang jatuh di tanah. Sebelumnya dia sudah berlari sangat cepat, sehingga dia melupakan benda yang sangat penting yang sudah dia jatuhkan tadi.
Dengan hati-hati dia kemudian mengambil kulit bergambar miliknya. Ketika dia akan berbalik dan pergi, dia melihat ada yang tidak beres pada diri Wiro.
Sejenak Lina merasa ragu, tapi akhirnya dia pun mendekatinya.
"Ada apa denganmu?"
Wiro hanya meliriknya.
"Kenapa kamu mendekatiku? Tidakkah kamu tahu aku sangat membenci wanita?"
Lina memutar bola matanya. Jika pria ini tidak menyelamatkannya, dia pasti akan mengambil segenggam daun untuk menyumpal mulutnya yang menyebalkan.
Meskipun Wiro mencoba menyembunyikan cakarnya, tapi Lina dengan matanya yang tajam tetap dapat melihat ada yang tidak beres pada tubuh Wiro.
"Apa kamu keracunan?"
Wiro memalingkan wajahnya.
"Bukan urusanmu!"
Lina ingin melihat cakar Wiro lebih dekat lagi, tapi Wiro menggunakan ekornya untuk mendorong Lina supaya menjauh.
"Jangan dekati aku!"
Lina kemudian memelototinya, dan pergi dengan membawa kulit bergambar miliknya.
Melihat Lina tetap berjalan pergi dan tidak menolehkan kepalanya kebelakang, hati Wiro tiba-tiba dipenuhi kekecewaan yang besar.
"Benar saja, semua wanita memang sama-sama kejam dan berdarah dingin."
Meskipun mereka telah menyelamatkan hidup wanita dengan mengorbankan nyawanya, wanita tak akan merasa tersentuh sedikit pun.
Mata yang berwarna hijau tua itu dengan cepat memudar, bulu putih peraknya juga tampak tertutup lapisan kabut, membuatnya menjadi tidak berkilau.
Ayahnya meninggal karena perempuan. Dan sekarang, hal seperti itu akan terjadi lagi.
Meski sedikit enggan untuk mengakui, tapi jika dipikirkan baik-baik, hal ini sepertinya sangat masuk akal.
Dia sudah memilih jalannya, dia menyelamatkan orang itu, dan dia juga pantas untuk mati.
Kepala Wiro kini mulai terasa pusing, pemandangan di depannya berangsur-angsur menjadi kabur dan tubuhnya menjadi semakin dingin.
Dia tahu bahwa dia akan segera mati.
Dia tidak bisa melakukan apa-apa, dan merasa putus asa jika memikirkannya.
Lina berlari kembali menuju ke arah Wiro, sambil memegang segenggam rumput.
Pada saat ini, Wiro sudah dalam keadaan koma dan dalam bahaya.
Lina kemudian berlutut di depannya. Dia memotong cakarnya dengan pisau tulang, untuk mengeluarkan darah yang terkena racun, kemudian menghancurkan herbal yang dia bawa, dan mengoleskannya secara merata ke luka Wiro.
Kemudian dia memotong sedikit pakaian kulit milik Wiro, untuk membalut lukanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
lanjut lagi😁😁
seru lah😊
2022-01-19
0
Yukity
Si Oyen pacarku bukan Manusia
akan selalu mendukungmu...👍🏼😍
2022-01-08
0
Poni
up
2021-12-10
0