Sebagai pemimpin termuda dari klan Serigala, Wiro tidak hanya kuat tetapi juga sangat tampan.
Pada pandangan pertamanya, Avi telah memutuskan untuk memilih Wiro sebagai pria selanjutnya, yang dia inginkan agar Wiro memasuki area yang ada di balik roknya, dan menjadikan Wiro sebagai pasangannya yang ketiga puluh.
Dia adalah wanita tercantik di suku, dia memiliki kepercayaan diri untuk mendapatkan banyak pria.
Ketika dia melihat Wiro berjalan masuk, Avi segera mencondongkan dan menggosokkan dadanya yang besar ke lengan Wiro.
Tubuh Wiro seketika menjadi kaku.
Melihat Wiro yang seperti itu, Avi beranggapan kalau Wiro itu pemalu, Avi tidak bisa menahan kegembiraannya.
"Apakah kamu datang kesini untuk membantuku? Aku tahu kamu itu pria yang keras dalam berbicara tapi berhati lembut. Meskipun kamu berwajah dingin, pada kenyataannya dihatimu juga memiliki rasa peduli terhadap orang lain."
Melihat adegan itu, Lina kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan tidak ingin melihat ke arah Avi.
Dengan perilaku keras Wiro yang sangat membenci wanita, kelakuan Avi kepada pria itu hanyalah mencari masalah untuk dirinya sendiri.
Benar saja, detik berikutnya bisa dilihat Wiro telah membuat Avi Zoge terlempar ke samping.
Kekuatan dan kecepatannya sangat besar, tidak meninggalkan belas kasihan sedikitpun, meskipun itu terhadap seorang wanita.
Kemudian Wiro mengelap lengannya yang telah disentuh oleh Avi, alisnya yang tebal berkerut saling tertaut erat, ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin.
"Berani menyentuhku lagi, akan aku potong tanganmu!"
Avi tercengang mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Wiro. Begitu juga dengan pria-prianya.
Seorang pria tidak akan pernah memperlakukan seorang wanita dengan kejam.
Wiro adalah bunga yang indah yang ada di dunia orc ini.
Akan tetapi, Avi menatap Wiro dengan masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
"Beraninya kamu melakukan ini padaku? Apakah kamu seorang laki-laki?" Tanya Avi dengan rasa sedikit kecewa.
"Aku laki-laki, hanya pasanganku yang berhak untuk mengetahuinya, tapi tidak akan pernah untukmu!" Mata berwarna hijau tua itu kini tidak ada sedikit pun emosi. Wiro berkata, "Pergi jauh-jauh dari sini. Aku merasa mual melihatmu."
Seumur hidupnya, Avi belum pernah dipermalukan seperti ini.
Dia sangat marah hingga tubuhnya gemetar dan matanya pun memerah.
"Tidak ada yang berani menggertakku seperti ini! Kau akan menyesalinya!"
Setelah berkata, Avi kemudian berlari sambil menangis.
Lebih dari dua puluh pasangan prianya saling memandang dan akhirnya mengikuti kemana Avi pergi.
Wiro melirik Lina dengan penampilannya yang terlihat tidak suka.
"Kamu sudah diganggu oleh orang lain di rumahmu sendiri, tapi malahan tidak berani untuk melawan?"
Lina yang sudah mulai terbiasa dengan mulut tajamnya Wiro, kini sudah tidak terlalu marah mendengarnya.
"Kamu sudah datang menganggu, sebelum aku sempat balik melawannya."
Wiro yang menyadari masalah Lina sudah terselesaikan, segera akan meninggalkan tempat itu untuk bergegas keluar dari tempat itu.
Tentu saja dia takkan mengatakan kalau dia memang berniat untuk membantu Lina.
Dia hanya mendengus, "Kebetulan aku hanya lewat. Lalu aku masuk untuk melihat."
"Itu sama saja." Lina balas mendengus.
Dia tidak berpikir kalu Wiro yang sangat membenci wanita, akan datang untuk membantunya. Pikirannya tidaklah sama seperti Avi.
Wajah Lina terlihat sedang membenci Wiro.
"Aku belum pernah melihat wanita seb*d*h dirimu!" Sahut Wiro. Dia pun segera pergi dengan perasaannya yang gusar.
Lina merasa heran sekaligus bingung.
"Looh.. Kenapa orang itu malahan marah sambil berkata seperti itu?"
Uriel sangat mengetahui kenapa Wiro marah, tapi dia tidak berniat untuk mengatakan pada gadis kecilnya itu.
Dia malah berkata dengan santai, "Siapa yang tahu seperti apa dia?"
Uriel kemudian berjalan menuju ke pintu yang sudah rusak.
"Hanya dalam sehari, pintu ini sudah dirusak sebanyak dua kali."
Mendengar Uriel berkata seperti itu, Lina mulai menyadari sesuatu.
Di mata para Orc yang kuat-kuat ini, pintu kayu itu tak ada artinya sama sekali. Bagaimanapun, mereka bisa mendorong pintu sampai terbuka tanpa memikirkan apa fungsi dari engsel.
Dia berpikir sejenak, kemudian berkata, "Kenapa kita tidak menggantung sehelai kulit binatang saja untuk membuat tirai seperti yang lain? Akan susah memperbaiki pintu yang sudah rusak seperti itu."
"Bagiku bukanlah masalah. Kamu kan menyukai pintu ini, aku tak keberatan untuk memperbaikinya kok." Jawab Uriel.
Kemudian Uriel mulai memperbaiki dan memasang kembali pintu kayu itu.
Dengan datangnya salju pertama, secara resmi menandakan bahwa musim dingin telah tiba.
Saat melihat salju yang melayang-layang turun, Lina berpikiran untuk membuat sesuatu makanan untuk mereka.
"Musim dingin sudah datang! Saatnya makan hot pot!"
Dengan bersemangat, dia menyiapkan panci, memasukkan daging ke dalam panci, mengisinya dengan air, kemudian menaburkan beberapa bumbu.
Tak perlu waktu lama, hot pot sudah mengeluarkan aroma yang tajam.
Dia meminta Uriel untuk mengambil beberapa sayuran dari ruang bawah tanah, sementara dia pergi ke sebelah untuk mencari Wiro.
Tentu saja hot pot adalah makanan yang banyak orang lebih memilihnya untuk dimakan disaat dingin seperti ini.
Dia sebetulnya juga ingin mengajak Meli untuk ikut bergabung, tapi rumah Meli berada jauh dari rumahnya. Dia juga tidak berani pergi terlalu jauh sendirian, alhasil dia pun membatalkan idenya itu.
Saat Lina membuka pintu rumahnya, saat itu juga dia melihat dua Orc pria keluar dari rumah sebelah.
Salah satu pria yang lebih muda memiliki penampilan yang mirip dengan Wiro, tetapi warna rambutnya abu-abu gelap, dan bibirnya lebih tebal dari Wiro. Dia juga terlihat lebih bersahabat, akan tetapi ketika dia melihat Lina, seketika itu juga wajah bersahabatnya langsung menunjukkan semacam ekspresi keserakahan.
Saat dia hendak berbicara dengan Lina, dia segera dihentikan oleh Wiro yang baru saja keluar dari rumah.
Wiro menatapnya dengan dingin, "Jangan coba-coba kau lakukan, kalau kau tetap memaksa, jangan salahkan aku karena bersikap kasar padamu!"
Pemuda yang bernama Josh itu terlihat marah karena merasa tersinggung mendengar ucapan Wiro.
Rekan di sampingnya terbatuk pelan dan menasihatinya dengan suaranya yang pelan, "Jangan membuat masalah. Di sini adalah Gunung Batu."
Josh kemudian mendengus dan berbalik.
Rekannya adalah seorang pria paruh baya, dengan pola lukisan aneh di wajahnya sambil memegang tongkat hitam di tangannya, dia juga berpakaian aneh.
Dia sedikit membungkuk ke arah Wiro, kemudian dia pergi begitu saja.
Ketika mereka sudah jauh, Wiro berbalik untuk melihat Lina, mengerutkan kening dan bertanya, "Untuk apa kamu keluar? Bukankah Uriel sudah memberitahumu untuk tidak keluar sendirian untuk beberapa waktu ini?"
Lina mngedipkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar, "Apa aku tidak salah dengar? Apa kamu peduli padaku?"
Ujung telinga Wiro seketika memerah, dia membalas bertanya, "Apa kamu bercanda? Aku peduli dengan seorang wanita? Kamu pasti bermimpi!"
"Yah, sepertinya aku memang sedang bermimpi." Jawab Lina.
"...." Wiro hanya terdiam.
"Apa kamu sudah makan malam? Aku memasak hot pot. Apa kamu mau bergabung bersama kami?" Tanya Lina.
Wiro mendesis, "Iiishh.. Apa itu Hot pot? Apa kamu yakin kita bisa memakannya?"
Lina tidak menjawabnya, dia memutar badannya berjalan menuju ke dalam rumahnya.
Dia memang sengaja tidak menutup pintu. Setelah beberapa saat, Wiro pun akhirnya masuk.
Saat dia melihat ada api di dalam ruangan. Reaksi pertamanya adalah menarik Lina ke belakangnya dan dengan gugup berkata, "Ru rumahmu terbakar! Ayo pergi! Di sini berbahaya!"
Tapi Lina malah segera menyeretnya mendekati api.
"Tak usah gugup, api ini adalah cahayaku, api ini tak akan menyakiti."
Setelah selesai mencuci sayuran, kemudian Uriel meletakkannya di piring. Dia melihat ternyata Lina mengajak Wiro. Dia tak banyak bertanya. Dia hanya berkata sambil tersenyum, "Dagingnya sudah dimasak. Ayo kita makan."
Melihat penampilan Uriel yang terlihat santai, sepertinya dia sama sekali tak takut dengan api yang ada di depannya. Wiro segera merasa bahwa dia sedang dibanding-bandingkan.
Dia melawan rasa takutnya akan api dan duduk dengan kaku di dekat api.
Hot pot sudah mengeluarkan aroma yang tajam.
Wiro yang masih sangat gugup, ketika mulai tertarik dengan aromanya yang lezat, secara perlahan mulai menjadi tenang.
Sudah lama Lina tak makan banyak. Dia segera berlari ke tempat duduk, dengan menggunakan sumpit kayu buatannya, dia lalu segera mengambil dan memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya. Tapi karena dagingnya masih panas, sontak saja membuatnya berteriak.
"AAW!"
"Fanazh!"
Dengan cepat Uriel mendekatkan wajahnya ke wajah Lina dan meniup-niup bibir Lina yang kepanasan.
Ketika dia melihat Lina sudah baik-baik saja, dia pun menyarankan, "Makannya pelan-pelan saja, tidak akan ada yang merebut makananmu kok."
Dengan lembut, Wiro juga meletakkan secangkir air di tangan Lina, sambil mulutnya masih menertawainya.
"Cuma karena memakan sepotong daging bisa seperti itu, apa kamu bisa jadi wanita yang berguna?"
Lina pun segera memelototi Wiro dengan marah.
"Cepat makan daging milikmu!"
Ketiga orang itu makan daging hot pot bersama-sama. Uriel lah yang selalu memasukkan daging dan sayuran panas ke dalam mangkuk Lina, agar dia tidak tersiram air panas lagi.
Beberapa kali Wiro selalu mengejek Lina dengan kata-katanya yang menjengkelkan, membuat Lina dan Wiro selalu bertengkar.
Tanpa disadari, suasana menjadi sedikit hangat.
Perut Lina sudah terasa kenyang. Melihat Wiro yang masih asik makan dan mengunyah daging, dia pun bertanya, "Kedua Orc pria tadi terlihat asing. Apa mereka berasal dari suku Serigala Air Hitam?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
EL CASANDRA
sana lari duluan😭😭🤣🤣
2022-02-19
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
lanjut terooss😁😁
2022-01-19
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
🤣🤣🤣 lari sana...
2022-01-19
0