Lina mencoba untuk berlari sekuat tenaganya.
Sayangnya, kecepatannya terlalu lambat dibandingkan dengan Wiro.
Dia baru saja berlari beberapa langkah, seketika itu juga Wiro menjambak rambutnya dari belakang.
"Mau lari kemana kamu?"
Saat tangannya memegang rambut Lina yang lembut dan halus bagaikan rumput air, membuat Wiro sedikit tercengang.
Selama ini wanita yang dia temui semuanya malas. Mereka jarang membasuh tubuh mereka. Rambut mereka selalu berantakan dan kotor, seperti tumpukan jerami yang kering.
Tapi wanita di depannya ini berbeda, dia sangat bersih.
Tak hanya itu saja, tubuhnya juga sangat bersih, kulitnya putih bersih tanpa sedikit pun debu.
Wiro tidak bisa untuk tidak merasa heran, tanpa sadar dia sedikit mengendurkan cengkramannya, tetapi kata-katanya masih memaki keras.
"Ini adalah untuk yang terakhir kalinya! Aku akan memberimu kesempatan untuk berubah, selama kamu mau mengakui kesalahanmu dan meminta maaf kepada Dukun, aku akan mengampunimu!"
Meskipun rambut Lina dijambak, tetapi dia tetap menolak untuk mengakui kekalahan.
Dia tidak mencuri. Kenapa juga dia harus mengakui kesalahannya kan?
"Kamu sudah gila yah?! Lepaskan aku!" Teriak Lina sambil berontak.
Wiro melihat gadis ini tetap tidak mau mengakui kesalahannya, di dalam hatinya mulai timbul bara api amarah.
"Apa kamu masih ingin mengutuk lagi?! Percaya atau tidak, aku akan menghajarmu!"
Lina kemudian memelototinya lagi dengan rasa kesal.
"Kamu mau menghajarku?! Kamu boleh menghajarku sampai aku mati!"
Wiro mulai mengangkat tangannya yang sudah mengepal, tapi di depan wajah yang cantik ini, bagaimana bisa dia melepaskan tinjunya.
Dalam hati Wiro berharap, gadis itu akan mengambil inisiatif untuk memintanya melepaskan dirinya, lagipun dia tidak ingin berdamai.
Dia mencoba untuk menahannya lagi dan lagi, pada akhirnya dia tidak bisa cukup kejam untuk mulai memukulnya. Dia hanya bisa mengeluarkan tiga kata.
"Cepat akui kesalahanmu!"
Dia pasti akan membiarkannya pergi, selama dia mau mengaku.
Tapi Lina tetap memasang wajah keras kepalanya.
"Aku tidak berbuat salah!"
"Jangan bicara omong kosong lagi. Jika kamu mau mengakui kesalahanmu, akui saja!" Wiro tetap memaksa.
"Aku tidak tahu! Bahkan jika kamu membunuhku pun, aku tidak akan pernah mengakuinya!"
Saat kedua orang itu mengalami kebuntuan, akhirnya Dukun Sito Gering pun kembali.
Sebelumnya, dia pergi menuju ke tempat Wiro. Dia ingin mengajaknya dan memperkenalkannya kepada Lina. Sayangnya, dia tidak menemukan keberadaan Wiro.
Di bawah ketidakberdayaannya, Sito Gering hanya bisa kembali kerumahnya dengan tangan kosong.
Yang mengejutkannya adalah, dia akhirnya menemukan Wiro sudah berada dirumahnya.
Tapi pada saat ini, Wiro sedang memegang rambut Lina dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi sedang mengangkat tinjunya. Wajah Wiro penuh keganasan, seolah ingin menghajar perempuan yang ada di hadapannya.
Seketika itu Sito Gering merasa sangat ketakutan melihat pemandangan ini, sehingga dia hampir berlutut karena lemas.
Dia segera bergegas untuk melerai mereka.
Sang Dukun memelototi Wiro dan memarahinya.
"Ada apa denganmu?! Kenapa tega terhadap gadis cantik ini. Apakah hatimu terbuat dari batu?"
Wiro mengerutkan kening dan berkata, "Perempuan ini mencuri di rumahmu. Aku akan memberinya pelajaran untukmu."
“Apa yang dia curi? Apa yang bisa dia curi dari rumah kumuhku ini?” Kata Sito yang sangat marah, hingga janggutnya hampir terbelah. Kemudian dia berusaha untuk menjelaskan kepada Wiro.
"Gadis ini sedang terluka. Aku ingin dia tinggal di sini untuk dia bisa memulihkan diri. Apakah baik bagimu untuk menghajar orang terlepas dari sifatnya! Kamu sudah membuatku kesal."
Wiro tertegun mendengar itu.
"Dia.. Bukankah dia pencuri? A aku pikir dia ada di sini untuk mencuri, tetapi aku tidak berha ..."
"Minggir! Keluar dari sini!" Bentak Sito Gering kepada Wiro.
Sito kemudian melambaikan tongkatnya dan mengusirnya.
"Hush hush.. Pergi sana. Jangan muncul di depanku lagi. Aku bosan melihatmu."
Wiro kini terdorong dan berdiri di luar pintu, menatap pintu yang dengan cepat tertutup, kemudian dia mengangkat tangannya dan menyentuh hidungnya yang terbentur pintu.
"Auh!"
Dia masih berdiri di pintu, tapi masih tidak melihat niat Sito Gering untuk membukakkan pintu untuknya, jadi dia pun pergi dengan wajah yang sedih.
Sito berkata kepada Lina, "Jangan dendam terhadap Wiro. Anak itu memang temperamental. Dia impulsif, tapi dia sebetulnya anak yang baik. Dia juga memiliki kekuatan bertarung yang kuat. Dia adalah pemimpin termuda dalam sejarah klan Serigala kami."
Lina sedang mengikat rambutnya ke belakang kepalanya, dengan sehelai rumput.
Dia menggeleng-nggelengkan kepalanya dan kuncir kuda itu berayun dengan lembut.
"Tidak masalah. Saya tidak marah. Lagipula saya tidak akan bertemu dengannya lagi."
Sito terbatuk pelan kemudian berkata, "Kali ini, Wiro yang melakukan kesalahan. Aku akan menyuruhnya untuk meminta maaf kepadamu nanti. Jika kamu mau, kamu boleh memukulinya. Kamu tidak harus berbelas kasihan. Bocah ini sangat kurus, sehingga dia tidak akan bisa membalas bahkan jika dia telah dipukuli."
"....." Lina hanya terdiam.
Dia benar-benar tidak marah, dia tidak ingin memukul orang, dia hanya ingin menunggu Uriel kembali, dan kemudian pergi dari sini.
"Ngomong-ngomong, kenapa Uriel belum juga kembali?"
Sesekali Lina menatap pintu.
Sito Gering banyak bercerita tentang Wiro Sanger, dan mencoba membandingkan kedua Orc muda itu, tapi Lina tidak selalu menanggapinya. Sepertinya dia benar-benar tidak tertarik dengan Wiro.
Sito Gering diam-diam memaki dalam hatinya.
"Bocah bau itu sangat brengsek, dia bahkan berani membuat masalah. Sekarang aku tidak dapat menemukan menantu perempuan. Apa yang akan dia lakukan selama sisa hidupnya?!"
...........
Uriel akhirnya telah kembali.
Lina terlihat sangat bersemangat dan melompat dari tempat tidur, bergegas ke pelukan Uriel, dan berkata dengan senyum bahagia, "Akhirnya kamu kembali!"
Uriel mengeluarkan barang-barang yang dia bawa dan meletakkannya di tempat tidur, dia menyerahkan tas milik Lina padanya.
"Barang-barangmu sudah aku bawa."
Lina pun mengambil tas kainnya.
"Kenapa kamu pergi begitu lama?"
"Aku mencuci kulit yang kemarin," Uriel pun meletakkan kulit-kulit itu di depannya dan lanjut berkata, "Aku tahu kamu suka mengumpulkan kulit. Jadi aku membawakannya sekalian untukmu."
Lina merasa malu.
"Aku tidak suka mengumpulkan kulit binatang. Kamu tidak harus mengumpulkannya untukku terus menerus."
Uriel tertawa dan tidak bertanya, mengapa dia harus mengumpulkan kulit binatang kemarin, tetapi dia tidak mengatakannya lagi hari ini.
"Karena kamu tidak menyukainya, ya sudah buang saja."
Dia membuang kulit itu ke samping, dan seperti tipuan, tiba-tiba mengeluarkan seikat bunga dari belakang tubuhnya.
Bunga merah kecil, diatasnya masih terdapat kristal embun, mengeluarkan aroma yang ringan.
"Apakah itu untukku?" Lina terkejut. "Betapa cantiknya!"
Uriel meletakkan bunga di tangan Lina.
"Kamu suka?" Tanya Uriel kepada Lina.
"Iya, Terima kasih."
Uriel merasa tidak berdaya sanbil berkata, "Aku sudah bilang bahwa kita adalah keluarga, kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih."
Lina kemudian menjurkan lidahnya pada Uriel, sambil tertawa main-main.
Wiro berdiri di pintu. Dia melihat pemandangan itu melalui celah pintu.
Gadis kecil itu sedang memegang bunga dan tersenyum manis.
Dia pikir, gadis itu seperti kucing liar kecil. Meskipun dia cantik, dia juga selalu suka menceriakan suasana.
Sekarang akhirnya, dia bisa tahu kalau dia sudah salah sangka, hati Wiro kini terasa masam.
Jika dia tahu gadis itu bukan pencuri, dia tentu tidak akan memperlakukannya dengan kasar.
"Sekarang dia pasti membenciku kan?" Tanya Wiro dalam hatinya.
Wiro menatap ke bawah, ke kantong kulit yang ada di tangannya, yang penuh dengan buah beri merah.
Berry merah ini baru saja dipetik olehnya. Masing-masing buah ini sudah dicuci bersih olehnya. Dia ingin memberikannya kepada gadis kecil itu, sebagai permintaan maafnya.
Tapi sekarang, dia merasa ditikam oleh senyum gadis kecil itu, dan merasa tidak berani untuk muncul di depannya lagi.
Dengan perlahan dan hati-hati, Wiro meletakkan tas kulit itu di depan pintu dan mengetuk pintu.
Ketika Uriel membuka pintu, dia tidak melihat ada seorang pun di luar. Hanya ada tas kulit di tanah.
Dia pun mengambil tas kulit itu, dan melihat ada buah beri merah di dalamnya.
"Siapa yang mengirimnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
apakah mulai tertarik
2022-04-26
0
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
aku baca sampe sini semuanya menarik. aku makin penasaran thor😆😆
2022-01-18
1
⛓️⃟HtRA̶y̶̶ͥa̶r̶̶ͣa̶ͫ☪️ˢᵏ
Segini dulu bacanya esok lagi
2022-01-01
1