"Ada siapa?" Tanya Lina kepada Uriel mencoba mencari tahu,
"Aku tidak tahu. Pria itu sudah pergi saat aku akan membukakan pintu." Jawab Uriel.
Kemudian Uriel meletakkan sebuah tas kulit di hadapan Lina.
"Aku menemukan benda ini diletakkan di tanah. Sepertinya sih sengaja ditinggalkan oleh orang itu."
Saat Lina membuka tas tersebut, dia melihat di dalamnya penuh dengan buah beri merah. Dia pun berseru. "Banyak sekali buah beri merah di dalam tas ini!"
"Apa kamu ingin memakannya?" Uriel bertanya kepada Lina.
Lina menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau memakannya. Tas ini diletakkan orang lain di depan rumah si Dukun. Tentu saja itu artinya tas ini untuk si Dukun."
"Tidak masalah kalau kamu ingin memakannya. Nanti aku akan memetik beberapa buah beri merah untuk menggantinya." Kata Uriel.
"Tidak, buah beri merah yang diberikan si Dukun untukku pun masih ada, dan belum aku habiskan. Akan sangat tidak sopan mengambil barang orang lain dengan seenaknya."
"Baiklah kalau begitu." Uriel pun menyingkirkan tas kulit tersebut, dan kemudian mengulurkan tangan untuk menyentuh pantat Lina, sambil mengerutkan dahinya dan bertanya, "Kenapa masih mengeluarkan darah?"
Seketika itu juga wajah Lina pun memerah.
"Tidak bisa secepat itu. Sekarang baru hari kedua, biasanya darahnya akan berhenti keluar setelah hari ke lima." Jawab Lina.
"Saat kamu mengeluarkan begitu banyak darah seperti ini, apa kamu tidak akan mati?" Tanya Uriel dengan ekspresi wajahnya yang dipenuhi dengan rasa kekhawatiran.
"Tentu saja aku tidak akan mati. Aku sudah mengalami ini selama bertahun-tahun lamanya. Tidak akan ada masalah untukku."
Melihat penampilan penuh percaya diri Lina, Uriel hanya bisa menekan rasa khawatirnya untuk saat ini.
Tak lama berselang, Dukun tua itu sudah kembali.
Kemudian Sito Gering menanyakan kondisi fisik Lina seperti biasanya, dan memastikan kalau tidak ada sesuatu yang terjadi pada kondisi kesehatan Lina.
Uriel menyerahkan tas kulit yang penuh dengan buah beri merah kepada Dukun Sito.
"Tadi ada seseorang yang meletakan ini di depan pintu rumah anda. Pasti ini untuk anda."
Sito Gering mengambil tas kulit itu dan membukanya, dan mengambil dua buah beri merah untuk dia perhatikan. Kemudian dia meletakkannya di hidungnya untuk mengendusnya. Senyum penuh arti muncul di wajahnya yang sudah keriput.
Dia pun meletakkan kantong kulit itu ke tangan Lina, "Ambillah dan makanlah, buah-buahan ini untukmu."
Lina terkejut.
"Buah-buahan ini bukan untuk anda?"
"Percayalah padaku, dia pasti memberikan ini untukmu." Jawab Sito Gering.
Tidak perlu menunggu Lina bertanya apa-apa lagi, Sito Gering langsung berjalan mengambil tongkatnya dan keluar dari rumah.
Dia mencari dan menemukan Wiro sedang berada di atas sebuah batu besar.
Pria jangkung nan tampan itu sedang duduk di tepi batu, dengan satu kaki yang ditekuk. Kulitnya yang berwarna seperti madu, bersinar dengan kilauan yang hangat terkena sisa-sisa sinar matahari yang mulai terbenam. Rambut pendeknya yang keperakan bergoyang lembut tertiup angin.
Meskipun Sito sudah tua, dengan rambut dan janggutnya telah memutih, tetapi dia masih sangat kuat.
Dia dengan mudah melompat ke atas batu, dia tersenyum, mengangkat tangannya dan mengetuk dahi pemuda itu.
"Bocah bau, meskipun ada wanita yang berani melawanmu. Kali ini kamu benar-benar sudah melawan langit!"
Wiro Sanger tetap dalam posisi duduknya. Dia mendongakkan kepalanya, memandang Dukun tua itu sambil berucap, "Selama itu hal yang tidak baik, mau mereka laki-laki ataupun perempuan, aku tetap tidak akan membiarkannya begitu saja!"
"Tapi mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. Kamu sudah salah paham."
Mendengar apa yang dikatakan Sito barusan, Wiro menutup mulutnya dan berhenti berbicara.
"Pergilah untuk meminta maaf padanya, lalu rayu dia, setelah itu semuanya pasti akan baik-baik saja." Pinta Sito.
Mendengar itu Wiro kemudian memalingkan wajahnya.
"Aku tidak akan tunduk pada wanita!"
Sito Gering memandang pemuda itu dengan cara yang lucu.
"Jelas-jelas terlihat kamu menyukainya, tetapi masih saja berpura-pura. Bisa aku lihat dengan sangat jelas. Hahaha.." Sito Gering tertawa kecil.
"Mana mungkin aku menyukainya? Aku benci semua wanita."
"Kalau kamu membencinya, kenapa mengirim buah beri untuknya secara diam-diam?" Tanya Sito.
Dengan segera Wiro menjawabnya, "Buah beri apa? Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan!"
"Dalam sedetik aku, bisa mencium baumu yang tertinggal di buah beri itu." Kata Sito.
Seketika itu juga, ujung telinga Wiro sedikit merah, tapi mulutnya masih tetap saja mencoba untuk menyangkal.
"Saat aku pergi berburu di pegunungan, aku sengaja mengambil buah-buahan itu untukmu, bukan untuknya!"
"Hmm.. Kalau begitu, aku akan memintanya untuk mengembalikan sekantong beri merah itu kepadaku. Aku kembali dulu." Sito berpura-pura untuk menggoda Wiro.
Melihat dia berbalik dan akan berjalan pergi, Wiro dengan cepat menghentikannya.
"Tidak boleh! Kau tidak diizinkan untuk melakukannya!"
Sito kemudian berbalik, dan menatapnya sambil tersenyum.
"Kenapa begitu?" Tanya Sito Gering.
Tangan Wiro mengepal erat, seolah-olah ada banyak hal yang ingin dia katakan, tetapi pada akhirnya, dia hanya bisa mengeluarkan sedikit kata dengan lirih, "Aku sudah memetik beri merah itu dengan susah payah.."
Sito kemudian berkata, "Berry merah tumbuh di pohon yang berduri dan duri-duri itu beracun. Kalau kau terkena tusukan duri itu walaupun sedikit, akan menyebabkan kulitmu terasa gatal. Hewan-hewan pun tidak ada yang mau mendekati daerah itu, untuk pergi berburu ataupun memetik buah beri merah itu. Bahkan anak-anak muda di suku itu tidak akan ada yang mau."
Wiro menatap punggung tangannya yang telah tertusuk duri, dan mulai meradang juga terasa gatal.
Tapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Kemudian Sito mengeluarkan segenggam daun, dan menyerahkannya kepadanya.
"Kunyah ini dan taruh di lukamu, untuk menyembuhkan gatal dan bengkakmu."
Wiro mengambil daun itu dalam diam.
Lina masih tinggal di suku serigala sampai hari kelima, saat itu pula tamu bulanannya akhirnya telah pergi.
Mengetahui hal ini, Uriel merasa sangat senang, "Lukamu sudah sembuh! Kamu juga tidak mati!"
Lina kemudian menekankannya kembali.
"Sudah aku bilang, aku tidak terluka dan aku juga tidak akan mati."
Uriel kemudian menggendong Lina, dan mengusap lembut rambutnya.
Karena masalah soal pendarahan Lina sudah teratasi, Lina merasa sudah tidak perlu tinggal di suku Serigala lagi.
Kemudian Uriel membawanya untuk berpamitan dengan Sito Gering.
Akan tetapi.
"Jangan. Untuk sekarang ini kalian tidak boleh pergi dulu."
"Tidak mudah membiarkan Wiro tertarik pada seorang wanita. Jika gadis kecil ini pergi, apa yang akan dilakukan Wiro nantinya? Apakah dia benar-benar harus menjadi bujangan seumur hidupnya?"
Dia harus menemukan cara untuk menunda kepergian mereka.
"Kenapa kami tidak boleh pergi?" Tanya Uriel.
Sito kemudian berpikir sejenak, dan tiba-tiba memikirkan hal yang sangat penting. Dia dengan cepat berkata, "Musim dingin akan segera datang."
Mendengar itu Uriel pun mengerutkan keningnya, "Seingat saya, ini masih terlalu cepat. Musim dingin masih akan datang sekitar dua bulan lagi."
"Memang benar kita harus menunggu sekitar dua bulan lagi, untuk musim dingin di tahun-tahun sebelumnya, tetapi iklim tahun ini telah berubah, musim dingin kali ini akan datang dua bulan lebih cepat. Ini adalah hasil pengamatan ku berdasarkan bintang-bintang, dan tidak ada kesalahan sama sekali!"
Sebagai seorang dukun, Sito Gering juga mengetahui beberapa pengetahuan tentang ilmu sihir, termasuk juga ramalan cuaca.
Prediksi semacam ini tidak akurat jika dalam kondisi normal, tetapi akan menjadi sangat akurat selama melibatkan perubahan besar, seperti badai salju atau bencana banjir.
Karena itulah, suku Serigala Batu berhasil menghindari banyak bencana alam, dan berkembang biak hingga menjadi suku yang besar.
Kata-kata Sito Gering membuat raut muka Uriel berubah menjadi serius.
Pada saat yang sama, suara sistem terdengar lagi di benak Lina.
"Ting Tong!"
"Musim dingin telah memicu serial misi berskala besar!"
"Musim dingin akan datang. Segeralah persiapkan diri anda. Sistem akan merilis serangkaian tugas secara acak selama musim dingin. Setelah menyelesaikan tugas, hadiah yang melimpah akan anda dapatkan!"
Begitu Lina mendengar bahwa akan ada hadiah yang melimpah, dia menjadi penuh harap.
"Terakhir kali aku menyelesaikan tugas pemula, sistem menghadiahi ku api dan kulit bergambar, yang merupakan hal yang sangat membantuku. Tugas ini terdengar seperti tugas yang berat, dan hadiahnya pasti akan jauh lebih banyak daripada hadiah tas pemula sebelumnya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
gimana ya....
pokoknya keren deh..
bingung mau bilang apa😁😁
2022-01-19
0
Ai
Makasih udah mampir tempatku Thor 😍
2022-01-01
2
Poni
Daun apa namanya
2021-12-10
1