🌺🌺🌺
"Itu kan Mami? sama siapa dia!" gumam Bulan, menajamkan penglihatannya untuk memperhatikan sang Ibu yang bergandengan tangan bersama pria lain, hingga mereka masuk ke dalam mobil dan tak terlihat lagi olehnya
"Apa yang kau lihat?" cerca Guntur yang sedang fokus menyetir, ia sempat memerhatikan gadis ini yang begitu serius menatap keluar jendela
"Ng-enggak." Bulan menggeleng, kemudian memperbaiki posisi duduknya, menatap kendaraan yang berlalu didepan sana
"Katakan, kemana kita akan pergi?" tanya Guntur, ia belum mengetahui akan berlabuh kemana kah mobil ini
"Ke Pemakaman, tapi sebelum itu kita beli bunga tabur dulu, ya."
"Baiklah." Guntur menurutinya, Bulan tersenyum melihat sikap lunak dari diri pria ini. masih terngiang dalam benaknya untuk mengetahui apakah alasan dia bersikap manis padanya hari ini. Apakah mungkin--karena curahan hati yang telah terkuak, hingga membuat perasaan yang terpendam seketika terasa lega dan lebih ringan. Ya, Bulan berharap seperti itu, menurut pandangannya bila lelaki ini sangat membutuhkan sosok pendamping untuk menemani masa-masa sulit dan juga teman curhat kala susah melanda.
Kenyataannya, Guntur hanya mengungkapkan satu permasalahan di hidupnya yang ia rasakan pada malam itu. Dua alasan belum terkuak mengapa ia membalas dendam pada orang lain, dan pula alasan menjadikannya tawanan. Masih terbalut misteri, mendorong Bulan untuk ingin mengetahui alasan dan seluk beluknya.
Pria ini benar-benar misterius, seketika tubuh Bulan bergidik ngeri membayangkan sebuah pisau dan kemeja yang telah dilumuri darah. Ia masih diberikan keberuntungan, pria ini belum pernah mengacungkan benda tajam padanya. entah bila nanti, suatu hari nanti yang ia sendiri tidak tahu.
"Hei! kau melamunkan apa!" Sontak saja suara Guntur membuyarkan lamunan gadis ini
"Hah? eng-gak. sudah sampai?" Bulan celingak-celinguk
"Lihat saja sendiri!" ketusnya, menunjuk warung yang menjual bunga tabur, tepat di dekat TPU. Bulan bergegas turun dari mobil, membeli sebungkus bunga tabur yang sudah dikemas kedalam plastik.
Kini sepasang anak muda itu telah menapaki kaki di pemakaman milik sang Ayah, sontak saja cucuran air mata menguar tanpa permisi tatkala rasa rindu yang telah membuncah merasukinya. Guntur masih betah berdiri, bagaikan pengawal wanita itu dengan setianya menanti. Ia memerhatikan dengan lekat bagaimana perlakuan Bulan pada pusara ini, menyapa sang Ayah, membersihkan kuburannya dari rumput-rumput kecil yang mulai tumbuh sembari membagikan banyak cerita tentang kehidupannya selama sebulan ini.
"Bulan selalu berdo'a untuk ketenangan Papi disana, mendo'akan sikap Mami dan Kakak agar bisa menyayangi Bulan, dan Bulan juga berdo'a supaya Allah membukakan hati orang terdekat Bulan untuk menerima kenyataan hidup ini dengan lapang dada tanpa ada rasa dendam. Hidup akan lebih indah kalau kita saling memaafkan, kan, Papi? apalagi kalau kita dekat sama Allah, pasti hidup terasa damai dan tentram."
"Menurut Papi, apakah ada celah untuk hati yang tertutup, bisa memaafkan orang yang telah merebut kebahagiaannya? Ck! pertanyaan ku ada-ada saja." Bulan terkekeh, mengibas kedua tangannya yang kotor, lalu menaburkan bunga diatas pemakaman itu.
Deg!
Hati Guntur tertohok, terasa dicubit oleh perkataan dari gadis ini. yang sangat sengaja tengah menyindir dirinya kepada sang Ayah yang telah tiada. Guntur tersenyum getir mendengarnya, hidup gadis ini pasti lebih sulit dibandingkan dirinya. Ia akui Bulan sangat kuat, hidup menyimpang dari Ibu dan Kakak, tanpa mendapatkan kasih sayang dari mereka. sedangkan dirinya, orang tua masih lengkap walaupun telah berpisah, ditambah tentang masa lalu yang cukup menyakitkan, membuat hidupnya rusak seketika itu. entah kenapa mentalnya lebih lemah dari wanita tegar ini. hingga tanpa terasa, setetes air bening memenuhi bola matanya. langsung ia seka, tidak ingin sisi rapuhnya diketahui oleh orang mana pun.
Semoga harapanmu terkabulkan, tapi tidak untuk saat ini. aku harus menuntaskan dendamku kepada mereka semua, termasuk--kau akan tahu sendiri nanti. Batin Guntur bermonolog, tangannya mengepal, sebelah sudut bibir tertarik ke atas dengan pandangan yang menatap jauh kesana.
"Sudah? ayo kita pergi." ajaknya
"Sebentar, berdo'a dulu." tukas Bulan
Guntur mengurungkan niatnya, membiarkan wanita itu melakukan tugas penting di tepi pusara ini. sangat khusyuk, hatinya tersentuh melihat pemandangan ini.
***
Kini sepasang insan itu tengah berdiam diri di Taman Kota, tepatnya di tepi danau yang indah. cukup banyak pengunjung yang datang kala siang itu, menghabiskan waktu bersama ditempat yang menenangkan ini.
"Kenapa kamu suka ke Taman?" untuk pertama kalinya pria itu bersuara sejak mereka ada disini
"Karna udaranya belum tercemar, sejuk dan tenang aja ngelihat danau." jawab Bulan, mengulas senyum lembut kepadanya. Guntur membulatkan mulut seperti huruf O. pria ini memang bukan tipikal yang suka diajak berbasa-basi
"Hmmm ... Tuan." panggil Bulan, dengan sedikit canggung
"Ya?" sorot matanya tetap memandang ke depan tanpa menoleh ke pemilik suara
Aduh, nyaliku menciut untuk mengungkapkannya. batin Bulan
"Ada apa?"
"Ng-enggak, enggak ada." Bulan menggeleng
"Katakan saja!"
Bulan sangat bingung, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Anda pria yang tampan, akan dapat bonus manis kalau anda tersenyum." godanya
🌺🌺🌺
Menggombal yeee .... 🤣🤣😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Fenty Dhani
ngefek g ya Guntur...d gombalin sama bulan??😆
2023-03-09
1
Mara
Di modusin dulu baru ngomong..... good girl 👍😘
2022-04-23
0
Velov Queen
smoga guntur berubah
2022-04-09
0