🌺🌺🌺
Pagi telah menyapa dengan sinar terang yang memenuhi sebagian bumi, begitu teriknya hingga menerobos masuk kedalam celah jendela. Bulan terjaga, wajahnya dipenuhi sorotan matahari yang mengganggu seolah tengah membangunkannya.
Bulan merasakan sesak dibagian tubuhnya, tangan kekar nan berotot itu melingkar di perut ramping milik Bulan. Bulan menoleh ke samping, pria yang malang masih tertidur pulas tepat didekapannya. embusan nafas begitu terasa menyentuh permukaan kulit leher yang mulus ini, Bulan menatap lekat wajah tampan yang telah dihiasi dengan kekejamannya. Bulan merasa tersentuh setelah mendengar curahan hati yang keluar dari mulut pria ini, ia turut prihatin dengan kondisinya yang telah diselimuti rasa sakit tak berdarah. Lebih sakit dari goresan luka oleh sebilah pisau.
"Malang sekali." gumamnya
Pelan-pelan Bulan singkirkan lengan kekar yang menimpa perutnya, ia bergeliat ingin menjauh dari dekapan itu. Bulan bangkit, menjuntaikan kedua kakinya diatas lantai marmer berwarna putih ini. Ia segera berdiri, ingin membuat sarapan pagi untuk Tuannya. kondisi kamar sudah bersih, tanpa ada serpihan kaca lagi yang berserakan. dan itu cukup membuatnya lega
"Sepertinya aku periksa ponsel dulu, pasti banyak pesan dari Stev." ucapnya pada diri sendiri
Bulan merogoh ponselnya yang ia selipkan dibawah lipatan baju, hanya ini barang satu-satunya untuk berkomunikasi dengan orang luar, tentu saja orang terdekatnya.
"Nona kapan memegang alih perusahaan? Nyonya Vega sudah mulai lalai, Non."
"Nyonya suka meninggalkan pekerjaan dan pergi sesuka hati dengan teman sosialitanya."
"Sebenarnya saya ingin bertemu dengan pengacara mendiang Tuan, untuk menegaskan bila hak tersebut dipegang oleh Nona. tapi saya ingin membicarakan hal ini terlebih dulu kepada Anda."
Bulan menghembuskan nafasnya dengan kasar, ini memang berat, ia sudah jatuh terlalu dalam dikehidupan Guntur yang masih mengikatnya didalam sangkar ini. Perihal perusahaan yang dipercayai olehnya, diambil paksa oleh Mami Vega sampai anak bungsunya cukup umur. hanya karena kecacatan diwajah, membuat wanita parubaya itu merasa malu dan takut bila pencitraan perusahaan akan turun dengan hadirnya pemimpin baru yang berwajah buruk rupa
Bulan tersenyum getir, sungguh ibu kandung yang memiliki tingkat harga diri terlalu tinggi sampai mengorbankan putrinya. beruntung saja Bulan kuat mental, tidak sampai terjerumus dalam kubangan hitam yang merusak dirinya
"Kak Mentari, aaakh tidak mungkin. dia tidak minat sama yang namanya menguras pikiran. orang kerjaannya model." Bulan cekikikan sembari menggelengkan kepala
Bulan kembali menatap ponselnya, mengetik sesuatu untuk sang Assisten.
"Untuk sementara, saya percayakan padamu dulu, Stev, saya akan pikirkan hal ini dulu. dan--jangan beritahu tentang ku pada Mami."
***
"Sudah bangun, Tuan?" sapa Bulan seraya mengulum senyum, gadis itu tengah membuat bubur ayam untuk menghangatkan suasana hati Tuannya
"Seperti yang kau lihat." ketusnya. "Apa yang kau masak?" Guntur mendekat, ingin melihat makanan apa yang tengah diolah pembantunya ini
"Bubur ayam, semoga saja rasanya membuatmu sedikit lebih baik." ujarnya
Guntur mengangguk paham, ia mengambil gelas dan mengisinya dengan air mineral lalu menenggaknya hingga tandas
"Saya buatkan teh jahe, semoga suka ya ..." Bulan menyeduh teh hangat beraroma jahe yang sedikit menyengat, menuangkannya ke dalam gelas hingga kepulan asap menguar ke udara
"Hm." balas Guntur yang sedang menanti di meja makan, Bulan datang mendekat dengan membawa segelas teh jahe hangat tersebut
Kini keduanya menikmati sarapan pagi bersama dengan suasana yang tenang. Pria ini tampak kalem pagi-pagi begini. Bulan berdoa didalam hati, ia berharap hidangan yang disajikan mampu meredakan amarah Guntur dan menaikkan mood baik didalam dirinya.
Pengen izin, tapi sepertinya belum waktunya deh. pria ini baru saja tenang, pasti nanti bakal naik tensinya kalau aku ingin meminta izin, batin Bulan bermonolog, tatapannya masih fokus memandang wajah itu
"Mau jalan-jalan? kebetulan ini hari weekend."
Bulan terpelongo mendengar ajakan itu, apakah ia tidak salah dengar? pria arogant nan kejam ini mengajaknya untuk berjalan-jalan di hari weekend.
"Anda tidak salah ngomong, Tuan? tiba-tiba saja mengajak saya pergi."
"Bukannya kamu ingin melihat dunia? kita kemana saja yang kamu suka, hanya saja syarat itu." peringatnya lagi
"Iya, saya paham itu, Tuan."
"Bagus." Guntur kembali menikmati sarapan paginya, masakan pembantu sekaligus tawanannya ini benar-benar sangat lezat sekali.
Kesambet apa dia? batin Bulan
Bulan terus saja mengukir senyum, ia tidak sabar untuk berkunjung ke pemakaman Ayahnya. hampir satu bulan ia disini, belum sekali pun gadis itu bertandang ke Pemakaman tersebut untuk berziarah. ia teramat kangen, ingin sekali menyalurkan rasa kesedihan yang ia pendam selama ini.
Bulan tampak cantik dengan dress yang ia kenakan, tidak terlihat seperti Upik abu lagi, ia telah merangkap bagaikan bidadari yang jatuh dari langit. hanya ada beberapa dress bagus yang masih ia punya, sempat ia ambil dari lemari kamarnya sebelum minggat dari kediaman tersebut
Guntur menatapnya dengan tatapan datar, walaupun sikapnya tenang, bukan berarti ada senyuman yang terukir. raut wajahnya memang tegas, tidak mengurangi jiwa kejamnya yang sudah menjalar di sanubari.
Saat sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan Kota, Bulan terperanjat kaget tatkala tatapannya tanpa sengaja menangkap sesosok yang ia kenal baru saja keluar dari Hotel, menggandeng tangan seorang pria.
🌺🌺🌺
Siapa yaa? 😨
Kasih aku hadiah dan vote yuk 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Vera Wilda
pasti mami nya Bulan ya Thor 😊
2023-07-28
1
Fenty Dhani
siapa??mami kah??
2023-03-09
0
ossy Novica
apa mungk8n Mentari yg keluar dari hotel atau mommynya
2022-07-07
0