12. Age Just Number

\=\=≠\=\=\=\=≠

Setelah pulang dari rumah Vallery, Lingga memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia lebih memilih untuk mampir ke rumah Adik semata wayangnya sejenak. Untuk menghadapi masalahnya sekarang ini, ia rasa, ia bisa berkaca pada masa lalu Dika dan Jennifer dulu. Bagaimana pun juga, mereka korban MBA, alias Married by accident. Jadi, mungkin dari sana ia bisa mendapatkan sedikit saran.

"Ya ampun, Mas? Muka lo kenapa? Kenapa bisa gitu? Siapa yang ngelakuin ke lo?" Dika bertanya dengan nada panik saat mendapati wajah memar sang Kakak.

"Calon mertua gue," balas Lingga kalem, "boleh minta sesuatu buat ngobatin ini?" Ia menunjuk ujung bibirnya yang sedikit berdarah.

"Perlu gue panggilin Jenni buat ngobatin?"

"Emang dia ada di rumah?"

Dengan wajah polosnya, Dika menggeleng sambil menyengir. Lingga hanya menatapnya datar, ia terbahak lalu pergi dari ruang tamu untuk mengambil P3K, tak lama setelahnya ia kembali sambil meletakkan kotak P3K di atas meja lalu duduk di sofa.

"Kenapa Jenni nggak ada di rumah jm segini?" tanya Lingga heran.

"Ada pemotretan."

"Sampai jam segini?"

Dika terkekeh. "Jam segini masih termasuk sore, kadang malah bisa sampai subuh. Dibersihin dulu lukanya sebelum diobatin."

"Ngapain bisa sampai subuh? Lo kurang duit apa nggak mampu biayain hidup bini lo, sampai dia kerja sampai segitunya?"

"Sialan," umpat Dika sambil terkekeh, ia merasa tersinggung, "bini gue kerja bukan nyari duit, ya. Dia melakukan itu karena emang suka, seneng, karena itu passion dia. Dapet duit itu bonus aja. Lagian Arvin udah gede, jadi ya biarin dia ngelanjutin karier dia lah. Gue sih bukan suami yang mengekang istrinya berkarir, gue selalu dukung dia selagi itu dalam hal positif."

Lingga ber'oh'ria sambil mengangguk paham. Ia tidak berkomentar lebih jauh, fokus kembali mengoleskan salep pada lukanya.

"Jadi lo udah punya cewek, Mas?" tanya Dika tiba-tiba, ekspresinya terlihat tidak sabar menunggu jawaban sang kakak.

Lingga menatap Dika datar. "Kenapa lo mikir gitu?"

"Ya kan lo tadi bilang, yang bikin lo begini calon mertua lo kan?"

Lingga mengangguk. "Iya, terus kenapa lo mikir ke sana?"

Dika merengut kesal. "Ya, menurut lo, Mas? Udah jelas kalau lo punya calon mertua, pasti punya cewek kan pasti?"

Masih dengan wajah santainya, lingga menggeleng. "Dia bukan cewek gue kok."

"Bukan cewek lo tapi Bapaknya lo bilang calon mertua lo? Itu maksudnya apa ya, Pak?" Dika bertanya dengan nada gemas.

"Ya, karena gue harus nikahin anaknya."

"Ya berarti dia cewek lo dong?"

"Bukan."

"Pas dihajar tadi kepala lo kebentur, Mas?"

"Serius, Ka, dia bukan cewek gue. Tapi gue harus nikahin dia, karena dia..."

"Kenapa? Karena dia apa? Hamil?" celetuk Dika asal.

"Iya."

"HAH?!"

Lingga terlihat tersinggung dengan reaksi Dika, yang menurutnya sedikit berlebihan. Ia berdecak kesal.

"Untuk seorang yang pernah menghamili pacarnya sebelum resmi menikah, gue rasa reaksi lo berlebihan, Ka."

Dika berdehem lalu mengucap, "Sorry. Reflek, Mas." Ia menegakkan tubuhnya, "untuk seorang pria baik-baik kayak lo, reaksi gue memang sudah sewajarnya, Mas."

"Gue nggak sebaik yang lo pikir."

Dika mengangguk setuju. "Iya, ternyata lo bejat juga." Ia mendesah, "wah, Eyang Uti kalau denger kabar Cucu kesayangannya ngehamilin anak orang bakal jantungan nggak sih?"

"Mulutnya dijaga, Ka!" tegur Lingga tidak suka.

"Sorry." Seketika itu, Dika langsung menutup bibirnya rapat-rapat.

"Menurut lo, gue bakal diapain ya, Ka?"

"Ya, dikawinin lah," sahut Dika cepat, "eh, dinikahin maksudnya," ralatnya kemudian.

"Tapi dia masih kuliah."

"Nggak masalah, seenggaknya lo udah ada kerjaan. Mapan. Lah, gue dulu?"

"Tapi kalian udah pasca sarjana."

"WHAT?! Masih S1?"

Lingga mengangguk, membenarkan.

"Anjir, kalau dia masih kuliah S1, itu tandanya dia masih bocah dong, Mas." Dika speechless sendiri. "Sumpah, lo nggak serius kan ini?"

Dengan wajah santainya Lingga menjawab, "Emang keliatannya gue lagi bercanda?"

"Gue bakalan jadi orang pertama yang nentang hubungan kalian kalau lo serius. Ini nggak masuk akal, Mas, mana ada anak kuliahan demen sama Om-om, meski lo bule dan masih ganteng, tapi menurut gue itu tetap nggak masuk akal, Mas." Dika menggeleng tegas.

"Tapi dia hamil anak gue, Ka."

Dika frustasi sendiri. "Gila! Berapa umurnya?" Sebisa mungkin ia menguasai diri.

"19 tahun."

"Gila! Beneran udah gila lo, Mas? Apa yang ada di otak lo sampai tega ngelakuin ke bocah gitu?" Dika kembali geleng-geleng kepala sambil berdecak tak percaya.

Dengan wajah sendunya, Lingga menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. "Semua terjadi begitu saja."

"Terus rencana lo apa sekarang, Mas?"

"Untuk sekarang, gue belum tahu. Tapi yang jelas gue bakal tanggung jawab dan nikahin."

"Meski orangtua gadis itu menentang keras?"

"Ya, apapun yang terjadi gue harus nikahin dia."

"Meski perbedaan umur kalian terpaut jauh?"

Lingga mengangguk yakin. "Age just number, Ka." Ia kemudian bangkit berdiri, "thanks buat salep dan udah mau dengerin gue. Gue cabut duluan."

"Iya, hati-hati, Mas."

ʕ•ε•ʔʕ•ε•ʔʕ•ε•ʔʕ•ε•ʔ

Will menghentikan niatnya untuk menyuap mie rebusnya, karena mendengar suara pintu kamar kostannya yang diketuk. Dengan langkah terburu-buru, ia kemudian berlari ke arah pintu dan langsung membukanya.

"Astaga, Bos? Itu mukanya kenapa? Kenapa sampai memar gitu? Siapa yang ngelakuin ini? "

"Boleh saya masuk?"

Will mengangguk cepat, ia kemudian membuka pintu kamar kostnya lebar-lebar dan mempersilahkan bosnya masuk. "Silahkan masuk, Bos! Maaf berantakan."

"Wajar. Kan belum ada yang ngurusin."

Eh, itu barusan gue diledek, ya? Batin Will terkejut. Ia merasa sedikit tersinggung.

"Oh, kamu sedang makan malam, ya?" tanya Lingga saat tidak sengaja mendapati panci kecil yang masih mengepul dan juga mangkuk berisi nasi. "Lanjut makan dulu, gih! Habis ini saya mau cerita."

Apa?! pekik Will shock dalam hati. Mendadak, ia merasa gugup. Apakah malam ini ia harus begadang demi mendengarkan curhatan bosnya? Kalau iya, boleh tidak ia melambai pada kamera dan mengatakan kalau ia menyerah?

"Makan, Will! Dengerin curhatan orang juga butuh tenaga," gurau Lingga lalu memilih untuk duduk di sofa panjang yang ada di kostan Will. Kedua matanya menjelajahi seisi ruangan berukuran 3x3m ini. "gaji yang saya berikan nggak cukup buat sewa apartemen, Will?"

"Cukup, Bos. Cuma adek saya di kampungkan banyak. Ada empat, jadi, lebih baik saya hidup sederhana yang penting keluarga di kampung nggak kekurangan."

Lingga tersenyum salut lalu mengangguk. Ia kemudian menatap Will yang masih setia berdiri, bukannya segera menyantap makan malamnya.

"Kamu lebih baik makan dulu, Will. Saya serius harus curhat setelah ini. Jangan sungkan, kan ini kostan kamu. Saya hanya tamu."

"Iya, Bos. Bos sudah makan? Atau mau makan malam sama saya? Tapi seadanya sih, cuma mie rebus."

"Mie rebus kamu campur nasi?" tanya Lingga terkejut. Pasalnya, ia tahu sekali jika kedua makanan itu tidak boleh dicampur.

"Iya. Saya boleh makan mie sama Bapak saya, bos, asalkan sama nasi," terang Will makin membuat Lingga terkejut.

Astaga, dapat ilmu dari mana Bapaknya Will dulu?

"Will, Mie itu mengandung karbohidrat dari tepung yang diolah berulang, ditambah lagi dengan nasi putih yang mengandung karbohidrat juga. Bila keduanya dimakan bersama, gula darah akan cepat naik. Bisa merusak pangkreas, melebarkan volume perut, mengganggu sistem pencernaan, Obesitas, tekanan darah tinggi, atau bahkan diabetes mellitus. Kamu tidak tahu tentang itu?"

Will menggeleng polos. "Saya baru tahu dari bos, barusan banget. Emang gitu, bos?"

"Ya, memang begitu. Mulai besok jangan biasakan mencampur kedua makanan itu. Tidak baik buat kesehatan. Kamu jelas masih ingin jadi suami orang atau jadi Bapak kan?"

"Masihlah, bos."

"Ya, sudah. Sekarang kamu habiskan mie kamu, tapi jangan dicampur nasi."

"Terus nasi saya?"

"Kasih ayam."

"Ayam saya ada di kampung, Bos."

"Ya, terserah mau kamu apain. Yang jelas jangan kamu makan bareng mie, ngerti!"

"Tapi saya orang Indonesia, bos, bukan bule macem bos."

"Lalu kalau kamu orang Indonesia kenapa?" Lingga menatap Will tidak percaya, "harus makan pake nasi meski kamu sedang makan mie?"

"Iya," balas Will yakin.

"Sak karepmu dewe kono lah. Kandani kok ngeyel!"

"Ebuset, beneran bule Jawa ternyata," kelekar Will.

"Gaji bulan ini saya potong 25%."

"Astagfirullah, bos!!"

Tbc,

Terpopuler

Comments

YEkaMirna

YEkaMirna

🤣🤣🤣🤣

2022-08-03

0

eve

eve

suka...suka....👍

2021-11-23

1

Qhii

Qhii

suka sama karakternya bule jawa sabar dia ngasih tahunya ke will.

2021-11-21

1

lihat semua
Episodes
1 1. Bule Jawa
2 2. Barbie Hidup
3 3. Tunangan Papa
4 4. Akhirnya Bertemu
5 5. Hanya Ingin Menolong
6 6. Khilaf
7 7. Sudah Terlanjur
8 8. Telat?
9 9. Sebuah Pengakuan
10 10. Tanggung Jawab
11 11. Kemarahan Papa
12 12. Age Just Number
13 13. Perasaan Bersalah Seorang Ayah
14 14. Terkejut Akan Sebuah Fakta
15 15. Bertemu Calon Mertua
16 16. Menjemput Restu
17 17. Pertemuan Dadakan
18 18. Pernyataan Cinta Tak Terduga
19 19. Kekesalan Vallery
20 20. Kekecewaan Vallery
21 21. Akur
22 22. Murkanya Nenek Vallery
23 23. Kekhawatiran Vallery
24 24. Bocah Yang Sebentar Lagi Punya Bocah
25 25. Cemburunya Gerald
26 26. Hampir Khilaf
27 27. Mendamaikan Nick & Patricia
28 28. Sebar undangan
29 29. Pendarahan?
30 30. Drama Sebelum Pernikahan
31 31. Damai
32 32. Fix, Gagal Resepsi
33 33. Ada Yang Jadian
34 34. Sah!
35 35. Bukan Malam Pertama
36 36. Pindahan
37 37. Kunjungan Mertua
38 38. Kencan Ceritanya
39 39. Drama Pacarannya Nick & Patricia
40 40. Chek Kandungan
41 41. Drama Rumah Tangga?
42 42. Ngidam
43 43. Boy's Time
44 44. Chek in di Hotel??
45 45. Ngambek
46 46. Kekhawatiran Semata
47 47. Pernyataan Cinta
48 48. Lamaran Gerald
49 49. Sedang Manis-Manisnya
50 50. Kekecewaan Patricia
51 51. Putus atau Terus?
52 52. Perkara Susu
53 53. Cewek?
54 54. Kedatangan Tamu
55 55. Tamu Tambahan
56 56. Kamu Marah?
57 57. Kegalauan Vallery
58 Pengumuman
59 58. Salah Apa Lagi Nih?
60 59. Jujur
61 60. Nemenin Kondangan
62 61. Pengakuan
63 62. Curhat
64 63. Semoga Semua Baik-baik Saja
65 64. Rasa Bersalah Lingga
66 65. Kondisi Vallery
67 66. Terima Kasih Untuk Bertahan
68 67. Tak Ingin Pisah
69 68. Masih Ada Kita
70 69. Ayo, Berjuang!
71 70. Baikan?
72 71. Bertemu Baby
73 72. Cari Nama Buat Baby
74 73. Selamat Tinggal Saka
75 74. Diskusi Berujung Emosi
76 75. Belum Baikan? (part 1)
77 76. Belum Baikan (part 2)
78 77. Rencana Gagal
79 78. Jujur Itu Baik?
80 79. Berkunjung Ke Rumah Mertua
81 80. Hanya Mimpi atau Memang Firasat?
82 81. Ya, Halo?
83 82. Bertahan Demi Mama, Nak!
84 83. Menunggu Hasil
85 84. Tetap Kuat, Nak!
86 85. Dijengukin Mama Baru
87 86. Surprise?
88 87. Kating Rese
89 88. Saka Sudah Boleh Pulang?
90 89. Dilabrak
91 90. Bertahan, Sayang
92 91. Terima Kasih Sudah Bertahan, Sayang
93 92. Hampir Ribut Lagi?
94 93. Berdamai?
95 94. Hah? Positif?
96 promo cerita baru
97 Info cerita baru
98 promo
99 cerita baru
100 promo
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Bule Jawa
2
2. Barbie Hidup
3
3. Tunangan Papa
4
4. Akhirnya Bertemu
5
5. Hanya Ingin Menolong
6
6. Khilaf
7
7. Sudah Terlanjur
8
8. Telat?
9
9. Sebuah Pengakuan
10
10. Tanggung Jawab
11
11. Kemarahan Papa
12
12. Age Just Number
13
13. Perasaan Bersalah Seorang Ayah
14
14. Terkejut Akan Sebuah Fakta
15
15. Bertemu Calon Mertua
16
16. Menjemput Restu
17
17. Pertemuan Dadakan
18
18. Pernyataan Cinta Tak Terduga
19
19. Kekesalan Vallery
20
20. Kekecewaan Vallery
21
21. Akur
22
22. Murkanya Nenek Vallery
23
23. Kekhawatiran Vallery
24
24. Bocah Yang Sebentar Lagi Punya Bocah
25
25. Cemburunya Gerald
26
26. Hampir Khilaf
27
27. Mendamaikan Nick & Patricia
28
28. Sebar undangan
29
29. Pendarahan?
30
30. Drama Sebelum Pernikahan
31
31. Damai
32
32. Fix, Gagal Resepsi
33
33. Ada Yang Jadian
34
34. Sah!
35
35. Bukan Malam Pertama
36
36. Pindahan
37
37. Kunjungan Mertua
38
38. Kencan Ceritanya
39
39. Drama Pacarannya Nick & Patricia
40
40. Chek Kandungan
41
41. Drama Rumah Tangga?
42
42. Ngidam
43
43. Boy's Time
44
44. Chek in di Hotel??
45
45. Ngambek
46
46. Kekhawatiran Semata
47
47. Pernyataan Cinta
48
48. Lamaran Gerald
49
49. Sedang Manis-Manisnya
50
50. Kekecewaan Patricia
51
51. Putus atau Terus?
52
52. Perkara Susu
53
53. Cewek?
54
54. Kedatangan Tamu
55
55. Tamu Tambahan
56
56. Kamu Marah?
57
57. Kegalauan Vallery
58
Pengumuman
59
58. Salah Apa Lagi Nih?
60
59. Jujur
61
60. Nemenin Kondangan
62
61. Pengakuan
63
62. Curhat
64
63. Semoga Semua Baik-baik Saja
65
64. Rasa Bersalah Lingga
66
65. Kondisi Vallery
67
66. Terima Kasih Untuk Bertahan
68
67. Tak Ingin Pisah
69
68. Masih Ada Kita
70
69. Ayo, Berjuang!
71
70. Baikan?
72
71. Bertemu Baby
73
72. Cari Nama Buat Baby
74
73. Selamat Tinggal Saka
75
74. Diskusi Berujung Emosi
76
75. Belum Baikan? (part 1)
77
76. Belum Baikan (part 2)
78
77. Rencana Gagal
79
78. Jujur Itu Baik?
80
79. Berkunjung Ke Rumah Mertua
81
80. Hanya Mimpi atau Memang Firasat?
82
81. Ya, Halo?
83
82. Bertahan Demi Mama, Nak!
84
83. Menunggu Hasil
85
84. Tetap Kuat, Nak!
86
85. Dijengukin Mama Baru
87
86. Surprise?
88
87. Kating Rese
89
88. Saka Sudah Boleh Pulang?
90
89. Dilabrak
91
90. Bertahan, Sayang
92
91. Terima Kasih Sudah Bertahan, Sayang
93
92. Hampir Ribut Lagi?
94
93. Berdamai?
95
94. Hah? Positif?
96
promo cerita baru
97
Info cerita baru
98
promo
99
cerita baru
100
promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!