Farah melihat kamar yang masih tertutup rapat, tepat di depan kamarnya. Sudah tiga hari setelah kepergian Nadia, namun Zidan masih saja mengurung dirinya di dalam kamar.
Keluarga besar Wijaya sudah kembali ke kediaman mereka masing-masing, tersisa Anisa dan Dimas yang masih menginap di rumah putra mereka.
"Appa Unda." Ucap Al.
Farah menatap sedih putranya yang terus saja menanyakan keberadaan Zidan, namun laki-laki yang selalu di tanyakan oleh putranya, masih begitu menikmati kesedihan yang berlarut di dalam kamar.
"Papa lagi menenangkan diri sayang." Jawabnya.
Anisa yang berniat melihat menantunya yang dua hari ini merasa tidak enak badan, tersenyum melihat Farah sudah keluar dari dalam kamar dan sedang berdiri menatap pintu kamar putranya
"Zidan belum juga keluar dari kamarnya Ra ?" Tanya Anisa pada menantunya.
"Belum Bu." Jawab Farah.
"Yang sabar ya Nak." Ucap Anisa.
Farah mengangguk mengerti, lalu mengikuti langkah kaki ibu mertuanya menuju ruang makan untuk mengajak Al sarapan. Selama dua hari ini, mual dan pening semakin parah. Di tambah lagi perut bagian bawahnya semakin terasa nyeri, membuat Farah harus beristirahat total di dalam kamar.
"Ayo kita sarapan Ra." Ajak Anisa lalu duduk di samping sang suami.
"Zidan masih di kamarnya ?" Tanya Dimas pada sang istri dan di jawab anggukan kepala dari Anisa.
"Anak itu, apa dia lupa jika masih punya istri dan anak." Kesal Dimas pada putranya yang sejak kepergian Nadia masih saja mengurung diri di dalam kamar.
Anisa mengusap lembut punggung tangan Farah, memberi sedikit kekuatan pada menantunya yang semakin hari semakin pucat.
"Jangan maafkan dia." Kesal Dimas.
"Yah." Tegur Anisa.
"Tidak apa-apa Ayah, Farah ngerti sama kesedihan yang di rasakan Mas Zidan." Ucap Farah menengkan Ayah mertuanya yang terlihat kesal.
Tiga orang dewasa mulai memakan sarapan mereka tanpa Zidan. Farah memakan sarapannya sambil menyuapi Alfaraz dengan perlahan. Nadia sudah tidak ada lagi di sini, jadi kebutuhan Al sudah menjadi tanggung jawabnya.
Tidak ada lagi wanita yang begitu ikhlas berbagi pekerjaan mengurus bocah laki-laki yang ia lahir kan lebih dari tiga tahun yang lalu ini.
Usai sarapan, Dimas berpamitan pada Anisa untuk melihat Zidan di dalam kamar, sedangkan Anisa dan Farah membantu asisten rumah tangga membereskan piring-piring bekas sarapan mereka.
****
"Ayah tidak habis pikir dengan mu, saat Farah pergi dulu kamu begitu terluka. Dan sekarang dia disini, kamu justru mengabaikan keberadaannya."
Sudah berapa puluh menit Dimas berada di dalam kamar Zidan, dan terus memarahi putranya.
Zidan masih duduk di atas lantai kamar, sambil bersandar di ranjang. Penampilannya begitu kacau, ada lingkaran hitam di matanya, menandakan jika laki-laki itu kurang beristirahat sejak kepergian Nadia.
"Jangan sampai kamu merasakan penyesalan yang dulu Ayah rasakan Zidan." Ucap Dimas lagi masih dengan nada yang meninggi. Terlebih lagi melihat putranya yang terus tertunduk tanpa kata, semakin membuatnya kesal.
"Maafkan Zidan Ayah." Ucap Dimas pelan.
"Jangan meminta maaf pada Ayah, minta maaf pada istrimu. Kamu tidak hanya melukai Nadia tapi juga Farah. Kamu menyimpan nama Farah belasan tahun lamanya di dalam hati, tapi kamu memperlakukan dia dengan tidak baik. Jangan nanti jika sudah kehilangan, baru menyadari jika Farah sama berartinya dengan Nadia. Penyesalan adalah neraka di dunia, dan Ayah harap kamu tidak akan merasakannya." Ucap Dimas memperingati.
****
Dua wanita berbeda usia namun sama-sama cantik itu, sedangkan menghabiskan waktu siang di taman belakang rumah sambil menemani Al bermain di kolam ikan buatan.
Anisa menceritakan kisah dirinya yang terjebak di antara dua orang yang saling mencintai, dan itu menyakitkan. Sama seperti Nadia, yang terjebak di antara rasa cinta Zidan yang begitu besar untuk Farah. Dan karena hal itu, Anisa dan Dimas selalu memperingati Zidan agar tidak menyakiti Nadia.
Farah terus mendengar dengan seksama setiap kalimat yang keluar dari mulut ibu mertuanya.
"Zidan sangat mencintaimu sejak dulu, untuk itu saat Nadia meminta Zidan untuk menikahi mu, kami menolaknya dengan tegas. Bukan karena Ibu dan Ayah membencimu, namun Ibu dan Ayah tidak ingin kesalahan yang dulu, terulang untuk yang kedua kalinya." Jelas Anisa.
"Ibu sangat tahu bagaimana rasanya menikah dengan laki-laki yang masih mencintai wanita lain, namun Zidan bersyukur memiliki Nadia yang selalu memandang sesuatu dari sisi baik. Ibu sampai berfikir dari mana hati Nadia terbuat, bahkan Ibu yang di ajari dengan banyak ilmu agama saja tidak mampu menjalani rumah tangga yang seperti kalian jalani sekarang."
"Karena Mbak Nadia begitu mencintai Mas Zidan, sama seperti Ibu yang juga sangat mencintai Ayah, dan masih bersedia kembali meskipun sudah begitu banyak luka yang di torehkan." Jawab Farah.
"Cinta tidak akan cukup Ra."
Farah menggeleng
"Cinta lebih dari cukup untuk mempertahankan segalanya Bu." Jawabnya.
Anisa tersenyum
"Kalau begitu pertahankan semua yang sudah ada Ra. Jika menurutmu cinta mampu mempertahankan semuanya termasuk rumah tangga kalian, maka ibu mohon padamu untuk tetap mempertahankan segalanya." Pinta Anisa memohon.
Farah tersenyum namun ia menggeleng.
"Jika Mas Zidan yang memintanya, maka Farah akan melakukannya." Jawabnya tegas.
Sudah cukup ia bertahan dengan rumah tangga yang di minta oleh orang lain, dan sekarang ia tidak ingin lagi meskipun yang meminta itu adalah ibu mertuanya. Yang paling ia butuhkan adalah cinta dan kasih sayang Zidan, bukan Nadia ataupun ibu mertuanya.
"Ibu yakin dia akan melakukannya, hanya saja Zidan masih begitu bersedih kehilangan wanita yang selalu menguatkan dan memberi dukungan di setiap langkahnya. Bersabarlah sedikit lagi, dia pasti akan menahan mu pergi, dan memohon agar kamu dan Al tetap berada di sisinya." Jawab Anisa yakin.
Farah mengamini semua kalimat panjang lebar yang di utarakan oleh Ibu mertuanya. Meskipun tidak lagi banyak berharap, karena selama ini harapan yang ia tumpuk di dalam hati, selalu berbuah kecewa.
Menit demi menit terlewati, Farah dan Anis masih menikmati udara siang hari dengan hembusan angin yang begitu menyegarkan di taman belakang rumah. Sesekali dua wanita yang sama berharganya dalam hidup Zidan itu tertawa melihat tingkah Al yang begitu menggemaskan.
Meskipun sedih karena kepergian Nadia, namun Anisa kembali berpikir, jika semua manusia akan menuju ke sana bila waktunya tiba. Dan yang di tinggalkan di dunia akan terus melanjutkan hidup mereka.
Setelah perbincangan di taman, Anisa berpamitan melihat suaminya. Sedangkan Farah tetap berada di taman menemani putranya bermain.
"Unda antuk." Ucap Al dengan mata yang terlihat sayu.
Farah tertawa lucu, yah putranya ini sudah seperti pangeran tidur, yang tidak pernah melewati waktu tidur di siang hari.
"Ayo, kita masuk." Ucap Farah sembari mengulurkan jari telunjuk yang biasa di genggam oleh tangan mungil putranya.
"Peluk Unda." Ucap Alfaraz.
Farah semakin tersenyum lebar, dan membawa putranya ke dalam pelukan lalu masuk ke dalam rumah.
Farah tersenyum melihat ibu mertuanya keluar dari ruang makan sambil membawa nampan yang berisi dua cangkir teh dan sepiring cemilan.
"Zidan dan Ayah sedang berada di ruang tamu." Ucap Anisa.
Farah mengangguk dan berpamitan untuk membawa Al ke dalam kamar, karena bocah mungil itu ingin tidur siang.
"Ra kaki kamu berdarah. Tergores dimana ?" Tanya Anisa khawatir melihat darah di lantai yang di lewati menantunya.
Farah menoleh, mengikuti tatapan ibu mertuanya yang tertuju pada kakinya yang berdarah.
"Ngga kok Bu, Farah ngga ngerasain sakit apapun di kaki." Jawabnya.
"Mungkin kamu kedatangan tamu bulanan tiba-tiba." Kekeh Anisa.
Farah terdiam, wajahnya semakin memucat namun ia berusaha untuk tetap tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
® - N@
Kalau dipikir² walaupun Farah yang katanya DICINTA, tapi Nadia diperlakukan dengan sangat baik, disayang dan sangat dijaga perasaan nya oleh Zidan.
sedangkan Farah yang dicinta, ditiduri layaknya pelacur, setelahnya dibayar, dicuekin, disakti.
kalau boleh milih mending jadi Nadia yang ga dicinta tapi diperlakukan dengan baik dari pada Farah.
saya pribadi baca novel ini udh beberapa kali, tiap kali baca selalu nyeseknya ga pernah berkurang.
menurut saya pribadi harusnya Farah ga dibuat balikan lagi sama Zidan.
tapi entah pertimbangan atau cara pandang othor yang membuat Farah harus balikan lagi sama Zidan.
karena dari awal juga ga ada bagus² nya sama sekali sikap Zidane ke Farah yang bisa di jadikan pertimbangan untuk tetap bersama.
2024-06-18
2
Nisa Nisa
yg bemar zidanlah yg memzalimi farah krn tekanan kalian ini..mendorong putra kalianke neraka
2022-11-03
0
Nisa Nisa
bodoh gk ketulungan
2022-11-03
0