Selepas kepergian Farah, Zidan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kebesaran miliknya. Wanita yang baru saja berlalu, masih tersimpan rapi di relung hatinya. Farahdila Putri, satu-satunya gadis yang pernah membuatnya jatuh terlalu dalam, bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya, hati yang jatuh itu bisa kembali bangkit.
"Maafkan aku Ra." Lirih Zidan dalam hati.
Nafasnya terasa begitu berat, setiap kali menatap wajah sendu Farah. Dia nyaris gila karena terus menahan rasa yang begitu ingin mendekap tubuh yang baru saja berlalu dari dalam ruangannya.
Bahkan saat melakukan perjalanan bisnis, yang paling ia rindukan adalah Farah. yang paling ingin cepat membuatnya pulang ke rumah selama empat tahun ini adalah Farah.
Meskipun dia tahu, Farah selalu terluka saat dia masuk ke dalam kamar istri keduanya itu, namun kerinduan yang menggebu pada wanita yang sudah membuatnya candu itu tidak bisa ia tahan. Hanya di saat meminta haknya itu, ia bisa leluasa mendekap wanita yang sudah begitu lama dia inginkan. Hanya saat bersama selama satu jam di atas ranjang, bisa memberinya leluasa mengecup wajah cantik Farah yang sudah sejak dulu ingin sekali ia lakukan.
****
Sampai di kantor tempat ia bekerja, Farah tidak lagi terkejut saat mendapati Rehan sudah berada di dalam ruangan sambil bersandar di meja kerjanya. Ia melewati Rehan begitu saja, meskipun ia bisa melihat wajah penuh tanya dari laki-laki yang sudah menganggapnya keluarga ini.
"Ada apa lagi Ra ?" Tanya Rehan saat melihat Farah sudah masuk ke dalam ruangan tempat ia menunggu wanita yang di titipkan seorang sahabat padanya.
Rehan yakin sesuatu terjadi lagi, karena adik sepupunya tidak akan meminta bantuannya jika semua baik-baik saja.
"Kak kalau aku yang gugat cerai gimana ?" Tanya Farah pelan.
"Kamu pikir menikah itu sesuatu yang bisa kamu coba-coba, dan memutuskan bercerai saat kamu merasa tidak ingin lagi, begitu !" Bentak Rehan.
"Bukan gitu Kak, seandainya Mas Zidan bisa memperlakukan aku dengan baik, tidak mungkin aku akan berpikir sampai sejauh ini." Lirih Farah.
"Dia hanya belum terbiasa Ra, bersabarlah sedikit lagi. Jika Zidan tidak menginginkan kamu, dia tidak akan mau kamu mengandung dan melahirkan anak untuknya." Jelas Rehan. "Dia menginginkan kamu dalam hidupnya, hanya saja ada banyak hal yang mungkin sedang ia jaga." Sambungnya.
Farah hanya terdiam mencerna kalimat Rehan. Benarkah ? ah dia tidak senaif itu, yang pasti sikap Zidan yang tidak adil padanya sudah sangat keterlaluan.
"Setidaknya dia bisa sedikit menghargaiku sebagai wanita yang sudah menjadi ibu dari anaknya, aku mungkin tidak akan sesakit ini." Tegas Farah.
Kalimat Rehan tentang Zidan yang juga menginginkan dirinya, tidak bisa masuk di dalam akal sehatnya. Bukan, bukan dirinya yang di inginkan laki-laki itu, tapi hanya tubuhnya untuk menghangatkan ranjang.
"Kalau begitu lakukanlah, bukankah kamu sudah sering mengurusi kasus perceraian ?" Kesal Rehan.
Dulu sebelum Farah memutuskan menerima lamaran dari Nadia untuk menjadi wanita kedua buat Zidan, Rehan sudah memperingati Farah. Karena tidak ada yang benar-benar adil dalam rumah tangga berpoligami, namun Farah menjawab akan mengusahakan yang terbaik.
"Kita hanya manusia Ra, Zidan pun begitu. Dia bukanlah Nabi yang tidak akan pernah salah dalam mengambil langkah." Jelas Rehan lagi dengan nada pelan.
Melihat Farah tertunduk dengan wajah sedih, membuatnya kembali merasa bersalah pada Andra yang sudah menitipkan gadis ini padanya.
"Aku tidak tahan lagi Kak." Lirih Farah.
Rehan tidak lagi berkata, ia hanya bisa memberi tepukan lembut di punggung wanita yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri ini.
Setelah melihat Farah sudah sedikit lebih baik, dan mulai membahas beberapa pekerjaan dengannya, Rehan kembali merasa lega. Hingga akhirnya laki-laki itu pamit keluar dari ruangan Farah, saat istri dan putrinya sudah datang.
"Bunda ikut makan siang bersama kita juga kan ?" Tanya Liana.
Farah menggeleng, lalu mengusap lembut pipi gembul gadis kecil yang selalu mengikutinya kemana-mana.
"Bunda masih ada pekerjaan sayang, lain kali ya." Ucapnya, dan gadis kecil itu mengangguk patuh.
Diana, istri Rehan ikut menepuk pelan punggung Farah, lalu pamit permisi keluar setelah menawarkan Farah untuk datang berkunjung dan bercerita dengannya di rumah nanti.
****
Rumah mewah milik Dimas begitu ramai. Beberapa kelurga sudah berada di sana, termasuk Nina dan Indra yang baru saja kembali dari liburan mereka di Singapura.
Anisa di bantu putrinya Zia, juga beberapa asisten rumah tangga sedang menyajikan hidangan untuk makan malam keluarga.
Anisa menghela nafas berat, saat tatapannya melihat Farah yang duduk diam di pojok ruang keluarga. Gadis yang di nikahi putranya empat tahun yang lalu, pertama kalinya menghadiri acara keluarga yang rutin ia lakukan. Sedangkan Nadia, wanita yang di nikahi putranya sembilan tahun yang lalu, begitu antusias menjaga Al, cucunya yang dilhirkan Farah istri kedua putranya.
Ruang keluarga di kediaman Dimas begitu sangat ramai. anak, menantu dan cucunya memenuhi seluruh ruangan. Keluarga Profesor Wijaya juga menyempatkan hadir di kediaman mereka.
****
Farah mendekati Nadia yang terus berlarian mengikuti langkah Alfaraz yang semakin aktif di usianya yang sudah menginjak tiga tahun.
"Biar aku yang akan menjaganya, Mbak Nadia istirahat dulu." Ucap Farah.
Nadia mengusap butiran keringat di dahinya, kemudian mengangguk.
"Terimakasih ya Ra, Al lincah banget, Mbak sampe keringatan gini." Ucap Nadia sambil tersenyum ke arah madunya.
"Jangan ke sana Al." Ucap Farah mencegah putranya yang berlari menuju ruang makan.
"Eyang..." Teriak Alfaraz.
Anisa yang juga hendak kembali masuk ke dalam ruang makan sambil membawa beberapa buah gelas berhenti, senyum hangat di wajah tuanya mengembang saat mendapati Alfaraz berlari menuju ke arahnya.
"Eyang banyak pekerjaan Nak." Cegah Farah.
"Tidak apa-apa Farah, sudah selesai kok." Jawab Zia yang juga sudah keluar dari ruang makan. "Berikan pada Zia Bu." Ambil Zia beberapa buah gelas kaca yang ada di tangan sang ibu.
"Ikut Kakak Ra, biar Al sama ibu aja." Ajak Zia.
Farah mengangguk lalu ikut masuk ke dalam ruang makan. Gelas kaca yang ada di tangan kakak iparnya, kini sudah berpindah di tangannya.
Yah akhirnya ia memutuskan untuk ikut menghadiri makan malam keluarga besar di kediaman mertuanya. Meskipun tidak ada seorangpun yang memperdulikan kehadirannya, termasuk Zidan yang sejak mereka sampai hanya sibuk bercengkrama dengan Ayah mertua dan Papa Nadia.
"Gimana kabar kamu Ra ?" Tanya Zia.
Farah menoleh, suara lembut dari wanita cantik membuyarkan lamunannya.
"Aku baik Kak. Kakak dan keluarga gimana kabarnya ?" Tanyanya.
Zia tersenyum
"Kami baik-baik saja." Jawabnya.
Farah mengangguk, dan tidak lagi bersuara. Keduanya sibuk menyiapkan gelas dan piring yang akan di gunakan untuk makan malam nanti.
"Ra.." Panggil Zia.
Farah menoleh, namun ia tidak bersuara. Hanya menunggu apa yang akan di utarakan oleh kakak iparnya ini.
"Kami punya trauma yang besar dengan rumah tangga seperti yang sedang kalian jalani. Ibu menyayangimu, dia hanya takut apa yang dia rasakan dulu, akan dirasakan oleh Nadia." Ujar Zia.
Farah mengangguk mengerti, meskipun ia tidak bisa menerimanya, pasalnya dalam kasus mereka itu berbeda. Di sini Nadia yang memintanya untuk menjadi istri kedua, dan ia pun tidak berniat untuk menyakiti Nadia sama seperti yang sudah terjadi pada Ibu mertuanya dulu.
Namun Farah memilih untuk mengangguk mengerti, tanpa menjelaskan apa yang kini bersarang di otaknya. Biarlah, biarlah semuanya seperti ini. Menunggu dan terus menunggu, apa yang akan menjadi keputusannya nanti. Untuk sekarang, dia ingin menjalani semuanya. Anggap saja memuaskan hatinya menghabiskan banyak waktu bersama Alfaraz, sebelum ia benar-benar memutuskan untuk pergi dari kehidupan Zidan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Jumadin Adin
Ya Allah keadilan mmg hanya milikmu,tidak keadilan yg di.miliki maanusia
2022-12-28
2
Nisa Nisa
tuh kamu Farah. ada dendam dihati Zidan yg pernah kamu tinggalkan sehingga dia memperlakukanmu hanya sebatas pemuas nafsu
2022-10-31
0
Nisa Nisa
itulah nafsu...kalau cinta tak akan melukai terus secara sadar. dasar lelaki brensek..berlimdung dibalik demi mell8ndungi istri pertama..sebenarnya krn istri pertamamu tdk bisa memuaskan hasratmu sedang Farah bisa.
2022-10-31
0