Farah masih duduk di sebuah kursi yang di sediakan oleh penyelenggara acara sambil menatap nanar senja yang mulai terbenam di ujung lautan.
Sore ini ia menemani Rehan menghadiri acara yang di selenggarakan oleh klien Firma Hukum mereka. Satu tetes air bening ia biarkan mengalir di wajah cantiknya.
Entah mengapa rasanya begitu berat untuk memantapkan hati untuk bercerai dari Zidan. Namun semua harus dia lakukan, karena sekuat apapun ia memaksa, bahagia yang di janji Nadia tidak akan pernah datang, dan Zidan sudah menegaskan hal itu.
Entah berapa lama ia termenung dan membiarkan air matanya menetes di pipi, hingga suara laki-laki yang sudah menganggapnya adik, menyadarkan dia dari lamunan.
"Jika benar-benar tidak tahan lagi, kamu boleh menggugat cerai Ra. Kamu berhak bahagia." Ucap Rehan.
Farah menoleh, menatap wajah Rehan dengan linangan air mata yang semakin banyak keluar dari tempatnya.
"Aku sudah memutuskannya Kak, tapi entah mengapa ini terasa begitu sulit. Aku terlalu mencintainya." Ucapnya. isakan mulai terdengar jelas dari bibirnya.
"Aku benar-benar ingin menghajar Zidan sekarang." Geram Rehan.
Farah menggeleng, lalu kembali menatap langit yang tadinya senja kini mulai berubah kelabu.
"Semua ini salahku Kak, Mas Zidan benar semuanya berawal dari ku. Seharusnya aku menolak saat Mbak Nadia memintaku untuk menjadi istri ke duanya, namun aku terlalu di butakan oleh cinta." Farah masih terus terisak.
"Aku akan membantumu berpisah darinya, namun untuk putramu aku ragu kita bisa mengambil hak asuhnya." Ucap Rehan.
"Aku tidak berniat memisahkan Al dari Mbak Nadia Kak. Mbak Nadia adalah wanita dan Ibu yang baik, aku akan lebih lega jika Al bersama mereka." Jawab Nadia.
Rehan mengangguk, ia lega mendengar jawaban dari Farah mengenai hak asuh Al. Pasalnya bocah laki-laki itu begitu di sayangi oleh adik sepupunya.
Selama ini Nadia terus berusaha menyatukan Farah dan Zidan, namun sepertinya dua manusia yang masih saling mencintai ini begitu rumit. Adik sepupunya itu sudah tahu hidupnya tidak akan lama lagi, namun sepertinya keadaan itu semakin membuat Zidan merasa bersalah jika mengungkapkan perasaanya.
*****
Rehan menatap sendu gadis yang kini terlelap di dalam mobilnya. Berulang kali ia menggumamkan kata maaf pada Andra karena tidak bisa menjaga Farah, dan kini gadis yang sudah seperti adiknya ini, terperangkap dalam hubungan pernikahan yang begitu rumit.
Belum lagi kata-kata sang Mama yang masih saja menyalahkan Farah tentang pernikahan yang di jalani adik sepupunya, membuat Rehan semakin merasa serba salah.
Dan mungkin membantu Farah untuk bercerai dari Zidan adalah keputusan yang paling baik. Selain menghindari cemoohan orang-orang, Farah juga akan segera terbebas dari keadaan yang selalu menyakitinya.
Mobil terus melaju di jalanan kota Jakarta. Farah meminta di antar kan ke Apartemen, namun Rehan bersikeras agar Farah tetap kembali ke rumah Zidan sambil menunggu gugatan cerai dari pengadilan agama keluar.
Bahkan cinta yang menggebu pun, tidak akan bisa menjamin pernikahan itu baik-baik saja. Semua orang tahu bagaimana keadaan Zidan selepas kepergian Farah ke Jogja bertahun-tahun yang lalu, namun sekarang laki-laki itu mampu menepis segala rasa entah demi apa. Ah Zidan memang begitu rumit.
****
"Terimakasih Kak." Ucap Zidan saat Rehan membuka pintu mobil lebar-lebar.
Sebelum tiba, Rehan sudah mengabari Zidan jika ia sedang dalam perjalanan bersama Farah yang sudah terlelap.
"Zi." Panggil Rehan.
Zidan yang hendak mengangkat Farah dari alam mobil, berhenti lalu menatap wajah Rehan.
"Jika Farah meminta berpisah darimu, lepaskan dia. Aku tidak tahan terus melihatnya menanagis dalam diam. Jika kamu masih mencintainya, jangan buat dia terus terperangkap dalam pernikahan yang terus menyiksanya." Ujar Rehan pelan.
Zidan menutup matanya, mengurangi himpitan yang terasa di dadanya.
"Apa dia mengatakan ingin berpisah dariku ?" Tanya Zidan pelan.
Rehan mengangguk mengiyakan.
"Hari ini ia menangis lagi, dan menceritakan apa yang menjadi perdebatan kalian di dalam mobil pagi ini." Jelasnya.
Zidan menarik nafasnya yang semakin terasa berat, lalu perlahan mengangkat tubuh istri keduanya keluar dari dalam mobil Rehan.
Tanpa berkata apapun, Zidan melangkah masuk ke dalam rumah melewati pintu yang di buka lebar oleh asisten rumah tangganya.
Nadia tersenyum melihat Zidan sedang membawa Farah yang sudah terlelap. Dan tanpa di minta, wanita yang berstatus sebagai istri pertama itu membuka lebar pintu kamar yang empat tahun ini di tempati oleh Farah.
Zidan meletakkan Farah di atas ranjang dengan perlahan, sedangkan Nadia sudah keluar dari dalam kamar Farah.
Zidan melepaskan high heels yang masih melekat di kaki Farah dengan perlahan. Selimut putih tebal ia tarik untuk menutupi tubuh istri keduanya yang begitu lelap dalam tidurnya. Beberapa menit ia duduk di sisi ranjang, menatap wajah cantik Farah dengan begitu lekat.
"Maafkan aku." Ucapnya. "Maaf membuatmu menderita selama empat tahun ini." Sambungnya lagi tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah yang mungkin setelah ini tidak akan pernah bisa ia tatap lagi.
Zidan mematikan lampu kamar, kemudian menggantinya dengan lampu tidur yang ada di atas nakas di samping tempat tidur.
Sebelum menutup pintu kamar Farah, ia kembali menoleh. Sedikit tidak rela ketika membayangkan jika dia harus melepaskan Farah, namun sepertinya ini adalah keputusan yang paling baik. Farah berhak untuk bahagia, dan dia tidak akan pernah bisa memberikan itu. Nadia masihlah menjadi prioritas nya saat ini.
****
"Loh aku pikir kamu akan istirahat di kamar Farah." Ucap Nadia saat melihat Zidan masuk ke dalam kamarnya.
Zidan menggeleng, lalu melangkah menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar lalu masuk ke dalam ruang ganti.
"Nad.." Panggil Zidan saat tubuhnya sudah ikut berbaring di samping istri pertamanya.
Nadia yang masih membaca informasi tentang perkembangan penyakitnya yang di kirim oleh sahabatnya di Rumah Sakit, menoleh. Menatap wajah suaminya yang juga sedang menatap ke arahnya.
"Maafkan aku. Sungguh maafkan aku yang masih begitu mencintainya." Ucap Zidan.
"Hei kok ngomong gitu. Dia juga istri kamu Zi, jadi hal yang wajar jika kamu mencintainya." Ucap Nadia masih dengan senyum manis di bibirnya.
"Bukan itu, rasa ini tidak pernah hilang Nad, aku merasa telah mengkhianati wanita sebaik dirimu sekian tahun lamanya, dan itu membuatku terus di hantui rasa bersalah." Ucap Zidan lagi.
"Anggap aja ini hadiah dariku sebelum pergi Zi, terimakasih sudah mencintaiku sekian tahun. Terimakasih sudah menjadi laki-laki terbaik setelah papa. Terimakasih sudah menerimaku dengan segala kekurangan ini." Ucap Nadia.
Zidan menggeleng,
"Kita belum benar-benar berusaha untuk menyembuhkan penyakitmu. Kita bisa melakukan pengobatan keluar negeri."
Nadia tersenyum, lalu menyerahkan ponselnya yang berisi hasil pemeriksaan yang di kirim oleh sahabatnya malam ini.
"Aku sudah mempersiapkan diriku sejak lama Zi, bahkan sebelum bertemu denganmu. Kamu tahu, aku sempat memiliki semangat baru setelah kita menikah, dan sedikit tidak rela jika harus meninggalkan laki-laki sesempurna dirimu pada wanita lain. Namun aku kembali tersadar, jika Allah benar-benar maha baik, bahkan di sisa umurku yang tidak lagi lama, aku masih di beri kesempatan untuk menikmati bahagia menjadi seorang istri dan ibu dari Al." Ucapnya panjang lebar.
"Aku sangat berterimakasih pada kalian berdua, kalian mewujudkan semua yang aku inginkan Zidan. Kamu dan juga Farah."
Zidan tidak lagi berkata apapun, dan segera meraih tubuh Nadia ke dalam dekapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
komar yati
tapi baru kali ini AQ baca novel sambil nangis/Sob//Sob//Sob//Sob/
2024-03-09
0
Jumadin Adin
di sini yg egois itu siapa ya????
2022-12-28
2
Nisa Nisa
benarkan, pernikahan itu demi ego Nadia yg tdk rela dgn takdirnya fia menyeret perempuan lain utk menderota krn dia tahu suaminya msh menyintai perempuan itu. sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui.
harga dirinya tersrlamatkan keinginan punya anak terpenuhi dan bisa menyiksa zidan dan farah yg msh sama menyintai sepeninggalnya pun Farah tetap ditatap sinis srbagai wanita yg tega menikah dgn lelaki yg istrinya sedang sekarat.
2022-11-02
0