Setibanya di ruang tamu mereka duduk dengan posisi saling berhadapan. Riana menatap Almeer dengan pandangan menelisik, mencoba menebak maksud dari sikap baik Almeer yang menurutnya terlalu berlebihan.
Baru beberapa saat berada di ruang tamu, pintu rumah tersebut kembali terbuka. Netra mata Riana menangkap sosok cantik keponakannya yang biasanya selalu ceria, tampak sedikit murung dan berjalan dengan kepala tertunduk.
"Kok sudah pulang, Nia? Katamu tadi agak sorean," sapa Riana.
"Iya, Tante. Aku tidak ada kelas siang, jadi setelah kelas pagiku, aku langsung ke tempat catering, itu pun hanya sebentar," sahut Kurnia lemas.
"Lalu kenapa wajahnya ditekuk? Apa ada masalah pada catering? tanya Riana.
Kurnia menoleh, matanya melihat keberadaan Almeer. "Ngagak kok, Tante. Hanya saja dengan kondisi yang sekarang, aku terpaksa mengurangi jumlah karyawan, hingga setengahnya."
Lalu pandangan Kurnia beralih kepada Almeer. "Selamat siang, Kak. Aku tinggal ke dalam dulu, ya," pamitnya.
"Iya silakan," sahut Almeer.
Setelah itu Kurnia berlalu menuju kamarnya, meninggalkan Almeer bersama Riana di ruang tamu.
Mata Almeer terus menyorot kepergian Kurnia, sampai gadis itu menghilang dari pandangannya. Dia merasa kasihan dan ingin membantu gadis tersebut.
"Ada apa dengan cateringnya?" tanya Almeer penasaran.
"Bukan apa-apa, masalahnya ada pada pelanggan yang semakin berkurang," jawab Riana.
Tanpa menceritakan bahwa usaha catering milik keponakannya itu sedang kesulitan, karena ulah mantan suaminya.
"Ehmm, begitu ya. Mungkin aku bisa membantu untuk merekomendasikan cateringnya kepada rekan bisnisku. Oh, iya, suruh saja Kurnia datang ke perusahaanku untuk membuat kontrak kerja sama, kebetulan kami belum memiliki vendor catering untuk karyawan pabrik," tawar Almeer.
Riana memberikan tatapan menelisik, mencoba menebak maksud kebaikan pria tersebut. Saat ini Riana menebak Almeer memiliki maksud terselubung kepada keponakannya.
'Aku tahu sekarang! Pasti dia mati-matian mengambil hatiku, agar mendapat restu untuk mendekati, Nia. Tadi saja matanya terus memperhatikan keponakanku itu. Cih, akal bulus buaya seperti ini sudah terbaca,' erang Riana dalam hati.
'Aku akan mengingatkan Nia setelah ini, keponakanku itu tidak boleh jatuh kepada buaya sepertinya,' Riana melanjutkan gumamannya.
Tak banyak lagi kata yang mereka bicarakan. Almeer juga berusaha menjaga sikap agar Riana tidak tersinggung. Jadi, setelah menyesap habis minumannya Almeer pun pamit pulang.
Bagi Almeer, melihat Riana dalam keadaan baik-baik saja sudah cukup untuk membuatnya senang. Besok dia bisa datang lagi untuk mengunjungi Riana.
***
Setelah Almeer pulang, Riana kembali ke kamarnya. Dia sadar tidak bisa jika terus berdiam diri, apalagi janin yang dikandungnya semakin hari akan semakin membesar, dan dia akan membutuhkan biaya yang besar untuk persalinannya nanti.
Tidak sampai di situ, tanggung-jawabnya juga akan semakin bertambah setelah anaknya lahir nanti. Dia tidak ingin anaknya terlantar, dan tidak bisa medapatkan kehidupan yang layak.
Untuk itulah Riana berniat untuk mencari pekerjaan, dia akan mecoba memasukkan lamaran ke perusahaan-perusahaan yang dulu pernah bekerja sama dengannya, sewaktu memimpin perusahaan mantan suaminya.
Riana sangat berharap satu dari perusahaan itu bisa memberinya lowongan, agar dia bisa mengumpulkan uang demi kebutuhan anaknya kelak.
"Tante sedang apa?" tanya Nia yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
"Ini, tante lagi nyiapin resume untuk melamar pekerjaan. Tante nggak bisa terus berdiam diri, Nia. Apalagi sekarang usaha kamu juga sedang bermasalah, jadi tante nggak mau semakin menambah beban kamu."
"Tapi, sesuai anjuran dokter, Tante harus banyak-banyak istirahat, trus nggak boleh banyak beban pikiran demi kandungan Tante," sela Kurnia.
Riana menghela napas dalam-dalam, lalu menatap keponakannya. "Tante tahu, tapi yang dokter bilang kan, tante harus banyak-banyakin istirahatnya hanya untuk beberapa hari aja, setelah itu tante sudah diizikan beraktivitas, kok. Lagi pula, kalau tante terus diam di rumah, itu malah membuat tante pikiran tante semakin tertekan. Karena harus memikirkan biaya persalinan, biaya hidup untuk masa depan, dan semacamnya."
Kurnia terdiam, dia menimbang perkataan tantenya itu memang benar adanya. Jadi dia merasa tidak memiliki alasan untuk mencegah Riana melakukan keinginannya.
"Tapi setidaknya Tante tunda dulu rencana Tante untuk bekerja, setidaknya untuk 3-hari atau seminggu kedepan. Sampai kondisi Tante benar-benar pulih," saran Kurnia.
"Kamu tenang aja, ini tante ngirim lamarannya secara virtual, kok. Dan jika ada panggilan untuk interview, paling cepat juga 3-hari lagi, seminggu atau mungkin lebih. Jadi selama menunggu tante bisa istirahat," jelas Riana.
"Ya sudah, terserah Tante," balas Kurnia mengalah.
Riana tersenyum kepada Kurnia, dia sengaja tidak memberi-tahu rencana Almeer yang ingin berlangganan pada vendor catering milik Nia. Dia ingin menjaga Kurnia agar tidak menjadi korban Almeer, yang dianggapnya Ceo buaya.
Dan nanti Riana berencana untuk membantu usaha keponakannya itu dengan caranya sendiri, melalui koneksi yang dia kenal selama memimpin anak perusahaan milik mantan suaminya.
***
"Tidak bisa, Al. Tuan Danesh hanya mau bekerja sama jika kau sendiri yang terjun langsung meninjau proyek ini!" tegas Dino.
Sedari tadi dia sudah berdebat dengan Almeer, karena Ceonya itu tidak mau pergi keluar kota, untuk peninjauan proyek.
Sementara itu turunnya Almeer secara langsung adalah syarat mutlak dari client, dikarenakan proyek ini bernilai triliunan, Dino pun mencoba membujuk Almeer agar merubah pendiriannya.
"Lagi pula cuma seminggu, Al. Setelah itu kau bisa kembali dan menghabiskan lebih banyak waktumu dengan Riana." Dino terus berusaha meyakinkan Almeer. "Dan selama kau pergi keluar kota, aku pastikan akan terus mengawasi Riana. Kau tidak perlu khawatir," imbuhnya.
"Kita batalkan saja proyeknya!" ujar Almeer seenaknya.
Dino menggelengkan kepala, karena pusing membujuk Almeer. "Ck ... Al, ini bukan sekedar tentang kredibilitasmu di mata client. Tapi juga tentang kredibilitasmu di mata Om dan Tante, mereka pasti akan akan marah besar, jika kau abai pada perusahaan. Bisa-bisa mereka menghentikan liburannya dan langsung pulang untuk memarahimu."
Dino mengingat Almeer tentang resiko yang akan diterimanya, jika sampai berita penolakan Almeer ini, sampai ke telinga Tuan dan Nyonya Besar Rahadi yang saat ini tengah berlibur, menikmati hari tuanya.
"Satu lagi, jika om dan tante tahu kau menelantarkan perusahaan karena seorang wanita, maka tamatlah sudah. Mereka akan memvonis Riana memiliki pengaruh buruk untukmu, dan hubungan kalian akan sulit mendapat restu," tambah Dino.
Almeer terdiam, tanpa adanya berita buruk tentang Riana pun, hubungannya dengan Riana pasti akan menerima penolakan terbelih dulu, karena Riana berusia sepuluh tahun di atasnya, ditambah Riana berstatus seorang janda.
Almeer mengehela napasnya, dengan terpaksa dia memutuskan untuk menuruti permintaan Tuan Danesh, karena tidak ingin menambah rintangan untuk hubungannya dengan Riana di masa depan.
"Baik, sampaikan kepada Tuan Danesh, aku bersedia ikut meninjau proyek itu!"
Dino tersenyum, dia menyalakan laptop untuk mengirimkan e-mail kepada sekretaris Tuan Danesh, memberi kabar tentang kesediaan Almeer.
"Sebentar, Din!" seru Almeer.
"Apa lagi?" Dino menghela napas jengah.
"Jaga wanitaku baik-baik selama aku pergi! Jika terjadi sesuatu padanya, maka kau akan aku pecat sebagai asisten, berikut aku hapus dari daftar temanku!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sri Puryani
klo gk slh sblmnya dikasih tau umur almeer 28 ya ...kok jd 25,
2024-12-20
0
Sulaiman Efendy
RIANA SALAH SANGKA, KIRANYA ALMEER DEKATI DIA BUAT INCAR NIA PONAKKNNYA
2022-12-01
0
Jasmine
main pecat aja...giliran dino tak ada kelimpungan 7 keliling 7 putaran dan 7 dinamik
2022-06-27
0