Menjadi Aspri Itu Menyebalkan

Riana mulai mengisi bathtub untuk mandi suaminya, Riana duduk di ujung bathtub sambil menunggu airnya terisi penuh, tangan Riana memainkan air yang mulai memenuhi bathup, mengusir pikirannya yang mulai kacau, karena hasrat yang selalu gagal tersalurkan bersama suaminya itu.

Setelah dirasa cukup, Riana mengecek suhu air dan tak lupa menuangkan bath bomb. Lalu keluar dari kamar mandi untuk menemui suaminya.

"Mas, airnya sudah siap." ucap Riana pelan.

"Terimakasih, Sayang," jawab Taslim seraya mengecup pipi Riana, dia meraih handuk yang diberikan Riana, lalu melangkah pergi menuju kamar mandi.

Riana mengambilkan pakaian ganti untuk suaminya, lalu diletakkannya di atas tempat tidur. Setelah itu dia pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam mereka berdua. Kini Riana mulai sibuk berkutat dengan peralatan memasaknya.

Riana terlihat tidak fokus pada masakannya, pikiran Riana masih terganggu karena hubungan suami istri yang tidak tuntas. Ditambah kejadian tadi memaksa Riana terhanyut dalam percintaan salahnya beberapa malam yang lalu.

"Huh ... mengapa bisa begini!" erang Riana pelan, merutuki perasaan yang sedang berkecamuk di dalam dirinya.

Berkali-kali Riana menghela napas berat, berusaha membuang jauh-jauh pikiran aneh tersebut dari kepalanya, tapi dia tidak bisa lari dari perasaan itu, dia wanita normal yang membutuhkan nafkah biologis.

Tak lama kemudian Taslim datang, dan menemani Riana memasak, sehingga pikiran Riana bisa sedikit lebih fokus pada masakannya.

Riana menata hidangan di atas meja, dia dengan telaten mengambilkan makanan untuk suaminya, dan mereka pun melakukan santap malam bersama.

***

Hari pertama Almeer bekerja sebagai Aspri Riana.

Sudah hampir dua jam Almeer berada di satu ruangan bersama CEOnya itu, tapi tidak ada pembicaraan sama sekali, mereka sama-sama disibukkan oleh pekerjaan masing-masing.

Almeer sengaja menghembuskan napas dengan kasar, berharap dapat menarik perhatian Riana. Tapi prediksi Almeer salah total, jangankan menegur, wanita itu bahkan tidak menoleh sama sekali.

Belum sehari bekerja Almeer sudah merasa hampir frustasi, bagaimana mungkin dia bisa mendekati Riana, jika bicara saja pun tidak. Sedangkan dirinya tidak mungkin melakukan pendekatan secara frontal, karena ada batas-batasan antara CEO dan Aspri yang harus dipatuhi.

Ingin rasanya Almeer membongkar penyamarannya sendiri, dan menanyakan secara langsung tentang kehidupan pribadi wanita yang kini menjadi CEOnya itu. Tapi tindakan itu dirasa terlalu bodoh, Mengingat betapa tertutupnya Riana. Dan jika Almeer tetap nekad menempuh jalan itu, akan sama artinya dengan menutup jalannya sendiri untuk mendakati Riana.

Almeer kembali melanjutkan pekerjaannya, meskipun misinya kali ini cukup menyebalkan tapi Almeer tidak akan mundur begitu saja. Dia teguh pada tekadnya untuk mendekati Riana, untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya.

"Apa saja schedule hari ini, Al?" Suara yang sangat dinantikan Almeer akhirnya keluar dari mulut Riana, meskipun mata wanita itu tidak beralih dari layar monitornya.

Almeer dengan cepat memeriksa schedule Riana. Almeer cukup senang, setidaknya mulai ada pembicaraan dengan CEOnya itu.

"Hanya ada satu, Nyonya. Melakukan peninjauan pembangunan hotel milik Rahadi Group," jawab Almeer cepat.

Riana menganggukkan kepala, dia membuka laci mejanya, untuk mengambil kunci mobil.

"Kemari, Al" panggil Riana.

"Iya, Nyonya." Secepat kilat Almeer beranjak dari kursi kerjanya, dan kini dia sudah berdiri di samping meja Riana.

"Siapkan mobil, kita berangkat sekarang," perintah Riana sambil mengulurkan kunci mobilnya kepada Almeer.

"Mobilnya ada di mana, Nyonya?" tanya Almeer yang langsung mendapat tatapan tak suka dari Riana.

"Tentu saja di parkiran, Al. Mana mungkin di kebun binatang!" keluh Riana.

"Iya maksudku ada di sebelah mana, Nyonya?"

Peertanyaan yang tidak penting, tapi asal kalian tahu, sebenarnya pertanyaan Almeer ini bertujuan agar Riana menemaninya ke basement untuk mengambil mobil.

Riana menghela napas berat. "Kau bisa tanya pada security yang berjaga di sana!"

"Baik, Nyonya. Anda ingin ikut ke basement atau menunggu di lobi?" tanya Almeer penuh harap, karena trik pertamanya sudah gagal.

"Aku tunggu di lobi," jawab Riana singkat.

Almeer mengangguk pasrah lalu mohon diri untuk segera pergi basement.

"Sebentar, Al!" panggil Riana.

"Iya, Nyonya." Almeer memutar langkah dan kembali menghadap Riana.

"Ini adalah hari pertama kau bekerja sebagai asistenku. Seperti yang aku sampaikan saat interview kemarin, aku meninginkan asisten yang kompeten dan cepat tanggap. Jadi kau harus betul-betul memperhatikan semua kebutuhanku tanpa terlalu banyak bertanya, jika masih ingin bekerja sebagai asistenku tentu saja," cetus Riana dengan ekspresi dinginnya.

'Sialan wanita ini! Bisa-bisanya dia menilai aku tidak kompeten, hanya karena pertanyaan tadi.' Almeer hanya berani mengumpat dalam hati.

Padahal tadi Almeer sengaja bertanya sesuatu yang dianggap Riana tidak berbobot, hanya demi memulai percakapan yang lebih cair dengan CEOnya itu.

"Baik, Nyonya. Untuk kedepannya saya akan lebih memperhatikan," sahut Almeer.

"Kalau begitu saja pamit, Nyonya. Saya akan menyiapkan mobil untuk keberangkatan Anda," pamit Almeer sebelum berlalu dari ruangan Riana.

Almeer memasuki Lift dia menekan angka dengan tujuan basement.

"Sial, ternyata pekerjaan menjadi aspri itu sangat menyebalkan," gerutu Almeer kesal, telinganya begitu panas saat mendengar aturan sekaligus perintah dari Riana tadi.

***

Suasana hening kembali menghiasi perjalanan mereka, Almeer berusaha mencuri-curi pandang ke arah Riana yang duduk di kursi belakang, melalui kaca yang ada di atas kepalanya.

"Nyonya, saya baru hari satu bekerja sebagai asisten Anda, tapi saya sudah kagum dengan cara Nyonya memimpin persusahaan," ujar Almeer berusaha memecah keheningan di antara mereka.

"Apa alasan dari kesimpulanmu itu?" tanya Riana. Seperti biasa, nada bicara yang keluar dari mulut Riana selalu terdengar datar dan dingin.

"Sangat jarang ada Ceo yang turun ke lapangan untuk mengecek proyeknya secara langsung. Biasanya pengecekan seperti ini hanya dilakukan oleh para bawahan saja, karena bagi mereka itu sudah cukup. Tapi Anda tidak melakukan itu Nyonya, Anda memilih terjun langsung untuk memantau perkembangan proyek," sahut Almeer.

"Dengan turun ke lapangan secara langsung, kita bisa melihat sendiri apakah proses konstruksinya sesuai dengan spesifikasi yang diarahkan atau tidak. Ini juga akan menambah kredibilitas perusahaan di mata klien. Dengan memberi klien kita kepuasan, mereka akan menaruh kepercayaan, untuk memberi kita tender-terder selanjutnya," jelas Riana.

Terbesit kekagumanan dalam hati Almeer pada diri Riana. Wanita ini sangat berbeda dengan wanita yang dikenal Almeer Sebelumnya. Alih-alih menemukan wanita seperti Riana yang tidak ingin tergantung pada suami. Wanita yang selama ini mendekatinya hanyalah mereka yang ingin menjadi ratu dalam sekejap, dan bisa berleha-leha menikmati uang pemberian suami.

"Apa Nyonya sudah sering mendapat tender dari Rahadi group?" tanya Almeer. Selama ini Almeer memang tidak tahu perusahaan mana saja yang memenangkan tendernya, apalagi proyek pembagunan hotel seperti ini hanyalah investasi tambahan bagi Rahadi group.

"Tidak, Ini proyek pertamaku dengan mereka. Jika aku bisa meyelesaikan proyek ini dengan hasil memuaskan, tentu saja peluang kerja sama berikutnya akan terbuka lebar," sahut Riana.

Bersambung.

Jangan lupa like vote dan komen.

Terpopuler

Comments

@shiha putri inayyah 3107

@shiha putri inayyah 3107

biar kamu merasa kan tidak enak rasa nya jd aspri yg selalu di perintah² sama bos...

2023-05-05

0

Jasmine

Jasmine

padahal akan bertemu langsung dgnmu almeer...pake jd aspri pula..

2022-06-26

0

Sela Arjuna

Sela Arjuna

lnjut lg

2022-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Menyamar
2 Sangat mendambakannya
3 Menjadi Aspri Itu Menyebalkan
4 Perusak Suasana
5 Gadis Ceria vs Pria Dingin
6 Hamil?
7 Sungguh Menyakitkan
8 Cerai!!
9 Terseret Masalah
10 Mengkhawatirkan Riana.
11 Bertemu Riana
12 Apakah Itu Anakku?
13 Jangan Ikut Campur
14 Perhatian Seorang Pria
15 Demi Masa Depan
16 Mana Mungkin!
17 Perjodohan
18 Bukan Seperti Dalam Novel
19 Keterangan dari Kurnia
20 Menikahlah Denganku!
21 Jangan Buru-buru!
22 Pertemuan dengan Aeyza
23 Calon Istri
24 Percayalah, Aku Bersungguh-sungguh
25 Tidak Perlu Khawatir
26 Perdebatan
27 Melamar Riana
28 Kita Harus Apa?
29 Kami Tidak Butuh
30 Merasa Kehilangan
31 Rasa yang Tak Menentu
32 Kamu Layak Diperjuangkan!
33 Berjuang Bersamaku
34 Rencana Licik Nyonya Agnes
35 Ayo, Lakukan Semuanya!
36 Kedatangan Penggangu
37 Memohon Bantuan
38 Malang
39 Berusaha Tegar
40 Kita Mulai Bersama
41 Aset Tak Terduga
42 Rencana Pembalasan
43 Mempersiapkan Pernikahan.
44 Jangan Macam-macam Denganku!
45 Pernikahan Itu Tidak Boleh Terjadi
46 Mencari Bantuan
47 Akhirnya Direstui
48 Malam Pertama
49 Belum Saatnya
50 Tunggu Tanggal Mainnya
51 Cemburu
52 Apa Sudah Boleh?
53 Jeritan Memabukkan
54 Ayo Ulangi!
55 Riana Menghilang
56 Sedikit Lega
57 Jangan Kasihani Musuhmu!
58 Lamaran Pria Sinting
59 Jangan Hina Istriku!
60 Sikap Aneh Riana
61 Selamanya Tak Ingin Pisah
62 Tidak Pernah Puas
63 Healing
64 Lamaran Diterima!
65 Menerima Nasib.
66 Hadiah Untuk Riana
67 Masa Kehamilan Riana
68 Alexi Alviano Rahadi
69 Akhir Yang Bahagia
70 Bonchap: Desakan Menikah
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Menyamar
2
Sangat mendambakannya
3
Menjadi Aspri Itu Menyebalkan
4
Perusak Suasana
5
Gadis Ceria vs Pria Dingin
6
Hamil?
7
Sungguh Menyakitkan
8
Cerai!!
9
Terseret Masalah
10
Mengkhawatirkan Riana.
11
Bertemu Riana
12
Apakah Itu Anakku?
13
Jangan Ikut Campur
14
Perhatian Seorang Pria
15
Demi Masa Depan
16
Mana Mungkin!
17
Perjodohan
18
Bukan Seperti Dalam Novel
19
Keterangan dari Kurnia
20
Menikahlah Denganku!
21
Jangan Buru-buru!
22
Pertemuan dengan Aeyza
23
Calon Istri
24
Percayalah, Aku Bersungguh-sungguh
25
Tidak Perlu Khawatir
26
Perdebatan
27
Melamar Riana
28
Kita Harus Apa?
29
Kami Tidak Butuh
30
Merasa Kehilangan
31
Rasa yang Tak Menentu
32
Kamu Layak Diperjuangkan!
33
Berjuang Bersamaku
34
Rencana Licik Nyonya Agnes
35
Ayo, Lakukan Semuanya!
36
Kedatangan Penggangu
37
Memohon Bantuan
38
Malang
39
Berusaha Tegar
40
Kita Mulai Bersama
41
Aset Tak Terduga
42
Rencana Pembalasan
43
Mempersiapkan Pernikahan.
44
Jangan Macam-macam Denganku!
45
Pernikahan Itu Tidak Boleh Terjadi
46
Mencari Bantuan
47
Akhirnya Direstui
48
Malam Pertama
49
Belum Saatnya
50
Tunggu Tanggal Mainnya
51
Cemburu
52
Apa Sudah Boleh?
53
Jeritan Memabukkan
54
Ayo Ulangi!
55
Riana Menghilang
56
Sedikit Lega
57
Jangan Kasihani Musuhmu!
58
Lamaran Pria Sinting
59
Jangan Hina Istriku!
60
Sikap Aneh Riana
61
Selamanya Tak Ingin Pisah
62
Tidak Pernah Puas
63
Healing
64
Lamaran Diterima!
65
Menerima Nasib.
66
Hadiah Untuk Riana
67
Masa Kehamilan Riana
68
Alexi Alviano Rahadi
69
Akhir Yang Bahagia
70
Bonchap: Desakan Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!