Sementara itu Almeer sedang mengatur jadwal pertemuan Riana dengan salah satu clientnya. Saat ini Almeer mulai bingung, apakah dia harus mengatur ulang jadwal tersebut? Sedangkan bossnya itu belum juga menampakkan batang hidungnya sampai saat ini.
Tadi pagi Riana memang sempat mengatakan bahwa dia akan terlambat datang ke kantor, karena tidak enak badan. Dan Riana juga memerintahkan Almeer untuk menyiapkan semua kebutuhannya hari ini, rencananya Riana akan tetap masuk kerja setelah melakukan check up ke rumah sakit.
Namun, hingga menjelang jam makan siang, Riana tak kunjung datang. Almeer pun mencoba untuk menghubungi Riana, tapi tidak bisa terhubung.
"Ke mana perginya tante-tante jutek itu?" Almmer mengerang kesal sembari mengembalikan ponselnya ke dalam saku celana.
Almeer melangkah keluar ruang kerjanya, untuk menemui sekretaris Riana.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Mila lembut.
Selama ini dia memang sering mencuri-curi pandang kepada Almeer, dan menyimpan kekaguman pada asisten sang boss itu.
"Apa kau memiliki nomor nyonya Riana yang lain? Nomor yang biasanya tidak bisa dihubungi!" Almeer mendesah frustasi.
"Tidak ada, Pak. Hanya itu nomor nyonya, dan biasanya selalu aktif," jawab Mila.
"Ya, Tuhan. Padahal aku sudah mengatur jadwal pertemuan dengan client setelah makan siang ini," gumam Almeer.
Mila mengerti apa yang saat ini ada di pikiran Almeer, dia pun menyarankan Almeer melakukan re-schedule pada pertemuan tersebut. "Bapak atur ulang saja jadwalnya, mungkin nyonya memang sedang sakit."
Membayangkan Riana sakit memuat Almeer khawatir. Meskipun selama tiga bulan ini dia tidak berhasil mendekati Riana, tapi niat awalnya tidak pernah berubah. Dia malah semakin kagum dengan sosok Riana, yang tidak mudah didekati.
"Baiklah aku akan mengatur ulang jadwalnya!"
Almeer kembali ke ruang kerjanya, untuk menghubungi client Riana. Dia memberikan alasan sebaik mungkin agar client itu tidak kecewa, dan menganggap Riana tidak profesional.
Baru saja Almeer menutup telpon, pintu ruang kerjanya tiba-tiba terbuka. Seorang pria paruh baya datang ditemani oleh Mila.
"Apa kau asistennya Riana?"
"Iya, Tuan, saya ...." Almeer berdiri lalu membungkuk hormat, dia tahu pria tersebut adalah Tuan Tashlim suami Riana.
"Sekarang kau kumpulkan semua karyawan di ruang meeting. Saya sudah meneliti berkasmu selama bekerja di sini, jadi saya memutuskan untuk mempromosikamu untuk mengantikan posisi Riana," ujar Tashlim.
"Nyonya Riana tidak bekerja lagi? Apa terjadi sesuatu padanya?" tanya Almeer khawatir. Bahkan dia peduli jika sikap pedulinya itu dia tunjukkan di depan Tashlim, yang notabene adalah suami Riana.
"Ya, dia tidak bekerja di sini lagi, dan tidak akan pernah lagi menginjakkan kakinya di sini," jawab Tashlim dengan nada yang tidak bersahabat.
Almeer mengernyitkan dahi, dia mencoba mencari jawaban dari kebingungannya di wajah Tashlim.
"Mengapa kau masih diam di situ? Cepat perintahkan seluruh karyawan berkumpul di ruang meeting!" perintah Tashlim, tapi Almeer tetap berdiri mematung.
"Saya akan mengumumkanmu sebagai direktur sementara, kau bisa memepertahan jabatanmu jika mampu melanjutkan kinerja baikmu!" imbuh Tashlim lagi.
"Aku mengundurkan diri!" sahut Almeer yang membuat Tashlim dan Mila terbelalak, apalagi bahasa yang keluar dari mulut Almeer bukan lagi saya dan anda.
Tashlim menatap bingung ke arah Almeer, setiap orang pasti akan senang saat mendapat promosi jabatan, karena gaji dan tunjangan yang akan dia terima pasti turut naik, ditambah lagi beberapa fasilitas khusus yang akan didapatkan sebagai pemimpin perusahaan.
Tapi mengapa pria ini malah ingin mengundurkan diri?
"Aku Resign hari ini juga!" tegas Almeer sembari meraih tasnya, lalu segera melangkah keluar dari balik meja kerjanya.
"Hey, apa pikir kau bisa resign begitu saja? Aku akan menuntutmu berdasarkan kontrak kerja yang sudah kau tanda-tangani!" teriak Tashlim berang.
Almeer melangkah lurus, dia tidak peduli ancaman Tashlim, yang dia pedulikan saat ini adalah Riana yang tidak tahu kabarnya.
Lagi pula ke mana Tashlim akan mencari untuk menuntutnya, karena resume yang dia gunakan untuk melamar di perusahaan ini semuanya palsu.
Melihat Almeer pergi begitu saja, Mila mencoba untuk mengejar Almeer. "Pak Aldi, tunggu!" panggilnya.
Dengan napas tersengal Mila berhasil mensejajarkan langkah dengan Almeer.
"Mengapa Anda menolak tawaran Tuan Taslhim?" tanya Mila bingung.
Almeer terdiam, tentu saja dia tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya kepada Mila.
"Bukan urusanmu!" bentak Almeer dingin.
Mila terdiam, merasa sakit dengan bentakan itu. Tapi dia cukup sadar diri mengingat selama ini Almeer memang tidak pernah meliriknya.
Almeer melajukan mobilnya meninggalkan R.D corp, dia ingin segera mencari tahu kabar tentang Riana. Dari gelagat Tashlim dan menghilangnya Riana, Almeer tahu ada hal buruk yang sedang terjadi, dan dia tidak ingin Riana melewati fase terendahnya seorang diri, dia sudah jatuh cinta kepada wanita yang berusia sepuluh tahun di atasnya itu.
Almeer tiba di kantor Rahadi Group, dia turun dari mobil lalu melemparkan kunci mobil yang ia kendarai kepada security.
"Antar mobil milik R.D corp itu ke kantornya!" perintah Almeer.
Security yang diperintah Almeer hanya terdiam mematung. Sedangkan Almeer yang tengah mencemaskan Riana buru-buru masuk ke dalam kantornya.
Tepat saat Almeer ingin menggunakan lift khusus presdir, tiba-tiba seorang resepsionis langsung menghalanginya.
"Tuan Anda tidak diperbolehkan menggunakan lift ini. Ini lift khusus untuk presdir Rahadi Group," cegah resepsionis tersebut.
Almeer yang sedang buru-buru menjadi semakin kesal, dia menajamkan tatapannya kepada resepsionis tersebut.
"Iya, aku tahu. Sana minggir!" bentak Almeer.
Resepsionis itu tidak bergeming, dia tetap menghalangi Almeer. "Maaf Tuan, jangan membuat keributan di sini. Silahkan pergi sebelum saya memanggil security, saya ingatkan Anda, Tuan. Anda bisa mendapat masalah besar jika berani membuat ulah di kantor Rahadi Group ini!"
Almeer berdecak kesal, dia ingin membanting resepsionis itu karena emosinya yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubun.
Tapi saat dia ingin menyambar resepsionis itu. Almeer tiba-tiba teringat, bahwa saat ini dia sedang berada dalam mode Aldi Bagaskara, asisten cupunya Riana. Bukan Almeer Rahadi pemilik perusahaan ini.
'Pantas saja security tadi tidak menyahut perintahku." Almeer mengerang dalam hati.
Almeer melepas wig, tompel, berikut kacamata tebalnya, lalu melemparkannya kepada resepsionis tersebut.
"Sana ... bakar semua itu!" Almeer juga melepas jas murahan yang ia kenakan.
Seketika itu juga resepsionis itu menunduk dengan tubuh gemetar ketakutan, karena baru sadar siapa yang sudah dia hadang.
"Maafkan saya, Tuan Muda. Saya tidak tahu jika ini Anda, saya hanya menjalankan aturan perusahaan kita," mohon resepsionis tersebut.
Sebenarnya resepsionis itu tidak salah, karena dia memang tidak mengenali Almeer. Tapi dia harus ingat pasal satu bahwa boss selalu benar, dan anak buah selalu salah. Pasal kedua, jika boss melakukan kesalahan, maka kembali ke pasal satu.
"Sudahlah!" Almeer mengibaskan tangan. "Sana bawa semua barang-barang itu. Dan sampaikan kepada security di depan sana untuk mengantarkan mobil sesuai perintahku tadi!"
"Baik, Tuan." Resepsionis itu langsung pamit, lagi pula dia tidak perlu berlama-lama berhadapan dengan Almeer.
Almeer segera masuk ke dalam lift, dia tidak punya waktu untuk memarahi karyawan itu.
Yang ada di pikiran Almeer saat ini hanya satu, yaitu bagaimana agar dia mendapatkan kabar tentang Riana secepatnya.
Dia benar-benar khawatir!
Bersambung.
Terus berikan dukungan untuk karya ini, ya.
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Jasmine
sewa detektif...
gmn mau dpt tak ada inisiatif
2022-06-27
0
Siswati Endang
woiii tuan Almeer sadarlah kamu masih dalam mode penyamaran 😁😁😁
2022-06-11
0
Romita Sinaga
ayo al..buruan...ntar riana keburu lahiran....,,.👏
2022-04-26
0