Pagi harinya Almeer berangkat ke kantor, wajahnya tampak tidak bersemangat. Karena terpaksa berjauhan dengan Riana selama seminggu kedepan.
"Kak Al. Kau sudah datang!" Seorang gadis menghampiri Almeer sambil tersenyum manja.
Almeer mengeryitkan dahi sambil menatap datar kepada gadis bernama Fenny, yang tak lain adalah putri Tuan Danesh itu.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Almeer dingin.
"Karena satu dan lain hal. Daddyku berhalangan untuk pergi melakukan peninjauan proyek bersamamu, jadi daddy memintaku untuk mengantikannya," jawab Fenny menyeringai, menampilkan barisan giginya yang berbehel.
Almeer menghela napas berat, sejak awal dia sudah menebak ada yang tidak beres, karena Tuan Danesh sangat memaksa harus dia yang turun langsung. Dan ternyata tebakannya itu terbukti, semua ini hanyalah akal-akalan Fenny untuk bisa pergi bersamanya.
"Tunggu sebentar, ada berkas yang harus kuambil di ruanganku," ujar Almeer, lalu mengayunkan langkahnya tanpa memberi waktu bagi Fenny untuk menyahut.
"Kak Al, biar aku temani!"
Fenny mencoba mengejar Almeer yang akan masuk ke dalan lift. Almeer menghela napas jengah, lalu berbalik badan.
"Tunggu di sini saja, kataku!" Almeer benar-benar tidak suka dengan cara Fenny yang menurutnya terlalu agresif.
Sejak awal mereka bertemu di salah satu event bisnis, Fenny terus-terusan berusaha mengintilinya, kelakuannya ini membuat Almeer tidak nyaman dan selalu menjaga jarak.
Dia tidak suka gadis pemaksa, dan manja seperti Fenny.
Berbeda dengan Riana. Wanita itu sangat dewasa dan mandiri, yang membuat Almeer jatuh semakin dalam mengaguminya.
Sementara itu Fenny yang ditinggalkan Almeer, memberengut sambil menggerutu kesal.
'Sombong sekali, memangnya aku kurang cantik apa?' rutuknya.
Dia menghentakkan kaki lalu kembali ke kursi yang ada loby, sambil menghunuskan tatapan jengkel kepada karyawan Almeer yang menatap geli padanya.
***
Dalam perjalanan menuju kota tujuan, Fenny hanya bisa memberungut kesal, karena Almeer terus mendiamkannya, padahal sejak tadi dia selalu berusaha mencari topik pembicaraan.
Perjalanan ini terasa menjenuhkan bagi Almeer, karena tidak bisa diakses dengan transportasi udara, sehingga memakan waktu sekitar 6-jam, untuk sampai ke tujuan.
"Kak Al, kita cari restoran dulu, aku lapar!" rengek Fenny.
Almeer mendengkus pelan, meski begitu dia terpaksa menuruti kehendak Fenny, daripada gadis manja itu sakit dan akan membuatnya semakin repot saja.
"Pak, kita cari rumah makan dulu, ya," perintah Almeer pada supirnya.
"Baik, Tuan."
Fenny tersenyum senang karena keinginannya dituruti Almeer. Dan tak lama kemudian mobil mereka pun singgah di sebuah rumah makan, yang menyediakan pendopo-pendopo kecil, sangat cocok bagi orang yang sedang dalam perjalanan jauh, untuk beristirahat sambil menikmati hidangannya.
"Kak, kita di sana saja, ya!" tunjuk Fenny ke arah pendopo yang terletak paling sudut.
Almeer hanya mengangguk, tetap dengan wajah datarnya.
"Kalian cari pendopo lain saja!" perintah Fenny kepada sekretaris dan juga supirnya.
Almeer menggelengkan kepala, sikap semena-mena gadis ini membuatnya sangat frustasi. Ini baru hari pertama, mungkin dia akan kehilangan kewarasan, karena harus menuruti semua keinginan Fenny selama seminggu kedepan.
Belum juga satu menit duduk di pendopo itu, Almeer harus kembali mendengar rengekan Fenny. "Kak Al, kepalaku pusing. Tolong olesi minyak angin."
'Menyebalkan, apa dia pikir aku baby sitter,' erang Almeer geram. Tapi saat ini dia hanya bisa memendam kekesalannya, dan berharap semua ini cepat berakhir.
Bagaimanapun gadis manja itu sekarang sedang menjadi tanggung-Jawabnya, jadi Almeer tidak punya pilihan lain, selain menurutinya. Dia tidak ingin Fenny mengadu yang tidak-tidak pada Tuan Danesh, yang bisa membuat Almeer mendapat teguran keras dari orang-tuanya nanti.
Setibanya di kota tujuan, mereka langsung menuju hotel yang akan dijadikan tempat menginap. Setelah mendapatkan kunci kamarnya, Almeer bergegas pergi meninggalkan loby untuk beristirahat.
"Kak Al, tunggu!" panggil Fenny.
"Apa lagi?" Almeer menekan suara beratnya agar tidak terdengar membentak.
"Nanti sore temani aku jalan-jalan, ya," jawab Fenny menyeringai.
"Astaga, Fenny. Aku sangat lelah, lagi pula tujuan kita ke sini adalah untuk meninjau proyek," tolak Almeer dengan nada frustasi.
"Ya sudah, kau istirahat saja malam ini. Tapi besok malam kau harus menemaniku jalan-jalan," pinta Fenny memaksa.
Almeer mengabaikan permintaan gadis itu, lalu berbalik badan, kemudian mengayunkan langkah dengan cepat menuju kamarnya.
Setelah tiba kamar dan menata barang-barangnya, Almeer segera menuju kamar mandi. Bediri di bawah shower, membiarkan cucuran air itu menghanyutkan rasa jengkel di hatinya, karena harus menuruti permintaan ini dan itu dari Fenny.
Kini setelah selesai mandi, Almeer duduk bersandar di headboard ranjangnya. Dengan tangan yang mulai mengutak-atik ponsel untuk menghubungi Dino.
"Bagaimana kabarmu hari ini, Al?" Dino langsung bertanya setelah mereka tersambung.
"Menyebalkan! Kau tahu? Ternyata semua ini hanya akal-akalan Fenny, seharian aku harus menuruti berbagai rengeken konyolnya itu," umpat Almeer.
Almeer sangat kesal karena gadis itu terus memanfaatkan situasi, bahkan di perjalanan tadi gadis itu sengaja tidur dengan bersandar di bahunya, semua itu mebuat Almeer sangat risih. Karena dia tidak menyukai gadis manja dan pemaksa seperti Fenny.
"Bagaimana kabar Riana?" tanya Almeer, inilah tujuan utamanya menghubungi Dino.
"Di rumahnya, dia aman. Bahkan dia tidak keluar rumah hari ini," jawab Dino.
Almeer memutuskan sambungan telponnya, sekedar kabar baik tentang Riana saja sudah cukup membuatnya tersenyum senang.
Rasanya dia sudah tidak sabar agar waktu cepat berputar, dan hari-hari menyebalkan yang akan dia lewati bersama Fenny cepat berlalu, agar bisa kembali ke Jakarta secepat mungkin untuk bertemu Riana.
'Sedang apa ya dia sekarang? Apa dia juga memikirkanku?' gumam Almeer.
Dia tertawa kecil saat mengingat Riana yang acuh dan dingin itu, bisa sangat berbeda saat di tempat tidur. Atau mungkin kehangatan Riana hanya karena dia sedang dalam pengaruh minuman? Entahlah.
Tapi yang jelas sikap Riana yang acuh itu membuat Almeer semakin tertantang. Berawal dari rasa penasarannya karena Riana adalah seorang istri orang tapi masih gadis, hingga sampai jatuh mengagumi Riana yang begitu mandiri.
Kini Almeer sudah merelakan hatinya untuk terikat pada wanita yang lebih dewasa darinya itu.
Ralat, dialah yang akan mengikat Riana, apalagi jika wanita itu benar-benar tengah mengandung anaknya.
***
Ada yang mengatakan, jika seseorang memikirkan kita di alam bawah sadarnya, maka alam bawah sadar akan mempertemukan kita dengannya. Sehingga tanpa sadar kita akan ikut memikirkannya juga.
Entah pernyataan itu benar atau tidak, tapi itulah yang saat ini Riana rasakan. Bahkan saat ini dia sedang tersenyum sendiri mengingat sikap Almeer yang terlihat begitu protektif padanya.
"Tante melamun, ya!" tegur Kurnia yang melihat Riana tersenyum sendiri. "Tante lagi mikirin apa?" desaknya.
Riana terkesiap. "Nggak ada, tante hanya sedang membayangkan bagaimana kehidupan tante nanti setelah menjadi soorang ibu," bohongnya.
Mana mungkin Riana akan mengatakan jujur, bahwa saat ini dia sedang memikirkan Almeer. Mau ditaruh di mana mukanya, jika ada yang tahu dia sedang memikirkan berondong?
'Nggak, nggak mungkin! Megapa angan-anganku sekonyol ini?' Riana merutuki diri sendiri.
Buru-buru dia membuang jauh-jauh pikiran tentang Almeer. Lagi pula mana mungkin pria muda dan kaya raya seperti Almeer menyukai wanita dewasa sepertinya, pikir Riana.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sri Puryani
kenapa dino gk deketin nia utk tanya tentang riana
2024-12-20
0
Geneviève
nama gw Fenni pake i bukan pake Y, dan juga kata orang kayak es batu, gak mungkin manja2an gitu. liat Fenny ini jadi geli anjay
2022-11-03
0
Jasmine
akhirnya ada rasa dihati riana...
al gercep donk cari tau ttg riana
2022-06-28
0