Jangan Ikut Campur

Riana perlahan mengerjapkan matanya, lalu sorot mata itu mulai memindai ruangan tempatnya berada, dia tahu ini bukan di rumah Kurnia, karena ruangan tempat ia berada saat ini tak ubahnya sebuah kamar presidential suite di hotel bintang lima.

Hanya saja brankar pasien, berikut selang infus yang tertanam di tangannya membuat Riana tersadar bahwa ini bukanlah kamar hotel, melainkan ruang perawatan di sebuah rumah sakit.

Melihat Riana sudah siuman, Kurnia pun tersenyum senang.

"Sukurlah Tante sudah siuman ...," ujar Kurnia penuh suka sembari mengenggam lembut tangan Riana.

"Mengapa kamu membawa tante ke sini, Nia? Pasti biaya pengobatan di sini sangat mahal," lirih Riana khawatir, karena sadar kondisi keuangannya saat ini tidak memungkinkan untuk menjalani pebgobatan di tempat seperti ini.

"Tante, tenang saja. Kata dokter, Tante nggak boleh banyak beban pikiran, karena nanti bisa berakibat fatal pada janin yang sedang Tante kandung. Pokoknya Tante sekarang banyak-banyak istirahat, jangan mikirin biaya pengoban," ujar Kurnia sambil tersenyum menenangkan tantenya.

"Bagaimana tante bisa tenang, Nia. Tante nggak mau semakin membebani kamu, apalagi saat ini usaha kamu juga sedang terancam," lirih Riana sambil menatap penuh keponakannya.

"Tante nggak usah khawatir, bukan aku yang menanggung semua biaya ini, tapi ...." Kurnia tidak bisa melanjutkan perkataannya karena tidak mengingat nama Almeer.

Kemudian Kurnia meraih tasnya untuk mencari kartu nama, yang tadi sempat diberikan Almeer.

"Namanya Almeer Rahadi." Kurnia membaca nama yang tertera di kartu nama tersebut. "Dia sudah membayar semua biaya adminiatrasinya, tadi dia juga yang membawa Tante ke sini," imbuh Kurnia.

"Tuan Almeer?" gumam Riana pelan.

Kurnia mengangguk. "Ya, mereka tadi ada di rumah saat kejadian. Memangnya apa yang mereka lakukan pada Tante? Apa mereka yang membuat Tante sampai pendarahan?"

"Bukan, Nia. Tante juga tidak tahu mengapa bisa seperti ini. Yang tante ingat tadi itu sempat kram di perut, setelah itu tente udah nggak ingat apa-apa lagi," jawab Riana sambil menggelengkan kepala.

Tok ... Tok!

"Boleh saya masuk?" terdengar suara dari luar ruangan.

"Sebentar ya, Tante. Aku bukain pintu dulu." Kurnia beranjak dari tempat duduknya, melangkah menuju pintu ruang rawat.

Kurnia mengkerutkan dahi, saat membuka pintu dia melihat Almeer dalam model Aldi si asisten Riana yang berdiri di sana.

"Anda siapa?" tanya Kurnia.

"Saya asistennya Nyonya Riana. Apa saya boleh masuk untuk menjenguknya?"

"Iya, silakan." Kurnia memberi jalan masuk untuk Almeer.

Almeer mengulas senyum saat melihat Riana yang sudah sadar, lalu meletakkan parcel buah yang dibawa di samping brankar.

"Selamat malam, Nyonya. Bagaimana keadaanmu?" sapa Almeer.

"Aku sudah baikan. Bagaimana kau bisa tahu aku ada di rumah sakit?"

"Tadi Tuan Tashlim datang ke kantor. Dia mengatakan bahwa Nyonya tidak lagi bekerja. Lalu saya mendapat kabar dari seorang teman, bahwa Nyonya sedang berada di rumah sakit," jawab Almeer.

"Oh, begitu. Terimakasih kau sudah datang menjengukku, padahal saat ini aku bukan lagi atasanmu."

"Sama-sama, Nyonya. Mungkin sebentar lagi akan lebih dari sekedar atasan." Almeer tersenyum santai.

Riana mengkerutkan dahi. "Apa maksudmu?"

"Tidak ada, Nyonya. Ah, iya, saya juga ingin mengucapkan selamat atas kehamilan Anda," tutur Almeer.

"Kau juga tahu aku sedang hamil?"

Almeer mengangguk. "Tadi petugas rumah sakit yang memberitahunya, saat saya menanyakan ruangan tempatmu dirawat."

"Ya, aku senang akan menjadi seorang ibu. Tak sayangnya calon anakku hadir di saat yang tidak tepat," lirih Riana membayangkan anaknya yang akan lahir tanpa hadirnya sosok ayah.

"Mengapa Anda berpikir seperti itu Nyonya? Apa Tuan Tashlim tidak mengharapkan kehadiran anak yang sedang Anda kandung?" pancing Almeer.

Riana hanya mengangguk pelan, bagaimana Tashlim akan menerima anak itu? Sedangkan itu bukan anaknya.

"Mengapa bisa seperti itu? Apa itu bukan anaknya?" cecar Almeer.

Riana melotot tajam, baginya pertanyaan Almeer terlalu lancang. Sementara hubungan mereka tidak terlalu dekat, dan selama ini mereka hanya berhubungan sebagai boss dan atasan saja.

"Pergilah, Al. Sepertinya kau terlalu mencampuri urusan orang!" usir Riana.

Almeer mendelik, dia tidak menyangka pertanyaannya barusan akan membuat Riana tersingggung. "Maaf, Nyonya. Saya bukan bermaksud untuk mencampuri urusan Anda, tadi itu hanya bentuk empati saya sebagai seorang asisten."

Riana tersenyum hambar. "Lagi pula kau bukan lagi asistenku lagi, bukan? Jadi kau tidak perlu tahu apa pun tentangku!"

Almeer menghela napasnya, dia menyesal karena bertanya terlalu frontal tentang anak yang dikandung Riana.

"Saat tahu Anda tidak lagi memimpin R.D Corp, saya juga langsung resign, Nyonya. Percayalah, saya tidak bermaksud apa-apa, saya hanya peduli kepada Anda," terang Almeer.

Riana mengkerutkan dahi, mengapa juga asistennya itu mengundurkan diri? Jelas-jelas saat ini tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Meski terharu karena asisitennya begitu setia, tapi Riana tidak mau terlalu terbawa perasaan. Apalagi sampai menceritakan masalah pribadinya, karena bagi Riana hubungan antara dia dan asistennya tetap sebatas hubungan pekerjaan.

"Pergilah, Al. Aku ingin beristirahat!" usir Riana lagi, tapi kali ini nadanya tidak seketus tadi.

Almeer menghela napas berat, rasanya dia belum tenang karena tidak berhasil mengorek informasi dari Riana. Tapi teringat pesan dokter agar tidak membuat Riana tertekan Riana pikiran, membuat Almeer mengalah, tidak memaksakan kehendaknya.

"Baiklah, nyonya. Kalau begitu saya pamit," ujar Almeer yang hanya dibalas anggukan oleh Riana.

Almeer pun melangkah meninggalkan ruang rawat Riana, dengan raut wajah frustasi.

Bersambung.

Jangan lupa like vote dan komentarnya, ya.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Jasmine

Jasmine

klu mau tau menyamar jd cwe gmn mau curhat..apalagi ttg hubungan yg sensitif

2022-06-27

0

naviah

naviah

semangat thor💪

2022-05-27

0

N Wage

N Wage

almer mainnya kurang halus.sabar, dekati secara perlahan.jgn grasa grusu, yg ada malah rania curiga.ini aja dia sdh kesal krn almer yg dlm mode aldi begitu lancang menanyakan masalah hubungan rania taslim.

2022-05-22

0

lihat semua
Episodes
1 Menyamar
2 Sangat mendambakannya
3 Menjadi Aspri Itu Menyebalkan
4 Perusak Suasana
5 Gadis Ceria vs Pria Dingin
6 Hamil?
7 Sungguh Menyakitkan
8 Cerai!!
9 Terseret Masalah
10 Mengkhawatirkan Riana.
11 Bertemu Riana
12 Apakah Itu Anakku?
13 Jangan Ikut Campur
14 Perhatian Seorang Pria
15 Demi Masa Depan
16 Mana Mungkin!
17 Perjodohan
18 Bukan Seperti Dalam Novel
19 Keterangan dari Kurnia
20 Menikahlah Denganku!
21 Jangan Buru-buru!
22 Pertemuan dengan Aeyza
23 Calon Istri
24 Percayalah, Aku Bersungguh-sungguh
25 Tidak Perlu Khawatir
26 Perdebatan
27 Melamar Riana
28 Kita Harus Apa?
29 Kami Tidak Butuh
30 Merasa Kehilangan
31 Rasa yang Tak Menentu
32 Kamu Layak Diperjuangkan!
33 Berjuang Bersamaku
34 Rencana Licik Nyonya Agnes
35 Ayo, Lakukan Semuanya!
36 Kedatangan Penggangu
37 Memohon Bantuan
38 Malang
39 Berusaha Tegar
40 Kita Mulai Bersama
41 Aset Tak Terduga
42 Rencana Pembalasan
43 Mempersiapkan Pernikahan.
44 Jangan Macam-macam Denganku!
45 Pernikahan Itu Tidak Boleh Terjadi
46 Mencari Bantuan
47 Akhirnya Direstui
48 Malam Pertama
49 Belum Saatnya
50 Tunggu Tanggal Mainnya
51 Cemburu
52 Apa Sudah Boleh?
53 Jeritan Memabukkan
54 Ayo Ulangi!
55 Riana Menghilang
56 Sedikit Lega
57 Jangan Kasihani Musuhmu!
58 Lamaran Pria Sinting
59 Jangan Hina Istriku!
60 Sikap Aneh Riana
61 Selamanya Tak Ingin Pisah
62 Tidak Pernah Puas
63 Healing
64 Lamaran Diterima!
65 Menerima Nasib.
66 Hadiah Untuk Riana
67 Masa Kehamilan Riana
68 Alexi Alviano Rahadi
69 Akhir Yang Bahagia
70 Bonchap: Desakan Menikah
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Menyamar
2
Sangat mendambakannya
3
Menjadi Aspri Itu Menyebalkan
4
Perusak Suasana
5
Gadis Ceria vs Pria Dingin
6
Hamil?
7
Sungguh Menyakitkan
8
Cerai!!
9
Terseret Masalah
10
Mengkhawatirkan Riana.
11
Bertemu Riana
12
Apakah Itu Anakku?
13
Jangan Ikut Campur
14
Perhatian Seorang Pria
15
Demi Masa Depan
16
Mana Mungkin!
17
Perjodohan
18
Bukan Seperti Dalam Novel
19
Keterangan dari Kurnia
20
Menikahlah Denganku!
21
Jangan Buru-buru!
22
Pertemuan dengan Aeyza
23
Calon Istri
24
Percayalah, Aku Bersungguh-sungguh
25
Tidak Perlu Khawatir
26
Perdebatan
27
Melamar Riana
28
Kita Harus Apa?
29
Kami Tidak Butuh
30
Merasa Kehilangan
31
Rasa yang Tak Menentu
32
Kamu Layak Diperjuangkan!
33
Berjuang Bersamaku
34
Rencana Licik Nyonya Agnes
35
Ayo, Lakukan Semuanya!
36
Kedatangan Penggangu
37
Memohon Bantuan
38
Malang
39
Berusaha Tegar
40
Kita Mulai Bersama
41
Aset Tak Terduga
42
Rencana Pembalasan
43
Mempersiapkan Pernikahan.
44
Jangan Macam-macam Denganku!
45
Pernikahan Itu Tidak Boleh Terjadi
46
Mencari Bantuan
47
Akhirnya Direstui
48
Malam Pertama
49
Belum Saatnya
50
Tunggu Tanggal Mainnya
51
Cemburu
52
Apa Sudah Boleh?
53
Jeritan Memabukkan
54
Ayo Ulangi!
55
Riana Menghilang
56
Sedikit Lega
57
Jangan Kasihani Musuhmu!
58
Lamaran Pria Sinting
59
Jangan Hina Istriku!
60
Sikap Aneh Riana
61
Selamanya Tak Ingin Pisah
62
Tidak Pernah Puas
63
Healing
64
Lamaran Diterima!
65
Menerima Nasib.
66
Hadiah Untuk Riana
67
Masa Kehamilan Riana
68
Alexi Alviano Rahadi
69
Akhir Yang Bahagia
70
Bonchap: Desakan Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!