Kurnia segera membuka pintu rumahnya, lalu mempersilakan Riana untuk masuk.
"Tumben Tante datang ke sini. Ada apa?" tanya Nia sekembalinya dari dapur mengambilkan minuman untuk Riana.
"Tante lagi mau curhat aja, jadi tante temuin kamu," jawab Riana.
Riana menuang minuman yang diberikan Kurnia lalu meneguk setengahnya. Kurnia memang tempat berbagi paling nyaman bagi Riana, meskipun status mereka adalah tante dan keponakan, tapi kedekatan mereka cenderung seperti sahabat.
"Apa itu tentang hubungan Tante dengan om Tashlim?"
Riana mengangguk. "Berhubungan dengan rumah tangga tante, tapi ini bukan tentang mas Tashlim."
Kurnia menatap tanntenya penuh tanya, lalu mendekatkan posisi duduknya di sebelah Riana tanpa melepaskan pandangan, seolah memaksa Riana untuk bercerita lebih lanjut.
Riana menghela napasnya, lalu mulai menceritakan setiap kejadian yang dia alami di Bandung seminggu yang lalu.
Pada saat itu Riana sedang melakukan pertemuan dengan para kolega bisnisnya, untuk merayakan keberhasilan proyek mereka. Demi menghargai para koleganya, Riana pun menemani mereka minum bersama.
Dalam posisi kesadarannya yang menurun, membuat Riana salah masuk kamar. Bukan karena resepsionis salah memberikan acces card kamarnya, tapi Riana lah menempelkan acces cardnya ke kamar yang salah.
Riana masuk ke kamar itu bukan karena acces cardnya yang berfungsi, tapi karena pintu kamar itu memang tidak terkunci.
Sampai di dalam dia malah bertemu seorang pria yang langsung menyergapnya, Riana mendapati dirinya tidak mampu menolak sentuhan yang diberikan pria itu, bahkan dia seperti menginginkan lebih dan lebih. Sehingga terjadilah pengkhianatan atas rumah-tangga yang telah ia bangun selama 15-tahun.
"Jadi sekarang Tante khawatir om Tashlim akan marah saat mengetahui Tante sudah tidak perawan?" cecar Kurnia.
"Bukan itu, Nia. Mas Taslim tidak pernah mengetahuinya. Toh, selama 15-tahun pernikahan kami, mas Tashlim tidak berhasil melakukan tugasnya sebagai seorang suami. Tapi masalahnya ada pada ...."
"Tante terus kepikiran dengan pria itu, Tante menginginkan sentuhan yang tidak pernah Tante dapatkan selama pernikahan Tante. Itu normal, untuk seorang wanita normal," potong Kurnia seolah dapat menebak sumber keresahan yang dialami tantenya.
Riana menganggukkan kepala. "Ya, sejak malam tante selalu memikirkan hal-hal erotis. Seperti ada sesuatu yang bergelora di dalam diri ini, bahkan akhir-akhir ini Tante selalu mengajak mas Tashlim untuk melakukannya tapi hasil tetap gagal."
Kurnia mendesahkan napasnya. "Itu normal Tante, mengingat umur Tante sekarang, Tante tidak bisa terus-terusan mengelabuhi hormon di dalam diri Tante, yang mendambakan kebutuhan biologisnya."
"Iya, tante tahu. Tapi status tante adalah wanita bersuami, Nia. Hati nurani tante menyesali kesalahan malam itu, tapi di sisi lain tante tidak bisa membohongi diri sendiri," desah Riana yang pikirannya selalu tidak menentu akhir-akhir ini.
Kurnia pun terdiam sambil menopang dagunya, sebenarnya hal seperti ini masih terlalu Dini untuk ia bahas. Mengingat dia adalah seorang gadis yang masih berstatus sebagai mahasiswi, tapi demi tantenya dia pun ikut berpikir keras mencarikan solusi untuk tantenya.
Sampai pada akhirnya jalan yang dipilih adalah Riana harus bisa menahan dirinya, mengesampingkan kebutuhannya sebagai seorang wanita. Ini adalah jalan satu-satunya yang harus dia lakukan, demi menjaga kehormatannya sebagai seorang istri, juga mempertahankan rumah tangganya.
Sekuat tenaga Riana menahan segala hasrat yang menuntut di dalam dirinya, dia harus menahan diri meski matanya terkadang masih mancuri-curi pandang, membayangkan tubuh berotot yang tersembunyi di balik kemeja Aldi asisten pribadinya.
Tentu saja semakin hari Riana semakin merasakan ada magnet kuat yang tersembunyi di dalam diri asistennya itu, yang seakan terus memaksa agar Riana menyerah pada pendiriannya. Tapi dengan demi menjaga rumah-tangganya, Riana selalu berhasil mengusir pikiran salah yang berkecamuk di kepalanya.
Sementara itu di posisi Almeer, dia sudah hampir kehabisan akal untuk menambahkan kedekatannya dengan Riana. Mereka memang dekat, tapi itu hanya sebatas hubungan antara boss dan asisten.
Hampir selama 3-bulan ini Almeer menjadi asisten pribadi Riana, tapi dia tetap tidak berhasil mengorek kehidupan pribadi Riana. Semua kesombongan Almeer saat akan menyamar menjadi asisten Riana, sama sekali tidak dapat ia buktikan.
***
Pagi ini Riana terbangun dari tidurnya, dia ingin melakukan aktivitas seperti biasa. tapi tubuhnya seperti tidak bisa diajak kompromi, dia merasakan mual dan sakit kepala yang teramat, entah apa sebabnya dia tidak tahu.
Dengan langkah lemah Riana berjalan menuju kamar mandi, setibanya di sana dia langsung memuntahkan seluruh isi perutnya. Apa yang terjadi pada Riana sukses memancing kekhawatiran dari suaminya, dan Tashlim pun langsung menyusul ke kamar mandi, untuk memastikan apa yang terjadi pada istrinya itu.
"Sayang apa kau sakit? Kau masuk angin?" tanya Tashlim dengan begitu khawatir.
"Entahlah, Mas. Aku merasa begitu pusing, seolah tempat di sekitarku berputar-putar," jawab Riana dengan suara lemah.
"Ya sudah, kalau begitu biar mas bantu. Setelah ini kita pergi ke rumah sakit untuk check up." Tashlim dengan telaten membantu istrinya untuk membersihkan diri, juga memberikan pijatan lembut di punggung Riana, agar istrinya itu merasa lebih baik.
Setelah Riana terlihat lebih baik, Tashlim pun membawa istrinya ke rumah sakit langganannya untuk melakukan check up. Demi memastikan apakah ada hal buruk yang mengancam kesehatan Riana.
Tiba di rumah sakit, mereka langsung menemui dokter umum untuk berkonsultasi. Dokter itu mempersilakan Riana rebahan di atas brankar untuk memulai pemeriksaan, sekaligus menanyakan keluhan apa saja yang dialami Riana.
Setelah melakukan pemeriksaan dengan teliti, dokter yang menangangi Riana pun menatap Riana dan suaminya bergantian, lalu memberikan penjelasan dari pemeriksaannya.
"Dari check up yang saya lakukan, tidak ada masalah dengan kesehatan Nyonya Riana. Jadi kemungkinan yang dialami Nyonya Riana tadi adalah morning sick," ujar dokter umum tersebut.
"Morning sick?" tanya Riana dan suaminya serentak.
Dokter itu menggangguk. "Itu hanya sebuah praduga dari saya. Jadi untuk memastikan apakah Nyonya Riana benar-benar hamil, silakan Tuan bawa Nyonya menemui dokter kandungan," saran dokter tersebut kepada Tuan Tashlim.
"Hamil?" tanya Tashlim yang dijawab anggukan dari dokter tersebut.
Lalu dengan sorot mata berkilat dia mengalihkan pandangan pada Riana istrinya. "Jelaskan padaku apa yang terjadi?" bentaknya.
Bersambung.
Jangan lupa like vote dan komen, ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BRTEMU KOLEGA BOLEH2 SJA, TPI JGN SENDIRI, SLLU DI DAMPINGI SEKRETARIS ATAUPN ASPRI..
DAN SATU LAGI JGN MNUM MINUMAN BER ALKOHOL..
BILA PERLU MINUM AIR MINERAL YG DIBAWA SENDIRI BIAR AMAN
2022-12-01
0
Sulaiman Efendy
NIA RUPANYA KEPONAKKN RIANA..
KBERULAN SEKALI, NIA PSTI DGN DONI, DN ALMEER DGN RIANA..
DAN DGN RIANA KTAHUAN HAMIL, DISINILAH CERITA SEGERA DIMULAI..
2022-12-01
0
Jasmine
sekali goyang langsung jadi ya al...
sniper ulung ya al...selamat riana
2022-06-26
0