"Kita mau ke mana lagi, Nyonya?" tanya Almeer.
Mereka kini sudah dalam perjalanan pulang, setelah melakukan peninjauan pada proyek yang ditangani oleh perusahaan Riana.
Riana melirik arloji di pergelangan tangannya. "Sudah jam makan siang, cari restoran, kita makan siang dulu."
"Baik, Nyonya," sahut Almeer sambil tersenyum senang di balik kemudinya, tanpa sepengetahuan Riana yang duduk di kursi belakang.
Ini adalah kesempatan awal baginya untuk masuk ke tahapan lebih lanjut. Almeer tidak akan menyiakan kesempatan untuk membuat hubungan dengan atasannya itu menjadi lebih intim, karena ini memang tujuan utamanya.
Almeer teringat kata orang, acara makan bersama adalah waktu terbaik untuk saling mengenal secara pribadi, inilah yang akan dimanfaatkan Almeer sebaik mungkin.
Tak lama kemudian, Almeer sudah memarkirkan mobil yang ia kemudikan di depan sebuah restoran. Almeer turun dengan cepat, lalu membukakan pintu untuk majikannya.
"Silahkan, Nyonya," ucap Almeer sembari membungkuk hormat.
Riana turun dari mobil, lalu dengan langkah anggun dia berjalan memasuki restoran, diikuti Almeer yang mengikuti dari belakang.
Tiba di ruangan di ruangan VVIP, Almeer dengan sigap manarik kursi untuk atasannya, Riana hanya tersenyum, merasa sedikit tersanjung dengan perlakuan Almeer.
"Silahkan, Nyonya," tutur Almeer sopan.
Setelah Riana duduk, Almeer pun mengitari meja untuk mengambil posisi duduknya. Mereka pun memesan hidangan untuk santap siangnya, setelah itu mereka kembali membisu tak saling bicara. Bukannya Almeer tidak tahu cara memulai percakapan dengan wanita, tapi saat ini dia sedang berada di depan wanita yang berstatus sebagai atasannya, jadi Almer merasa agak sungkan dan sedikit bingung harus memulai dari mana. Apalagi kelihatannya Riana hanya bicara seperlunya saja.
"Hey, Riana. Kebetulan kita bertemu di sini, sedang apa kamu di sini?" suara seorang wanita memecah keheningan di antara mereka.
Riana menoleh, lalu bibirnya berdecak saat mengetahui siapa pemilik suara tersebut, menandakan dia kurang suka dengan kehadiran wanita tersebut. Wanita ini adalah Herlin sepupu Riana.
"Ini di restoran, bukan? Sudah pasti untuk makan siang," jawab Riana dengan nada yang sedikit tidak bersahabat.
"Boleh aku bergabung di sini?"
Tapi sepertinya pertanyaan Herlin hanyalah basa-basi saja. Karena wanita itu langsung duduk di sebelah Riana tanpa menunggu penghuni meja mengizinkannya.
Dari cara Riana menyambut wanita ini, Almeer dapat menangkap siutuasi tidak mengenakkan. Almeer tahu Riana pasti memiliki hubungan yang kurang baik, dengan wanita berpenampilan menor ini.
Sesaat kemudian mata Herlin beralih kepada Almeer dengan pendangan merendahkan.
"Siapa pria ini?" tanya Herlin pada Riana, tapi matanya masih terus menyorot penampilan Almeer yang menurutnya sangat tidak elegan.
"Saya asisten pribadinya Nyonya Riana," potong Almeer cepat.
"Oh, asisten Riana, ya. Pantas saja penampilanmu sangat pas-pasan. Apa Riana tidak memberimu gaji yang layak? Sehingga kau tidak mampu membeli pakaian yang .... Ya, setidaknya sedikit enak dipandang lah ...," cibir Herlin dengan nada bicara yang sangat menyebalkan.
"Gaji saya di perusahaan Nyonya Riana lebih cukup, tapi saya baru bekerja, jadi saya belum menerima gaji pertama saya," jawab Almeer yang mulai kesal dengan sikap wanita bernama Herlin ini.
"Oh, masih baru, ya! Sepertinya kau lebih muda dari asisten Riana yang sebelumnya, dan di balik kemeja tidak modismu itu aku yakin ada tubuh berotot yang sangat menggoda. Ya, aku cukup maklum apa alasan Riana memilihmu sebagai asisten."
Almeer menatap Herlin penuh tanya, sedangkan Riana menatap kesal kepada sepupunya itu, karena bicara melantur.
"Jangan bilang kau sengaja memecat aspri lamamu, hanya untuk mempekerjakan aspri baru yang lebih muda ini." Herlin menyindir Riana, tapi matanya tidak lepas memperhatikan tubuh Almeer, yang seolah memiliki magnet tersendiri baginya.
"Herlin, jaga bicaramu! Aku tidak seperti yang kau pikirkan!" bentak Riana kesal, emosinya terasa sudah memuncak sampai ke ubun-ubun.
"Eh, kok nyolot sih! Apa jangan-jangan dugaanku benar, ya? Secara kamu itu sama mas Tashlim udah 15-tahun nikah, tapi belum punya keturunan. Jadi, ya, bisa aja kan kamu sengaja cari asisten yang kekar gini, biar bisa double job. Masuk akal dong, ya. Secara mas Tashlim itu sudah tua, jadi mungkin nggak bisa muasin kamu," cerocos Herlin dengan mimik wajah yang sangat menjengkelkan.
Braakk!
Riana yang geram dengan ocehan Herlin langsung berdiri lalu menggebrak meja dengan keras.
"Jaga mulut kotor kamu ya, Lin! Jangan bicara yang bukan-bukan. Tahu apa kamu tentang rumah tangga aku. Buktinya sampe sekarang hubunganku dengan mas Tashlim baik-baik aja, dan tidak ada masalah dalam rumah tangga kami," kesal Riana.
"Al, kita cari tempat lain saja. Saya sudah tidak berselera makan di sini," ajak Riana.
Bertepatan dengan itu pelayan pun datang membawa hidangan mereka, Riana yang sudah kesal mengeluarkan beberapa lembar uang, lalu memberikannya kepada pelayan tersebut.
"Ambil kembaliannya!"
Pelayan itu berkerut heran melihat Riana yang langsung pergi tanpa menyentuh makanannya. Sedangkan Herlin hanya tersenyum mengejek. Dia puas karena sudah berhasil membuat Riana kesal hari ini.
Di dalam mobil Riana terus membisu, pikirannya melayang memikirkan ucapan Herlin yang menyinggung rumah tangganya tadi. Memang benar suaminya tidak bisa memuaskannya, tapi apa hubungannya dengan Herlin. Dan meskipun suaminya tidak bisa memberi nafkah batin, tapi Riana tidak pernah kekurangan rasa hormat kepada suaminya, apalagi berniat serong dengan asistennya, tidak akan pernah.
"Nyonya, siapa wanita tadi itu?" tanya Almeer memecah keheningan.
Kini mobil mereka sedang melaju meninggalkan restoran tadi. Sebenarnya Almeer juga sangat kesal dengan kehadiran wanita tadi, karena sudah mengganggu kesempatannya untuk mengenal Riana lebih jauh.
"Sepupuku," jawab Riana singkat.
Almeer hanya bisa mendengus pelan, dia sadar mood wanita yang ingin didekatinya itu tengah memburuk, jadi dia tidak ingin bertanya lebih lanjut, agar tidak memperburuk suasana hati Riana.
"Jadi, Nyonya. Kita mau makan di restoran mana?"
"kita tidak jadi makan siang, antarkan saja aku ke jalan X," perintah Riana.
"Baik, Nyonya," jawab Almeer dengan tidak ikhlas.
Sepertinya hari ini dia belum beruntung untuk mengenal Riana lebih dekat.
Mereka tiba di depan sebuah rumah yang ada di jalan X, Almeer tidak tahu ini rumah siapa, dan apa tujuan Riana ingin datang ke sini. Setelah mobil berhenti, Almeer bergegas turun membukakan pintu untuk Riana.
"Kamu boleh pergi, nanti aku akan menghubungimu untuk menjemputku."
Almeer menghela napas berat. "Baik, Nyonya."
"Sebentar, Al!" panggil Riana
Almeer yang hendak kembali masuk ke dalam mobil pun menghentikan langkah, lalu kembali memutar hadap.
"Anda ingin memerintahkan sesuatu, Nyonya?'' tanya Almeer.
Riana menggelengkan kepala sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari tasnya. "Ambil ini untuk makan siang kamu."
"Tidak perlu, Nyonya. Saya masih memiliki sedikit uang untuk makan siang," tolak Almeer tidak enak hatinya, dan tentunya harga dirinya akan dianggap rendah karena menerima pemberian uang dari seorang wanita.
"Ambil saja!" ujar Riana yang tidak ingin dibantah.
Dengan terpaksa Almeer menerima uang pemberian wanita incarannya tersebut. Bagaimanapun dia tidak memiliki alasan untuk menolak lagi, karena sekarang ini dia adalah seorang bawahan Riana.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Hyeon0_0
🤣🤣
2022-07-11
1
Hyeon0_0
😂😂
2022-07-10
1
Hyeon0_0
semangat Thor
2022-07-09
1