Sudah 2 tahun sejak berdirinya Little Star.
Saya dan Gisella berusia 9 tahun. Begitu juga dengan 6 gadis lainnya. Aku sedang membaca di teras sambil memakan kue coklat buatan ibu.
Di sebelahku ada Nia yang sedang menjemur pakaian. Aku tidak menghiraukan sinar matahari karena terhalang oleh topi yang diberi oleh Nia.
“Tuan muda, bukankah ada latihan pagi dengan tuan?”
“Aku bosan. Melakukan latihan setiap hari melelahkan dan aku ingin beristirahat sesekali.”
Saya bisa mendengar Nia menghela nafas, saat saya menengok ia tersenyum.
“Sejak nona Luna tidak ada, tuan muda seperti orang malas ya.”
“Benarkah? Kurasa yang kulakukan tidak ada bedanya dari biasanya.”
Itu benar. Sejak Luna tidak ada, saya jadi terbiasa bangun pagi. Dan ayah mengajakku latihan pedang seperti biasanya. Kegiatan seperti ini selalu saya lakukan tapi hari ini, saya sangat bosan dan malas untuk melakukan kegiatan pagiku dan di sinilah saya.
“Apakah tuan muda tidak akan keluar dan pergi mencari teman?”
Itu pertanyaan yang aneh. Kenapa? Yah, sudah jelas saya tidak tertarik dengan bermain, saya lebih suka membaca.
“Tidak. Aku yakin tidak ada yang mau bermain dengan orang sepertiku.”
“Tuan muda, anda tidak boleh mengatakan hal seperti itu. Tuan muda harus percaya diri dan aku yakin akan ada yang mau bersama tuan muda.” Aku di nasehati.
Tapi kurasa memiliki satu teman juga bukan masalah. Baiklah, kurasa saya akan mencari teman.
“Baiklah, aku akan pergi mencari yang bernama "Teman" itu.”
Saya berdiri sambil menutup buku. Dan berjalan keluar pagar. Nia yang melihatku tersenyum dan melambaikan tangannya.
“Baiklah, hati-hati. Pulanglah sebelum matahari terbenam ya.”
“Siap.”
...----------------...
Saya berjalan dan menyapa beberapa orang yang lewat di hadapanku. Semuanya juga mengenalku. Saya adalah putra Clovis dan Mio.
Saat saya menyapa mereka, mereka membalas dengan senyum ramah.
...----------------...
Baiklah, sekarang.
Tujuan keluar rumah adalah, menghafal geografis lingkungan sekitar dan mencari seorang teman.
Jika saya mampu menghafalnya, saya tidak akan tersesat saat berjalan-jalan.
Saat saya berjalan sambil menikmati udara segar, dan pada saat itu.
“Iblis tidak boleh tinggal di sini!”
Suara itu berhembus bersama angin.
Saya melihat sekitar untuk mencari asal suara itu dan berjalan. Semakin saya melangkah, suaranya semakin jelas.
“Enyahlah!!”
“Makan ini!”
“Aku berhasil mengenainya!”
Saya menemukan mereka dan melihat tiga anak yang sedang melempari lumpur pada seorang anak kecil.
“Kau mendapatkan 10 poin jika kau mengenai kepalanya!”
“Baiklaaaah!”
“Aku mengenainya! Aku mengenainya!”
Woah. Ini benar-benar menjengkelkan. Saya melihat para pem-bully. Preman-preman cilik ini berpikir bahwa, tidak masalah jika kau melakukan apa saja pada orang yang status sosialnya lebih rendah daripada dirimu. Mereka melempari batu yang ditutupi oleh lumpur. Kalian jelas-jelas tidak boleh melemparkan sesuatu seperti itu pada manusia. Ah tidak.... mereka bahkan tidak memperlakukannya sebagai manusia.
Dan berbicara tentang anak kecil yang menjadi korban itu, seharusnya dia melarikan diri dengan cepat, tapi aku tidak mengerti mengapa dia justru menikmati saat-saat ini.
Saya melihat mereka sekali lagi, dan akhirnya aku menyadari bahwa dia membawa sesuatu benda seperti keranjang di depan dadanya, dia memeluknya untuk melindungi dari cipratan lumpur.
Dengan demikian, dia tidak dapat menghindari serangan dari para pem-bully.
“Dia membawa sesuatu!!”
“Itu adalah harta iblis!!”
“Dia pasti mencurinya dari suatu tempat!!”
“Jika kau mengenai itu, maka kau akan mendapatkan 100 poin!!”
“Curi hartanya!!”
Sambil berjalan ke arah anak-anak yang dibully, aku mengambil batu kecil di dekatku. Saya berhenti dan melempar batu kecil dengan sekuat tenaga.
“Aduh!”
“Sakit!"
"Ah, tanganku!”
Hanya dengan satu lemparan saya berhasil mengenai tangan ketiga anak itu.
“Apa yang kau lakukan!!”
“Siapa kau?!”
“Kalau kalian tidak pergi, aku akan terus melempar batu hingga kalian tidak merasakan tangan kalian.”
“Apakah kau mencoba menjadi teman iblis!!”
Dalam sekejap, target kebencian mereka tertuju padaku.
“Aku bukan teman iblis. Aku adalah Ren.”
Saya mengatakan itu dengan bangga, tetapi bocah-bocah ingusan ini merasa bahwa mereka sudah memihak keadilan.
“Untuk apa kau sok keren seperti itu!!
Meskipun kau mengatakan itu, saya tidak sedang menjadi sok keren, tahu.
“Kau anak ahli pedang itu, kan!!”
“Kau adalah "Tuan muda" keluarga bangsawan, hah!!”
Apa bangsawan yang ia katakan adalah saya? Kurasa ini buruk.
“Apa kau pikir anak ahli pedang akan melakukan hal seperti ini?!”
“Aku akan memberitahu semua orang bahwa anak ahli pedang sudah menjadi teman iblis!”
“Katakan saja pada seluruh dunia jika kau mau.”
“Kakak!! Dia orang aneh!”
Anak anak mulai kesal dan melemparkan lumpur padaku.
Hanya dengan sedikit gerakan, saya menghindari semua lumpur.
Astaga, meskipun tiga orang yang melawanku, mereka malah tidak bisa menyerangku.
“Bukankah, tiga orang mem-bully satu orang adalah pecundang?”
Mereka menunjukkan ekspresi “Huh~?”
Betapa lemah mereka.
“Kaulah yang pecundang, untuk apa kau berteriak, bodoh!”
Karena kalian payah dan lemah. mereka melempar bola lumpur sekali lagi. Dan itu meleset.
“Bodoh!”
“Bagaimana dia bisa menghindari semua itu?”
“Siapa yang peduli, ayo lempari lagi padanya!!”
Saya membalas sekali, dan mereka membalas tiga kali. Saya terus menghindar dengan elegan.
“A-Aku tidak bisa mengenainya!!”
“Mengapa kau menghindar terus!!”
Hah... tidak ada yang istimewa jika tidak berhasil mengenaiku.
Setelah terus melempar dan tidak dapat mengenaiku, mereka pun berhenti, seolah-olah sudah bosan.
“Ah ~ Ahh! Ini membosankan!”
“Ayo pergi!”
“Aku akan memberitahu orang lain bahwa anak ahli pedang telah menjadi teman iblis!!”
Anak yang terlihat seperti bos berbalik lalu menunjuk sambil berteriak.
“Kami tidak kalah. Kami hanya bosan bermain!!”
Setelah mengatakan itu, 3 bocah ingusan itupun pergi ke sisi ladang.
Saya mendekati anak kecil yang menjadi korban barusan.
“Hei, apa kau tidak apa-apa?”
Melihat wajahnya cukup membuatku kagum.
“Wooah...”
Dia gadis cantik dan terkesan tidak seperti seumuran denganku.
Rambutnya panjang seperti gadis pada umumnya. bibir mungilnya begitu imut, kulitnya putih bersih. Namun bagaimanapun kau melihatnya, Gisella masih lebih cantik dari dia.
“Um ..... Um .... Aku b-baik saja ...”
Anak kecil itu menunjukkan ekspresi lemah padaku.
Dia terlihat bagaikan hewan kecil, sehingga membuat setiap orang merasa perlu melindunginya.
Lumpur mengotori semua pakaiannya, setengah dari wajahnya ditutupi dengan lumpur, dan rambutnya berubah menjadi warna lumpur.
Adalah sebuah keajaiban bahwa dia masih melindungi keranjang itu.
Apa boleh buat.
“Kau sangat kotor, bagaimana kalau kita membersihkan dirimu di rumahku?”
“Eh .... ? Eh .... ?”
Dia terlihat kebingungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ftm
uppp
2022-05-28
0