Di dalam dungeon, saya berpisah dengan Gisella dan yang lainnya. Kami menemukan dua jalan.
Saya mengambil jalan kiri sementara Gisella dan yang lainnya ke jalan kanan sesuai perintahku. Saya berjalan di lorong yang gelap dan berjalan lurus. Banyak sekali panah yang terbang ke arah saya namun saya menghindari semuanya dengan mudah.
Saat mencapai ujung, saya menemukan jalan buntu. Di depan saya hanya ada tembok yang terbuat dari batu bata. Ini adalah batu yang cukup langka, dan menurut buku batu ini mudah dihancurkan.
Saya menarik pedang dari pinggangku lalu menebas tembok itu. Dalam sekejap tembok itu roboh dan menciptakan lubang yang cukup besar.
Saya berjalan masuk dan yang berada di hadapanku adalah yang saya cari selama ini.
...****************...
“Hua.....!!!”
Tangisan seorang gadis sangat keras sehingga orang-orang di rumah segera keluar rumah untuk melihat apa yang yang terjadi.
Mio dan Clovis melihat seorang gadis menangis di pelukan Nia. Clovis yang penasaran dengan kenapa gadis itu menangis, mendekatinya dan bertanya.
“Kenapa kau menangis? Suara sampai terdengar ke belakang.”
Gadis itu menyeka air matanya dengan lengannya dan menjawab.
“Maafkan aku .... hiks .... hanya saja ... aku dengar Ren tidak ada!!”
Mendengar itu, Clovis mengerti apa yang dirasakan gadis itu. Namun di sisi lain, Clovis percaya kalau anaknya benar-benar menolong seorang gadis dan gadis itu berdiri di hadapannya.
Clovis yang telah mengusir Ren bingung dan tidak tahu apakah anaknya akan kembali atau tidak.
Mio memeluk gadis itu sambil mengucapkan beberapa kata pada gadis itu.
“Kau Yukari, bukan? Aku sudah mendengarnya dari Nia. Kau berteman dengan Ren dan kuharap kau memutuskan pertemanan dengannya.”
“Aku tidak akan melakukan itu! Hanya saja ... Kemana Ren pergi?”
“Dia sedang pergi dan dia pasti akan segera kembali dan jika kau mau, kau bisa membantu ibu dan menunggu Ren pulang.”
“Baiklah.”
Yukari berhenti menangis dan ikut Mio ke dalam rumah bersama Clovis dan Nia yang selesai menjemur pakaian.
...----------------...
...*Sudut pandang Gisella...
Setelah berpisah dengan tuan, aku bersama yang lainnya berjalan melewati lorong yang dikelilingi oleh lilin.
Ucapan tuan Noir benar. Kami hanya berjalan lurus dan tidak ada jebakan satu pun, kupikir aku harus waspada meskipun tidak ada bahaya. Namun, aku sedikit khawatir pada tuan.
Aku yakin jalan yang dilewati oleh tuan adalah jalan yang penuh dengan jebakan. Tapi mencemaskan tuan juga tidak ada gunanya, karena aku yakin tidak akan ada yang bisa melukainya bahkan dewa sekalipun.
“Nona Gisella, sepertinya ada sesuatu di depan kita.”
Aku melihat ke depan dan melihat ada cahaya di ujung. Sepertinya para makhluk bodoh ini sedang berkumpul di sana.
“Kau benar. Kerja bagus Nova.”
Kami bergegas ke sana dan menemukan beberapa mahkluk jahat dan di depan mereka ada pria yang sedang mengalirkan sihir ke sebuah patung raksasa dihadapannya.
“Ambisi kalian berakhir sampai disini!!”
Aku berteriak dan mereka berfokus pada kami.
“Oh... Rupanya ada tamu tak diundang ya.”
Pria itu hanya melihat kami lewat bahu dan tangannya terus mengalirkan sihir pada patung itu.
“Jadi itu patung dewa Zeus, raja dewa langit.”
“Hadapi mereka, persiapanku hampir selesai.”
Pria itu menyuruh makhluk jahat untuk melawan kami. Wujud mereka cukup menakutkan karena tubuhnya seperti memakai armor.
Kami bertujuh menghadapi tujuh makhluk jahat yang datang pada kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments