Di siang hari, setelah membaca surat yang ditinggalkan oleh Ren. Semuanya hanya bisa menerima dan menunggu Ren pulang.
Clovis saat ini, sedang latihan pedang seperti biasanya. Namun, rasanya hari ini terasa sangat sepi dan latihan pedang hariannya terasa ada yang janggal.
Benar, tidak adanya Ren adalah sebuah pukulan yang keras bagi Clovis. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri karena telah membuat Ren pergi dari rumah.
Mio yang biasanya terlihat ceria dan selalu tersenyum, kini sudah tidak ada. Matanya kosong dan senyumnya menghilang. Mio terus memikirkan apa yang sedang dilakukan anaknya saat ini. Dia terus melamun di meja makan.
Nia sedang berjemur seperti biasa. Namun, yang biasanya ia melihat Ren sedang duduk di sebelahnya sambil membaca buku kini sudah tidak ada lagi.
Nia membayangkan tuan mudanya yang sedang membaca buku di sebelahnya, tidak lama kemudian, seorang gadis cantik datang dan mendekati Nia, gadis itu adalah Yukari.
“Selamat siang kak Nia.”
Untuk beberapa alasan, Nia dipanggil kakak oleh Yukari. Dan Nia tidak mempermasalahkannya.
“Selamat siang juga nona Yukari, apa kau datang untuk bertemu dengan tuan muda?”
“Ya. Apa Ren ada?”
Nia bingung bagaimana menjelaskan kalau tuan mudanya kabur dari rumah tadi malam. Saat ini Nia tidak tahu apa yang harus dikatakan pada Yukari, karena bagi Yukari, tuan mudanya adalah teman pertamanya.
Jika mendengar teman satu-satunya telah pergi, Nia tahu ekspresi seperti apa yang yang akan dikeluarkan.
“Em .... Sebenarnya ....”
Dengan polosnya, Yukari memiringkan kepalanya karena bingung. Nia terus berpikir untuk membuat alasan seperti apa yang harus ia katakan.
“Ada apa, kak Nia?”
“Sebenarnya .... tuan muda ....”
Yukari semakin penasaran, entah kenapa Nia mencoba menyembunyikan sesuatu.
...----------------...
Jauh di dalam hutan terdapat sebuah pintu raksasa berdiri dengan kokoh. Di sana terukir beberapa tulisan kuno.
Ada delapan orang berdiri di depan pintu. Mereka semua berpakaian dengan cukup aneh. Mereka pakaian yang terlihat cukup ketat dan gelap namun sebenarnya itu adalah sebuah armor yang memiliki banyak kemampuan tersendiri.
Semuanya memakai pakaian hitam dan topeng domino gelap, yang membedakan mereka semua hanya terdapat gambar di punggung mereka dan mereka memiliki corak dan warna mereka masing-masing di bagian depannya.
Seorang gadis berambut ungu dan terdapat gambar satu pisau dan dua sayap yang terbentang di kedua sisi pisau.
Gadis itu sedang menerjemahkan bahasa kuno yang ada di pintu.
“Olivia, berapa lama untuk menerjemahkannya?”
Seorang pria berjubah hitam dengan kepala tengkorak yang ditutupi oleh tudung bertanya kepada Olivia. Mata merahnya bersinar dari tengkoraknya yang dapat dengan mudah berpikir ada lampu di dalamnya namun sebenarnya tidak ada.
“Maafkan saya, tuanku. Bahasa kuno ini cukup rumit.”
“Apakah tidak bisa kau baca begitu saja?”
“Mohon maafkan saya, tuanku. Tapi saya butuh waktu untuk memahami bahasa ini.”
Pria tengkorak itu mengepalkan tangannya lalu mendekati pintu. Dia menatapnya beberapa saat, kedelapan gadis itu sangat terkejut dengan tuan mereka yang tiba-tiba mengatakan bahasa yang belum pernah mereka dengar.
“Wahai para dewa, kau yang menguasai langit dan bumi. Berikan kekuatan pada para pemberani dan hapuskan seluruh bahaya dari muka bumi ini.”
Sedetik kemudian, tulisan-tulisan yang berada di pintu bersinar terang lalu pintu terbuka secara perlahan.
Olivia segera berlutut dan meminta ampun kepada tuannya karena merasa telah membuat tuannya melakukan tugasnya.
“Sekali lagi maafkan saya, tuanku. Saya tidak bisa memenuhi harapan anda dan ketidakmampuan saya, saya akan menerima hukuman apapun darimu.”
“Aku akan menghukummu nanti, yang lebih penting sekarang sudah saatnya kita menangkap makhluk-makhluk bodoh yang lari dari kita.”
Setelah itu, mereka semua masuk ke dalam dungeon. Terdapat sebuah lorong yang sangat gelap tapi saat mereka memasuki lorong. Seketika lentera mulai menyala dengan sendirinya.
Mereka mengikuti tuan mereka dari belakang dan menemukan dua jalan.
”Master, jalan mana yang harus kita ambil?”
Tuan mereka menunjuk jalan di sebelah kiri.
“Aku akan mengambil jalan ini. Kalian ambil jalan satunya. Sepertinya jalan yang aku ambil terdapat banyak jebakan di banding jalan kalian, meskipun begitu, aku ingin kalian berhati-hati.”
“Dimengerti.” Jawab ketujuh gadis secara bersamaan.
“Gisella, kau yang akan mengatur mereka.”
“Baik, tuanku.”
Mereka pun berpisah dengan tuan mereka dan mengambil jalan masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments