Sekarang adalah hari kedua saya belajar menggunakan pedang.
Ayah mengangkat pedangnya ke atas lalu mengayunkan pedangnya ke depan dan memukul batu besar di depannya dengan pedang. Dalam sekejap batu itu hancur.
“Seperti itu, yang perlu kau lakukan adalah mengangkat, konsentrasi lalu ayunkan!”
itu adalah pemandangan yang sangat hebat, hanya menggunakan pedang kayu, ayah dapat menghancurkan batu besar dan pedangnya tidak rusak sama sekali.
“Saya akan mencobanya.”
Saya memegang pedang dengan satu tangan lalu mengangkatnya ke atas, mengatur nafas saya dan mulai berkonsentrasi, dengan cepat saya mengayunkan pedangnya ke depan dan memukul batu besar.
Ayah langsung terkejut hingga membeku saat saya mengayunkan pedang.
Batu yang begitu besar terbelah menjadi dua bagian dengan rapi dan juga pedang kayu patah.
“Bagaimana menurutmu ayah?”
“Ahem... Seperti yang diharapkan dari Ren! Kau sangat jenius!”
Ayah berhasil lepas dari diam membeku dan berteriak. Teriakannya terdengar sangat keras sehingga ibu dan Nia segera berlari keluar.
“Ada apa!?”
“Apakah ada masalah, tuan?!”
“Mio dengar, Ren sangat hebat dia dapat membelah batu menjadi dua bagian dengan rapi!”
“Apa!?”
Ibu melihat batu besar yang terbelah menjadi dua bagian dan dia langsung terkejut. Ibu segera berlari ke arahku dan langsung memelukku.
“Ah... Kenapa kau sangat imut dan cerdas.”
Lagi lagi ibu menggosok wajahnya pada saya. Saya hanya melakukan apa yang ayah perintah tapi kenapa begitu heboh. Padahal saya cuma membelah batu bukan?
“Sepertinya ini sangat mudah untukmu ya. Kalau begitu, kita langsung latih tanding saja.”
“Apakah ini tidak terlalu berlebihan tuan?”
“Tentu saja tidak. Lagipula Ren sudah pandai mengatur nafas dan konsentrasi walaupun aku tidak memberitahunya.”
Memang benar saya bisa mengatur nafas dan berkonsentrasi tapi kalau langsung bertarung melawan ayah rasanya sedikit sulit. Tapi bukan berarti saya tidak bisa melawannya hanya saja perbedaan antara saya dan ayah bukanlah teknik atau gerakan melainkan pengalaman.
Saya tidak memiliki pengalaman bertarung jadi saya kurang yakin untuk mengalahkan ayah. Tapi saya rasa ini adalah salah satu cara agar bisa menjadi ksatria kegelapan, saya harus bisa menghadapinya.
“Baiklah, ayah. Saya siap kapanpun.”
Saya menjaga jarak dari ayah dan sudah pada posisi siap.
“Haha. Seperti yang diharapkan dari anakku, baiklah! Jangan menahan diri, oke?”
Ayah juga sudah pada posisi siap bertarung.
Ibu yang tidak tahu harus mengatakan apa, kembali dan melihat dari kejauhan.
Saya dan ayah saling menatap dengan serius. Ayah mengeluarkan senyum seolah mengatakan 'Kau tidak akan bisa mengalahkanku.'
Dasar. Kenapa ayah terlihat sangat senang, yah biarlah. Saya akan melawannya dengan semua kepintaran yang saya punya.
Sedetik kemudian, kami saling menerjang dan pedang kami saling beradu satu sama lain.
Saya segera mundur dan berlari ke depan sambil mengayunkan pedang. Dengan cepat ayah menangkis seranganku.
Saya sudah menduga kalau ayah akan menangkisnya dan menekan pedang saya dengan pedangnya sekuat tenaga tapi saya tidak percaya kalau ayah memiliki tenaga sekuat ini.
Saya terdorong kebelakang dan keseimbangan saya menghilang sehingga saya bisa saja jatuh tapi itu tidak terjadi karena saya diam-diam mengalirkan mana ke kaki saya sehingga saya bisa mengatur keseimbangan kaki saya.
Saat saya kembali fokus dan melihat ke depan, saya tidak melihat ayah di manapun. Sedetik kemudian insting saya menyuruh saya untuk menghindar. Dan benar saja saat saya menghindar, suara yang keras dari tempat aku berdiri. Saat saya menoleh, ada ayah yang menghancurkan tanah dengan perang kayunya.
Yang benar saja. Apa ayah mencoba membunuhku? Meskipun di suruh untuk tidak menahan diri tapi saya tidak menyangka akan seperti ini.
“Sungguh mengejutkan, kau bisa menghindarinya dengan cepat.”
“Ayah tidak perlu memuji, saat ini juga saya akan mengalahkan ayah.”
Kami saling tersenyum satu sama lain. Namun dalam sekejap mata ayah sudah berada di depan saya. Itu membuatku terkejut, tapi disaat bersamaan saya menggunakan atribut listrik dan mundur kebelakang.
Ayah melihat saya seolah tidak percaya, saya yakin dia tidak berpikir kalau saya bisa mundur secepat itu.
Ayah masih kebingungan dan dia membuka celah, dengan segera saya berlari dan menghunuskan pedangku. Tentunya saya tidak menggunakan elemen listrik saat berlari agar ayah tidak mencurigaiku.
Ayah kembali dari lamunannya dan segera menahan seranganku. Saya menggunakan [Penguat fisik] sebelum saya berlari ke arah ayah.
Ayah terdorong ke belakang dengan posisi bertahan setelah aku menyerangnya. Dia melihat kakinya dan tersenyum.
“Ayah tidak percaya kalau ayah akan dibuat kewalahan oleh anakku sendiri.”
Ayah tersenyum dan menyimpan pedang kayunya di pinggang. Dia terlihat bingung sambil memegang dagunya.
“Hei Ren.”
Ayah memanggilku. Saya memiringkan kepala saya dan meletakan pedang saya di pinggang.
“Ada apa apa ayah?”
Wajah ayah sangat dekat berada di hadapanku dengan ekspresi penasaran.
“Saat bertarung tadi apa kau....”
Apa? Apakah ayah tahu kalau saya bisa menggunakan sihir? Tidak, tidak. Mungkin saya hanya berpikir terlalu jauh.
Tapi ekspresinya begitu serius sehingga membuatku berkeringat dingin.
“Sangat mudah memahami?”
Eh? Apa yang ayah katakan?
“Maksud ayah?”
“Yah, kau bisa melawan ayah padahal baru hari kedua sejak kau mulai berlatih.”
Apakah itu bukan hal wajar? Saya rasa memang bukan.
“Apakah... Ayah marah?”
“Marah? Untuk apa?”
“Itu karena... saya bisa menggunakan pedang meskipun baru berlatih.”
“Hahaha. Kau sangat lucu.”
Apa yang kau tertawakan orang tua?!
“Ayah tidak marah padamu. Hanya saja ayah terkejut kau bisa melakukan hal hebat seperti itu.”
Benarkah? Kurasa saya memang seorang jenius.
“Baiklah, waktu berlatih sudah selesai.”
Akhirnya selesai juga. Saya benar-benar lelah, tapi saya rasa dengan begini saya bisa menggunakan pedang dengan baik.
“Permisi, ada surat untuk tuan Clovis.”
Saat saya sedang beristirahat sejenak, ada seorang tukang surat datang ke rumah. saya penasaran dari siapa ya itu? Karena hampir setiap bulan ada surat yang dikirimkan untuk ayah. Namun, setiap kali setiap kali surat datang ekspresi ayah terlihat sangat tidak senang.
Ayah masuk ke dalam bersama ibu dan dengan ekspresi tidak menyenangkan. Saya yang penasaran ingin mengetahui surat dari siapa itu tapi pikiran saya selalu melarangnya karena itu adalah privasi orang dewasa.
Baiklah, lupakan tentang surat itu yang lebih penting adalah malam ini adalah waktunya memulai debut pertama saya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
•Dark•
kayaknya kedua orangtuanya Ren mantan ksatria kerajaan atau petualang
2021-12-21
2