Pagi hari yang cerah, matahari bersinar dengan terang di langit. Bukannya saya sombong tapi saat ini saya berhasil mengalahkan ayah untuk yang kedua kalinya.
Sepertinya saya berkembang dengan cepat karena hari ini saya tidak menggunakan sihir atau mana. bahkan aku tidak menggunakan [Penguat fisik].
“Wah, ternyata aku kalah lagi. Dan ayah tidak percaya kalau Ren bisa melihat semua celah dan memanfaatkannya.”
Seperti yang ayah katakan. Saya bertarung dan setiap kali ayah membuat celah saya memanfaatkan itu dan menyerangnya.
“Ayah! Ren! Ayo masuk! Sarapannya sudah siap!”
Disaat yang sama ibu memanggil kami dari jendela sambil melambaikan tangannya.
“Baiklah, kita cukupkan untuk hari ini.”
“Ya.”
“Ayo, ibu sudah memanggil kita.”
Saya melirik ke luar pagar dan menemukan seseorang yang saya kenal.
“Ayah duluan saja. Saya akan segera kesana.”
“Apa ada yang ingin kau lakukan?”
Saya hanya diam
“Baiklah, jangan lama-lama, oke?”
Ayah masuk ke dalam rumah sementara saya keluar mendekati pagar rumah.
“Hei nona. Apa kau butuh sesuatu?
Seorang gadis cantik sepertinya seumuran denganku. Dia memiliki rambut pirang panjang, kulit putih bersih dan mata biru seperti permata.
Gadis itu hanya diam sambil menatap kakinya. Kurasa dia tidak ingin menjawab. Baiklah, tidak apa-apa lagipula itu bukan urusan saya juga.
kruk~
Saya mendengar sesuatu dengan jelas dan dekat. Saat saya melihat ke gadis itu dia memegangi perutnya. Kurasa dia lapar.
“Apa kau ingin ikut makan?”
“Eh, apakah boleh?”
“Tentu saja, kenapa tidak?”
Dia terlihat senang tapi dia tiba-tiba kembali ke ekspresi murungnya.
“Terima kasih atas tawarannya, tapi... aku tidak bisa.”
“Kalau kau tidak makan kau akan sakit. Lagipula kau harus mengingat ini, "Jangan pernah menolak kebaikan orang lain."”
Gadis itu tersenyum dan menatap saya dengan paras cantiknya.
“Baiklah, akan menerimanya.”
“Nah, begitu. Omong-omong nama saya adalah Ren dan kau?”
“Um... Namaku... Luna.”
“Baiklah Luna. Selamat datang di rumah saya.”
Saya mengulurkan tangan padanya, saat ia menerimanya saya menariknya masuk ke dalam rumah.
“Ayah, ibu, aku membawa seseorang untuk ikut makan bersama kita, apa boleh?”
Saya masuk dan menanyakan hal itu pada mereka.
“Seseorang?” Tanya ayah
“Tentu saja. Kalau itu keinginan putraku yang manis kenapa tidak?”
“Kau boleh masuk Luna.”
Saat saya memanggil Luna, dia masuk dengan ragu-ragu dan seketika suasana menjadi hening bahkan Nia menjatuhkan nampan ke lantai karena terkejut.
Aku penasaran, kenapa mereka menjadi pendiam.
“S-Salam kenal, a-aku Luna.”
Saat Luna selesai memperkenalkan diri, suasana menjadi heboh.
“Oh tidak~, p-putraku membawa gadis ke rumah!”
“Huhu, padahal umurnya baru 5 tahun tapi dia sudah bisa mendapatkan gadis cantik. Sungguh hebat anakku!”
Ibu dan ayah menjadi panik dan suara mereka memenuhi ruangan. Hanya Nia yang masih syok terkejut.
Saya bingung apa aku melakukan sesuatu yang salah disini?
“Ren, m-maafkan aku.”
Luna mencengkram lengan saya dengan kuat dan meminta maaf dengan suara yang bergetar.
“Ayah, ibu. Bisakah kalian bersikap seperti biasa? Kalian menakutinya.”
Ibu terdiam sejenak lalu tersenyum seperti biasa yang ia lakukan.
“Maafkan ibu. Ibu hanya senang, kalau begitu Luna, maukah kau ikut makan bersama kami?”
Luna hanya mengangguk dan ikut duduk bersama, suasana heboh menjadi suasana yang menyenangkan. Nia kembali ke dirinya sendiri setelah aku membisikkan sesuatu padanya sambil memberikan nampan yang ia jatuhkan.
Ruang makan penuh dengan canda dan tawa. Luna sepertinya sudah mulai terbiasa dengan sikap ibu.
Saat ini sudah menjelang malam dan Luna untuk sementara waktu tinggal bersama kami tapi...
“Ren sayang, kau tidak keberatan kan? Kalau Luna tidur di kamarmu?”
“Apa? Saya tidak keberatan sama sekali tapi dimana aku harus tidur?”
“Apa yang kau katakan? Tentu saja di kamarmu sendiri.”
“Tunggu dulu bu, jangan bilang kalau saya harus tidur bersama dengan Luna?”
“Benar.”
Ibu menjawab dengan wajah yang ceria dan senyum lebar.
Bukannya saya tidak mau tapi masalahnya adalah Luna seorang wanita dan aku seorang pria. Tidak ada di dunia ini pria dan wanita tidur bersama selain suami istri.
“Tapi bu, Luna itu seorang wanita.”
“Memangnya kenapa?”
Apa?! Yang benar saja! Kau tidak mempermasalahkan putranya tidur bersama dengan perempuan yang baru saja kenal.
“Apa... Kau tidak mau bersamaku?”
Pertanyaan yang diajukan oleh Luna dengan sikap membuat wajah saya memerah. Saya harus jawab apa?! Dan saat dia bertanya wajahnya begitu imut.
“Bukannya saya tidak mau. Hanya saja...”
“Hanya saja?”
Sial!! Dia semakin imut dan ibu menunjukkan senyum nakal, oh bung. Kenapa ini terjadi pada saya?
“Baiklah, saya menyerah! Kalau begitu, Luna kau bisa ke kamar duluan.”
“Eh? Kau mau kemana?”
“Ren sayang, kau tidak boleh begitu pada perempuan tahu.”
“Ada apa dengan kalian ini? saya ingin ke toilet sebentar saja.”
“O-Oh, baiklah.”
Saya pergi ke toilet dan meninggalkan mereka. Tapi hari ini benar-benar hari yang cukup melelahkan. Tapi dimana rumah Luna? Aku tahu kalau ia diculik oleh bandit tapi bukankah ini sangat aneh kalau ia tidak punya tempat tinggal.
Saya punya satu kemungkinan, kurasa Luna bukan dari desa ini, dan jika saya aku benar kemungkinan dia dari kota.
Hmm, dari pada memikirkan itu lebih mudah jika menanyakannya langsung.
Saya kembali dari toilet dan masuk ke kamar, tepat saat membuka pintu saya menemukan Luna yang memakai pakaian tidur milikku dan ibu, mereka sedang mengobrol di kasur.
“Ara, Ren-ku yang manis. Kau sudah kembali, bagaimana menurutmu tentang Luna?”
Aku melihat Luna, pakaian tidur milik saya pas sekali dengan tubuhnya dan rasanya dia terlihat seperti seorang putri kerajaan.
“Hmm, kenapa dia memakai pakaianku?”
“Memangnya kenapa? Lagi pula dia sangat pas bukan? Karena tidak ada pakaian untuk perempuan jadi ibu memberi baju mililkmu.”
“Maaf, sudah mengenakan pakaian milikmu tanpa izin.”
Luna meminta maaf, aku tidak yakin kenapa dia meminta maaf tapi sepertinya dia merasa bersalah.
“Kenapa kau meminta maaf? Lagipula aku tidak marah atau apapun itu.”
“Benarkah?”
“Lihat? Ren itu sangat baik bukan?”
“Iya.”
Setelah itu ibu pergi keluar dan meninggalkan kami berdua. Suasana menjadi canggung, saya tidak tahu harus mengatakan apa tapi hari ini adalah bulan purnama ya.
“Ren. Apa... kau tidak tidur?”
“Ya, saya akan tidur nanti.”
Agar tidak membuatnya merasa bersalah saya meletakkan bantal di tengah kasur untuk membuat pembatas antara aku dan Luna.
Luna tidak masalah dengan ide itu dan kami tidur di kasur yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
acil
sikat
2022-12-12
0
DEWA KEGELAPAN
bocahhj woyyy ku mbat juga
2022-01-08
0
DEWA KEGELAPAN
lehh lehhh taik
2022-01-08
0