Setelah dokter membawa Chaiden keruang rawat dan memeriksanya sekita setengah jam yang lalu, Chaiden pun sadar.
Begitu sadar Chaiden langsung bangun dan berlari ke UGD tempat Kaira dirawat tadi.
"Dimana pasien perempuan tadi?" Tanya Chaiden pada perawat yang melintas.
"Pasien sudah dibawa keruang perawatan dan kondisi pasien akan segera membaik"
Chaiden pun berlari keruangan rawat Kaira yang letaknya disebelah ruangan tempatnya tadi.
"Tau begitu kenapa aku harus lari-lari seperti orang gila" Ucap Chaiden sambil masuk kedalam.
Chaiden duduk disamping Kaira yang masih belum sadarkan diri. Pandangan Chaiden terfokuskan pada wajah Kaira.
"Kenapa kau menyusahkan sekali. Sudah untung kau masih bisa selamat. Jika kau mati bagaimana" Ucap Chaiden dan setelah itu segera pergi meninggalkan Kaira.
Chaiden pulang kerumahnya dan bergegas membersihkan tubuhnya yang sangat lengket itu. Setelah selesai Chaiden segera turun kebawah untuk bertemu dengan Mama dan Papanya yang sedang duduk sambil menonton televisi.
"Kenapa kau pulang terlambat boy?" Tanya Papa Chaiden yang bernama Sebastian.
"Ada kejadian tadi di sekolah pa, mungkin secepatnya aku akan pindah dari sekolah itu" Jelas Chaiden sambil memakan camilan diatas meja.
Mama Chaiden terkejut mendengar perkataan Chaiden yang akan pindah sekolah lagi.
"Kenapa pindah lagi sayang?" Tanya Angel Mama Chaiden.
Chaiden lantas menceritakan kejadian yang sudah dia alami selama masuk sekolah beberapa hari lalu. Semua kejadian hingga dirinya melompat ke sungai untuk menyelamatkan Kaira.
"Kenapa kau lakukan itu Chaiden, itu sangat bahaya" Ucap Mama Chaiden
"Jika Chaiden tak menolongnya dia akan mati ma, aku tak tega melihatnya, dia tidak salah tapi harus mendapatkan siksaan seperti itu setiap harinya"
"Jadi dia mencoba bunuh diri karena selalu dibully di sekolah begitu maksudmu" Kata Papa Chaiden.
"Ya begitu pa"
"Kasihan sekali hidup anak itu. Apa orangtuanya tidak tau jika anaknya selalu dibully" Kata Angel
"Katanya dia hanya tinggal sendiri ma dan tak punya siapa-siapa. Mamanya juga sudah meninggal"
"Lihatlah dia, kau masih beruntung punya Mama dan Papa yang selalu ada di sampingmu. Jadi berhentilah membuat masalah" Ucap Sebastian
"Ya aku tau"
Dirumah sakit Kaira mulai membuka matanya. Kaira melihat sekeliling ruangan yang begitu asing baginya.
"Siapa yang membawaku kesini" Ucap Kaira.
Tak lama setelah itu dokter masuk untuk memeriksa keadaan Kaira. Semenjak sadar tadi Kaira hanya diam saja dan tak mau berbicara sama sekali.
Bahkan saat dokter itu bertanya bagaiman keadaanya sekarang Kaira malah mengabaikan dokter itu dan memilih memejamkan matanya kembali.
"Setelah keluar dari sini aku akan secepatnya mengurus surat pindah dari sekolah yang seperti neraka itu" Ujar Kaira di dalam hati.
Kaira berbaring menghadap ke samping sambil melamun. Entah apa yang sedang Kaira pikirkan saat ini. Untung saja pada saat Kaira akan bunuh diri Kaira tidak membawa dompetnya sehingga kartu kreditnya aman di rumahnya dan tidak hilang.
Sekarang saja Kaira tak tau dimana tas sekolahnya bahkan yang membawanya kesini saja Kaira tidak tau siapa. Yang pasti orang itu adalah orang yang sangat baik.
Saat malam baru saja tiba, Kaira memutuskan untuk jalan-jalan ke taman rumah sakit untuk mencari udara segar. Diam didalam ruangan membuat Kaira tak bisa bernafas.
Dengan pelan-pelan Kaira berjalan sambil membawa tiang infus. Kepala Kaira diperban karena menghantam sesuatu hingga kepalanya terluka.
Kaira berjalan melewati lorong sambil menunduk, Kaira tak mau melihat wajah orang-orang dan Kaira sangat benci keramaian.
Sesampainya di taman Kaira duduk di kursi dan memandangi bintang di langit yang begitu sangat indah itu.
"Melegakan sekali melepas penat di depanmu seperti ini" Ucap Kaira sambil menatap bintang itu.
Kaira memang sudah terbiasa jika sedang sedih akan duduk ditempat terbuka untuk melihat bintang. Bagi Kaira melihat bintang bisa membuat hatinya sedikit lebih tenang, karena Kaira tak akan malu untuk menunjukkan sisi lemahnya didepan bintang dan bulan.
Seperti saat ini, tanpa Kaira sadari tiba-tiba ari mata jatuh membasahi pipinya. Hati memang tak bisa berbohong. Kaira mungkin bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya yang terlihat baik-baik saja, tapi hatinya begitu rapuh sampai-sampai tidak bisa menahan sesaknya dada.
"Bagaimana kehidupanku kedepannya tuhan, aku juga ingin hidup seperti anak yang lain. Hidup dengan tenang tanpa mendengar kata-kata buruk tentang diriku" Ujar Kaira
Entah kenapa takdir selalu saja mempermainkannya, apa Kaira telah melakukan kesalahan di kehidupan sebelumnya sehingga Kaira dikutuk seperti ini.
Setelah cukup lama Kaira diluar Kaira pun memutuskan untuk kembali ke ruangannya karena Kaira sendiri sudah merasa lelah ngantuk. Udara diluar pun semakin dingin.
Tanpa basa-basi sesampai di ruangan Kaira langsung tertidur tanpa menunggu pemeriksaan malam dan makan malam terlebih dahulu.
.
.
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
♡Ñùř♡
kasihan kaira,yg sabar kaira ⚘
2021-11-16
1