Seperti biasa pagi itu Lupita menjalankan aktivitasnya, setelah ia mandi dan berpakaian lalu bersiap-siap untuk bekerja.
Lupita berjalan kearah meja makan, mengambil dua potong roti tawar dan mengolesi dengan selai kacang dan strawberry, setelah dilipat lalu di masukkannya kedalam kotak makanan.
"Haii Lupi! bibi minta carikan uang untuk bayar juragan karyo! kalau tidak kau akan dipaksa untuk menikahi juragan Karyo!"
Lupita hanya diam saja, dia tidak peduli lagi dengan umpatan bibinya yang terus mengoceh, apapun yang diucapkan bibinya ia tidak pernah mau menimpalinya lagi, karena percuma berdebat dengan bibinya sama saja membuat perang. Lupita menutup kotak makannya dan berjalan meninggalkan meja makan.
Lolita beranjak dari duduknya dan menghampiri Lupita, ia menarik kotak makanan milik Lupita dan kotak itu jatuh ke lantai, tentu saja membuat Lupita marah.
.
"Kau sudah keterlaluan loly! kau dan ibumu sama saja tidak bisa melihat orang tenang! aku bukanlah seperti kalian yang selalu ingin jadi pengemis!
"Brakk! Surti menggeprak meja makan.
"Apa kau bilang! jadi kau menganggap aku pengemis! Surti beranjak dari duduknya dan menghampiri Lupita "Dasar anak kurang ajar! saat tangan Surti ingin menampar wajah Lupita, dengan cepat Lupi menangkap tangannya.
"Seharusnya bibi sebagai orang tua tahu diri dan memiliki sopan santun! kalau saja bukan karena paman, aku sudah mengusir kalian dari rumahku ini!
"Brengsek kau Lupi! kau berani ingin mengusir aku dan ibu dari rumah ini!" tiba tiba Lolita menjambak rambut Lupita, Lupi membalasnya dan merekapun saling jambak, pertikaian tidak bisa terhindari lagi."
"Sudah cukup! apa-apaan kalian, berhenti! tiba-tiba suara pamannya terseru, ia langsung memisahkan anak dan keponakan itu.
"kenapa pagi-pagi kalian pada ribut apakah tidak malu pada tetangga di rumah ini selalu terdengar keributan!"
"Paman tahukan kalau aku selalu mengalah apapun yang diucapkan bibi dan Lolita, tapi mereka berdua selalu membuat masalah!"
"Heh! jangan cari muka luh! celetuk Loly
"Asal paman tau kebenarannya, kalau bibi Surti sudah menjual aku pada juragan Karyo, dengan jaminan sejumlah uang yang sudah diterima bi Surti!"
"Apa?! Pria paruh baya itu membelalakkan matanya dengan sempurna, menatap tajam wajah istrinya dan memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Tutup mulutmu, beraninya kau bicara begitu pada suamiku!
"Diam kau bu! kau sungguh keterlaluan! teganya kau menjual Lupita! dia keponakan ku satu satunya, sudah tidak punya siapa siapa lagi selain kita, aku bekerja banting tulang di warung sampai tidak pulang ke rumah, semua itu demi kalian! tapi setelah mendengar pengakuan Lupita aku jadi malu dan merasa bersalah pada almarhum kaka ku bu!
"Paman sudahlah lebih baik paman istirahat saja, aku harus berangkat kerja." Lupita mencium tangan pamannya dan pergi meninggalkan rumahnya yang sudah seperti neraka, hanya pamannya saja yang masih sayang dan membelanya. Airmata Lupita terus berjatuhan saat ia menaiki angkot yang sudah duduk di pojokan. ia mengusap wajahnya dengan tissue, untung saja di mobil angkot itu tidak terlalu ramai hanya cuma bertiga.
"Jangan menangis lagi nanti bedaknya lutur! tiba-tiba suara seorang pria membuyarkan tangisannya "Ini ambillah!" memberikan sebuah sapu tangan pada Lupita. Lupita menoleh pada pria di depannya yang tertutup masker.
"Tidak, terimakasih!"
Lupita menatap pria didepannya yang tertutup masker, ia terus mengamati matanya.
"Dari matanya seperti aku pernah mengenal pria ini tapi dimana?" batinnya.
Pria didepan Lupita memakai masker dan dahinya tertutup topi, jadi hanya matanya saja yang terlihat, sebenarnya Lupita males ngobrol dengan pria itu tapi lama-lama ia bisa menghibur kesedihannya.
Sesampainya di gedung perkantoran, jam sudah menunjukkan pukul delapan.
"Ya Tuhan aku terlambat setengah jam."
Lupita berlari untuk segera sampai gedung, dia masuk kedalam kantor dan membuka pintu kaca. Saat masuk kedalam ruangan matanya terbelalak sempurna, ia melihat dimeja kerjanya dipenuhi banyak bunga, bibirnya menganga lebar.
"Wah karyawan magang datang terlambat!
"Belum jadi karyawan saja udah berani datang telat! sindir temannya.
"Maaf aku terlambat!"
Lupita tertunduk malu, ia berjalan perlahan kearah meja kerjanya.
"Lupi! kau ingin jualan kembang di kantor! ledek teman temannya.
"Wah si Lupi udah punya penggemar! ujar temannya tergeletak.
Lupita selalu jadi bahan olok-olokan teman-teman satu kantornya, "Lupi kalau mau jualan bunga di pinggir jalan, bukan didalam kantor!
Lupita duduk di kursinya sambil menggigit bibir bawahnya, ia bingung dengan kiriman bunga mawar sebanyak itu di mejanya.
"Siapa yang sudah mengirimkan aku bunga sebanyak ini?
Lupita melihat sebuah kartu berwarna merah hati, ia membukanya dan mulai membacanya.
"Selamat pagi Lupita...
Semoga kau suka dengan kiriman bunga mawar ini sebagai bentuk permohonan maafku. Dari pengagum rahasia mu."
"Pengagum rahasia? minta maaf padaku? siapa dia? Lupita terus berpikir.
Sementara didalam ruangan Presdir, Harlan duduk di kursi kerjanya, ia melihat aktivitas Lupita dilayar laptopnya, ia begitu geram melihat Lupita menjadi bahan ejekan dan sindiran teman temannya, sementara Lupita tidak membalas ejekan mereka.
'Will!"
"Saya tuan!
William yang sedang membaca koran langsung melipatnya dan berjalan kemeja kerja Harlan.
"Apa yang Tuan perintahkan!
"Kau panggil Lupita ke kantor ku!
"Apa?! apa Tuan yakin ? bagaimana kalau gadis itu tahu kalau anda adalah Tuan Vandeles."
"Kau tenang saja!" Harlan tersenyum jahat.
"Baik Tuan! membungkuk.
"Will sekalian kau suruh dia bawa sketsa villa yang sudah ia buat."
"Oke Tuan!
Harlan mulai menelepon sekretarisnya
" Hallo!
"Meta, tolong kau pesankan makan siang di restoran yang biasa aku pesan."
"Baik Tuan!"
"Lupi apakah kau tau, tadi di angkot akulah yang menyamar, entahlah mungkin aku mulai gila!" Harlan berkelakar menertawakan dirinya sendiri.
"Tapi kenapa tadi Lupi menangis? pasti itu ulah bibi dan sepupuhnya."
Sementara di ruangan Design Wiliam masuk kedalam, semua karyawan yang melihat kehadiran kaki tangan Presdir Georgie itu berdiri dan membungkuk.
"Selamat siang Asisten Wiliam!
"Nona Lupita! silahkan anda menghadap tuan Presdir sekarang! bawa juga Desain villa yang Tuan Presdir berikan tugas untuk anda."
Semua mata karyawan tertuju pada Lupita, mereka terlihat iri karena Lupita mendapatkan perlakuan istimewa dari seorang Presdir.
"Apa? aku langsung yang harus menghadap tuan Presdir? gumamnya tak percaya.
"Baik Tuan?" Lupita mengambil sketsa dari dalam tasnya dan ia berjalan mengikuti langkah Asisten Wiliam.
Tiba mereka didepan ruangan Harlan.
"Tok, tok, tok....
"Masuk!
Asisten Wiliam dan Lupita masuk kedalam ruangan Harlan. Memasuki ruangan seorang Direktur pasti akan mencium aroma wangi Casablanca, Lupita tercengang melihat mewahnya kantor Harlan yang mendominasi gaya Eropa, mata liarnya menatap setiap sudut ruangan.
"Wow begitu keren sangat eksotis, pasti Presdir Georgie ini memiliki nilai seni yang sangat tinggi, paduan yang unik dengan pilar pilar berukir mirip sebuah kerajaan." gumamnya berdecak kagum.
Harlan yang melihat tingkah Lupita, hanya tersenyum.
"Will.. pergilah!"
"Baik Tuan!
William berjalan kearah pintu, setelah membuka dan menutupnya kembali.
"Silahkan duduk Nona Lupita!"
Lupita langsung tersentak saat Presdir itu berbicara padanya, jangankan untuk bertatapan muka, bahkan untuk berbicara pada seorang Presdir pemilik perusahaan Asing saja sangat sulit, Lupita merasa dirinya sangat beruntung bisa masuk kedalam ruangan Presdir dan bertemu langsung dengan pemiliknya.
Lupita mendudukkan tubuhnya disofa, ia kaget saat melihat wajah Presdir Georgie tertutup masker dan kacamata hitam.
kenapa juga wajahnya ditutupi, apakah wajah Ceo ini buruk? pikirnya dan bergumam dalam hati.
'
'
'
'
'
'
@Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Yoanita_Situmorang
wkwkw mas Harlan mulai buncin akut
2023-02-20
0
Sugiharti Rusli
yaa ampun mas bule sampe segitunya mo ketemu neng Lupi
2022-07-04
0
Atera Nora Gir
kaya lagu aja nih :
dibalik kacamata hitam
senyum an dirimu menawan
membuat aku malu
2022-06-26
2