Pagi itu matahari tampak cerah, secerah wajah Lupita yang berseri seri, bagaimna tidak bahagia, Lupita mendapat panggilan kerja di perusahaan Vandeles walau sebagai karyawan magang.
Dengan berjalannya waktu, sudah satu bulan dua minggu Lupita bekerja sebagai seorang Arsitek pegawai magang, dan untuk bekerja di perusahaan asing tidak lah mudah, Lupita harus bekerja keras dan jujur, ia juga harus bisa bekerjasama dengan karyawan yang baru saja ia kenal dengan sifat dan karakter yang berbeda.
"Lupita! teriakan Lolita dari luar kamar.
Bagi Lupita suara keras surti dan Lolita sudah biasa setiap harinya ia dengar.
"Ceklek!
"Bisa gak sih kalau manggil tuh gak perlu teriak teriak! berisik tau!
"Ehh, jangan sombong luh! mentang mentang luh udah kerja, gue mau minta uang listrik!
"Apa? minta uang listrik? baru bulan kemaren aku kasih ibu mu uang dua juta untuk satu bulan."
"Lupi! kau pikir cukup uang dua juta satu bulan Hah! listrik ini tiap hari dipake ya kudu di bayar tagihannya! uang kemaren sudah habis buat kebutuhan sehari-hari. bibi udah gak punya uang lagi sekarang minta uang untuk bayar listrik!"
"Bibi keterlaluan! kan paman juga ngasih hasil dari warung setiap hari."
"Ehh luh pikir cukup pemberian paman mu! kalau cuma ngandelin jualan kopi sama gorengan gak bakal cukup! belum buat bayar cicilan uang rentenir setiap hari, kalau gak ambil uang bank keliling kita semua gak bisa makan tau! ini listrik udah tiga bulan belum di bayar, luh mau listrik mati, mau mandi dimana kalau air mati!" celoteh Surti panjang lebar yang membuat Lupita pusing mendengarnya.
"Baiklah bi akan aku kasih, tapi benar benar harus bibi bayarkan untuk tagihan listrik."
"Kau pikir bibi mu mau korupsi!
"Sebentar!
Lupita menutup pintu dan berjalan ke lemari, ia membuka sebuah laci tempat menaruh uang.
"Gajih ku sebulan sebagai karyawan magang hanya lima juta, sebulan lalu aku sudah beri bibi dua juta, sisa uangku tinggal sejuta setengah buat sehari hari, dua minggu lagi baru aku dapat gajih."
Lupita tampak bingung untuk membagi sisa uangnya, padahal buat ongkos dan makan siang dikantor saja ia sangat irit, makanpun di warteg seadanya. ia sebenarnya sangat kesal karena bibinya sangat boros dan masih kasar padanya. Padahal Lupita ikut membantu kebutuhan sehari-hari, karena ia kasihan pada pamannya yang bekerja keras hanya menjual kopi dan gorengan, belum lagi hutang bank keliling yang pamannya ambil untuk menutupi kebutuhan diwarung, gali lobang tutup lobang seperti itulah setiap harinya.
Melati menutup pintu lemari dan menguncinya. ia mngambil tas kerjanya dan berjalan keluar kamar.
"Ini bii, uang ku tinggal buat ongkos dan makan siang sampai dua minggu kedepan, jadi tolong bibi bayarkan buat listrik."
Surti menerima uang dari tangan Lupita dan menghitungnya "Cuma delapan ratus? kita harus bayar sejuta depan ratus untuk tiga bulan."
"Ya Allah bii.. bibi pikir aku uang darimana? aku baru sebulan setengah bekerja, itupun masih training dan hanya karyawan magang." ujar Lupita, ia langsung melangkah pergi berjalan kedepan meninggalkan bibinya dan Lolita yang terus ngoceh gak jelas.
Mobil angkot sudah sampai di depan halte, Lupita naik tangga penyebrangan, karena posisi perkantoran milik vandeles ada di sebrang. untuk sampai di perusahaan harus memakai tangga penyebrangan karena tidak bisa lagi lewat jalur bawah yang melintasi roda empat dan roda dua.
Lupita sudah sampai didepan gedung perkantoran Vandeles, pintu kaca terbuka otomatis saat orang keluar masuk. Saat Lupita sudah berada didalam ruangan ia menyapa dengan sopan para karyawan yang lewat.
Sebuah Mobil sedan hitam memasuki gedung perkantoran Vandeles, sebelum keluar mobil seorang pria berbicara pada Asistennya.
"Will, saat aku masuk kedalam gedung itu, kau suruh semua karyawan untuk menundukkan wajahnya, tidak ada yang boleh melihat wajahku, kalau melanggar aku pecat hari ini juga!"
"Memangnya kenapa Tuan? apakah ada yang salah dengan mereka, hingga Tuan membuat peraturan baru?"
"Nggak usah banyak tanya, lakukan apa yang aku perintahkan!"
"Baik Tuan!"
"Ciihh! kenapa juga tuan Georgie mulai aneh, nggak biasanya ia seperti ini? apa setelah ia pulang dari Belanda membuat perubahan pada dirinya." gumam William dalam hati. Ia keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam gedung. Wiliam mulai berbicara pada bagian resepsionis dan meminjam mikrofonnya.
"Selamat pagi semua, hari ini Tuan Georgie vandeles sudah kembali dari Belanda, dan akan memasuki ruangan. Diwajibkan pada seluruh karyawan yang berada di ruangan ini harus menundukan wajahnya disaat Tuan Besar Gorgie masuk kedalam, bila melanggar akan kami pecat!" sekian dan terimakasih.
Suara bisik bisik dari para karyawan pun mulai terdengar, mereka mau tak mau harus mengikuti perintah CEO nya sendiri daripada harus dipecat.
Wiliam berjalan keluar lagi menuju mobil dan membuka pintu belakang untuk Tuan nya.
"Sudah beres Tuan, silakan keluar."
Harlan keluar dari dalam mobil, Pria tampan berkharisma itu memakai kacamata hitamnya dengan setelan jas biru retro, sepatu kulit hitam yang mengkilap menambah daya tarik seorang Harlan, ia berjalan masuk kedalam ruangan diikuti asisten pribadinya dan beberapa bodyguard di belakangnya.
Harlan melihat semua karyawan berdiri berjejer dengan wajah tertunduk, saat Harlan berjalan, ia melihat Lupita sedang berdiri dengan wajah tertunduk dalam. Harlan sempat berhenti dan tersenyum manis.
"Lupita hampir dua bulan kita tidak bertemu, setelah kau dapat pekerjaan dikantor ku, aku harus pulang ke Belanda, tapi kenapa aku selalu teringat padamu." gumamnya dalam hati.
"Eheem!
William sengaja berdehem dan membuyarkan lamunan Harlan, agar ia tidak berhenti dan terus berjalan.
"Ada apa dengan Tuan Georgie, kenapa ia menatap anak training itu." bathin Wiliam tak tenang.
"Tuan maaf, apa anda bisa melanjutkan?" kata William memperingati.
Harlan menoleh pada Wiliam dan melanjutkan langkahnya menuju pintu lift.
Semua karyawan bernafas lega saat Ceo yang terlihat dingin itu sudah berjalan menjauh. Mereka semua masuk kedalam ruangan dan menjalani tugasnya masing-masing. Sementara Lupita selalu jadi bulan bulanan teman satu kantornya, karena ia hanya dianggap karyawan magang biasa jadi mudah disepelekan.
"Lupita kau antar Desain gambar ini kebagian percetakan ya."
"Lupita sekalian kau foto copy gambar desain ini ya."
"Lupita jangan lupa kau ambilkan berkas yang harus aku desain sekarang!"
Kedua tangan Lupita penuh dengan berbagai macam kertas desain dan file yang menumpuk, begitu banyak tugas yang teman temannya berikan untuk ia kerjakan. Lupita gadis yang baik dan pekerja keras, ia tidak pernah menolak atau membantahnya, baginya pekerjaan yang ia dapatkan adalah sebuah tugas dan tidak boleh ditolaknya. Lupita mulai keluar ruangan dan berjalan menuju lantai yang berbeda.
'
'
'
'
'
'
Bersambung 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Erna
segituny harlan menjaga nama besarny,takut di ketahu lupita
2024-01-18
0
Rice Btamban
suruh orang tunduk spy Lupi GK lihat dia 😁😁
2023-01-03
0
Har Tini
perqturan baru bos aneh aneh aja pakai masker bang biar karywan ga bisa lita wajah tampan babang😎
2022-06-03
0