Waktu terus berjalan dengan cepat, tak terasa setahun telah berlalu.
Didalam sebuah kamar seorang pria dengan perawakan tinggi besar baru saja selesai mengenakan Tuxedo yang melekat ditubuh Atletisnya. sorot mata tajam bagai sinar lampu yang bercahaya, terlihat maskulin dengan berewok tipis di tulang rahang nya.
"Harlan apa kau yakin ingin tinggal lama di Jakarta? tanya Mak Isah wanita paruh baya yang selalu setia menemani anak angkatnya.
"Mak, ini sudah keputusan ku, sebentar lagi proyek ku akan rampung. perusahaan baruku membutuhkan banyak karyawan dan aku harus berada disana dalam waktu yang lama."
Mak isah menghela nafas dalam "Baiklah Mak akan ikut denganmu, Mak tidak akan tega meninggalkan dirimu sendiri disana, apalagi disana Nagara Mak juga."
"Terima kasih Mak." Harlan mencium tangan Mak isah, wanita yang berarti dalam hidupnya setelah ibu kandungnya.
"Kalau begitu Mak akan beres beres dulu."
Harlan tersenyum sumringah, akhirnya ibu angkatnya mau ikut bersamanya pulang ke Jakarta.
Sebuah sedan merah masuk kedalam mansion dan terparkir di depan halaman luas. Turun seorang wanita cantik dan seksi berjalan masuk kedalam mansion, pelayan membungkuk saat wanita itu sudah berada didalam ruangan.
"Siang Nona, Anda ingin bertemu dengan siapa? tanya kepala pelayan sopan.
"Tentu saja dengan Tuan anda." ucapannya dingin dan nada bicaranya angkuh. Ia berjalan melewati para pelayan.
"Maaf Nona, anda tidak bisa langsung masuk menemui Tuan Georgie." seru kepala pelayan menahan wanita angkuh itu.
"Haii..pelayan! apa hak mu melarang aku untuk bertemu dengan Georgie! kau tahu bukan siapa aku ini? aku bisa saja menyuruh Paman Alfonso memecat mu, karena kelakuanmu yang tidak sopan padaku!! hardik wanita itu.
"Margareth! berhenti kau memakai jhon! dia hanya menjalankan tugas di mansion ini! Suara lantang harlan terdengar menakutkan. semua pelayan tertunduk, hanya Margareth saja yang berani menatapnya.
"Goergie maaf aku tidak ingin membantahnya, tapi pelayan mu itu tidak sopan padaku? apakah dibenarkan menyambut tamu seperti itu?!
"kurasa kau saja yang berlebihan, sopanlah bila kau datang ke rumah orang dan ingin dihargai!" ucapan Harlan begitu menusuk hati Margareth. Harlan gelengkan kepala dan berjalan melewati Margaret begitu saja.
"John siapkan mobil untukku!"
"Baik Tuan!
"Jhon dimana William!"
"Saya disini Tuan muda, maaf aku terlambat." will berlari kecil dan memberi hormat.
Margareth berlalan mendekati Harlan. "Goergie aku ingin bicara penting denganmu?"
"Bicaralah! ucap Harlan dingin, tanpa menoleh.
Bisa kah kita bicara ditempat lain? rasanya disini tidak enak bicara disini"
"Aku tidak ada waktu lagi, aku harus temui client hari ini!
Margareth mendengus kesal dalam hati, Ia merutuki setiap ucapan Harlan yang membuatnya sakit hati.
"kudengar kau akan pulang ke Indonesia!"
"Iya! jawabannya singkat.
"Lalu bagaimana dengan bisnis yang akan kita jalani Goerge? bukanlah kesepakatan kerjasama kita sudah disepakati?!"
"Yang bekerjasama denganmu adalah pamanku Alfonso, bukan Aku!"
"Tidak mungkin! sudah jelas disurat perjanjian itu atas nama mu bukan Paman mu!"
"Bagiku, namaku atau nama pamanku adalah sama saja! Paman adalah bagian dari hidupku juga. Bila aku tidak ada disini untuk ikut andil bekerjasama dengan mu, sudah pasti Paman ku sendiri yang menanganinya. lalu apa masalahnya denganmu!"
"Tuan muda mobil anda sudah siap!"
"Maaf Margareth, aku tidak bisa lama-lama di sini!"
"Will..!"
"Siap Tuan muda!"
Harlan pergi begitu saja meninggalkan Margareth yang masih berdiri mematung.
"****! dasar pria angkuh! seumur hidupku belum pernah sekalipun pria yang menolak diriku, apalagi pergi meninggalkan ku begitu saja!"
Mobil Harlan pergi meninggalkan mansion. Didalam mobil Harlan duduk manis sambil mengetik sebuah pesan.
"Will, jam berapa keberangkatan ku bersama ibuku."
"Sore ini Tuan, selesai meeting kita lngsung berangkat ke Bandara."
"Tinggal berapa persen lagi perusahaan ku rampung."
"Menurut pengawas di Indonesia, tinggal 5% lagi Tuan, kita masih membutuhkan beberapa karyawan untuk bekerja di bagian Arsitek."
"Bagus! cepat selesai urusan disini, aku ingin kembali ke Negara ibu angkatku yang penuh kedamaian."
****
Siang itu selesai bertemu dengan Clint untuk membereskan tugasnya di Belanda, Harlan berniat untuk menemui pamannya Alfonso sebelum berangkat ke bandara, Mobil berhenti didepan teras mansion megah itu.
"Siang Tuan Georgie!' sapa seorang pelayan rumah Alfonso sopan.
"Dimana paman?"
"Sedang berada di ruangan kerjanya, silakan Tuan akan aku antar."
"Baik, terima kasih."
Harlan mengikuti langkah pelayan itu dan membuka kan pintu untuknya.
"Siang Paman, maaf aku datang mendadak."
Alfonso masih sibuk dengan pekerjaannya, membaca sebuah artikel ditangannya. ia melepas kacamata minus dan menaruhnya diatas meja, menatap dalam wajah keponakannya.
"Apa kau yakin ingin meninggalkan Negara ini?" beranjak dari duduknya dan berdiri didepan jendela membelakangi Harlan.
"Aku tidak meninggalkan Negara ini paman, pasti aku akan kembali lagi. Bagaimanapun juga Belanda adalah negaraku, tempat kelahiran aku dan kedua orangtuaku. Aku tidak akan pernah melupakan itu."
"Apa keputusanmu sudah bulat? bagaimana bila musuh musuh ayahmu ingin melukaimu, dan mengejarnya sampai kesana? paman tidak bisa menjagamu disana."
"Paman tidak usah khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri dengan baik"
"Baiklah bila itu sudah keputusanmu, paman tidak bisa merubah prinsip mu yang keras kepala itu, kau mirip sekali dengan Alfedro ayahmu!"
Harlan berjalan mendekat pada Alfonso dan memeluk pria paruh baya itu.
"Terima kasih paman, aku akan sering kembali kesini, di Indonesia adalah rumah kedua ku, bagaimna pun juga aku besar di Negara itu.'
"Jaga dirimu baik-baik." menepuk punggung Harlan.
"Aku permisi!" Harlan membungkuk dan pergi meninggalkan mansion Alfonso.
Keberangkatan Harlan, Mak isah dan Wiliam berjalan lancar tanpa hambatan. Mereka bertiga berada didalam pesawat ekslusif, tentu saja dengan pengawalan ketat dari orang orang suruhan pamannya, mereka terus berjaga sampai Harlan selamat sampai Indonesia.
Mobil Harlan sudah terparkir di depan bandara. seorang Supir datang memberi hormat, membawa koper Tuannya dan menaruh di bagasi.
Dua jam kemudian Mobil Harlan masuk kedalam perumahan Elite dengan penjagaan super ketat. Rumah yang mewah berlantai empat itu terekspos dari luar yang terlihat megah dipinggir jalan raya. didepan teras ada halaman luas yang ditumbuhi tanaman bunga dan sebuah kolam ikan buatan, terlihat asri dan segar. Rumah besar itu baru saja selesai dibangun dengan Arsitektur Eropa. Terdapat pilar pilar besar yang menjulang tinggi, warna crem dan Gold mendominasi rumah Harlan Georgi vandeles.
'
'
'
'
'
'
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁
aku penasaran sama visual nya Harlan 😥😥😥 klo visualnya Margaret mah enggk Secara pasti judes
2023-11-28
0
HARTIN MARLIN
menyimak dulu
2023-11-22
0
☯︎𝚋𝚒 𝚋𝚘𝚢¹¹
paman lu masih khawatir banget tuch ma lu Harlan, smoga aja lu di Indonesia hidup dengan aman
2023-03-23
1