Tidak terasa 2 tahun pun telah berlalu kini Satrio sudah menjadi pria dewasa yang tampan, gagah, suka senyum dan suka membantu siapa pun hingga masyarakat daerah itu menyebut nya manusia setengah dewa dengan semua sikap nya yang penuh welas asih.
Begitu banyak orang yang mengagumi nya namun ada saja yang membenci nya hingga terkadang Satrio merasa bingung dengan sikap nya yang harus bagaimana dalam bersikap, namun begitulah manusia ada pro dan kontra tidak pernah nama nya ke adilan sebab akan di kata kan adil oleh yang pro dan di katakan menindas bagi yang kontra.
Tidak bisa kita memaksakan keinginan kita kepada seseorang lalu bagaimana seharusnya sikap kita bila di hadap kan pada situasi seperti itu bersikap lah netral dan selalu jaga hati mu agar tetap stabil agar hati mu tidak kecewa dan rusak.
......................
Selama di sekolah Satrio sudah sangat berubah dalam segala hal yang biasa nya Satrio biasa tersinggung dengan ucapan kawan - kawan nya kini Satrio lebih diam dan tersenyum semua hinaan yang keluar dari mulut kawan - kawan nya di balas nya dengan prestasi dan sikap yang bisa menjadi teladan di sekolah.
Sepulang sekolah biasa nya Satrio hanya di rumah dan membaca komik nya namun saat ini setiap pulang sekolah Satrio pergi ke sungai bila tidak Satrio duduk di pematang sawah sambil mengajak bicara tumbuh an dan burung - burung di sana.
Namun siang itu tiba - tiba Satrio melihat Syeh Qori' yang sedang duduk di sebuah saung sedang membuat layang - layang.
" Assalamualaikum Syeh Qori' sedang apa di sini."
Tanya Satrio sambil tersenyum berdiri di samping Syeh Qori'.
" Wa'allaikumusallam saya sedang membuat layang - layang nak, Udara nya seperti nya bagus."
Kata Syeh Qori' sambil tersenyum sambil melanjutkan membuat layang - layang.
" Bukan nya benang nya bisa melukai tangan mu Syeh."
Tanya Satrio sambil mengernyitkan dahi nya melihat Syeh Qori' yang sibuk membuat layang - layang.
" Benang tidak akan melukai tangan selama benang itu tidak tertarik oleh layang - layang nak, Begitu juga benang yang di dalam hati manusia bila benang itu masih dalam kendali maka tidak akan melukai manusia lain nya namun bila benang dalam hati kita sudah lepas maka akan rusak lah kehidupan nya dan akan berimbas kepada manusia yang lain nya."
Kata Syeh Qori' menjelaskan sebuah pengajaran kepada Satrio tentang kehidupan.
" Namun sering kali berubah terbawa arus keinginan hingga hilang kendali di karena kan orang lain."
Kata Satrio sambil memandang padi yang baru saja di tanam.
" Maka dari itu jaga lah hati mu dan jangan sampai orang lain mampu merubah mu atau pun menyakiti mu dengan cara kamu bersikap tenang, tegas dan flexsibel maka orang lain pun tidak akan pernah bisa melukai mu nak."
Kata Syeh Qori' sambil tersenyum memberikan layangan itu kepada Satrio.
Di saat itu menjadi suatu pengajaran hal baru bagi Satrio untuk menjalani kehidupan nya, selama ini Satrio tidak pernah mendapat kan hal seperti itu yang Satrio terima hanyalah kenikmatan duniawi tanpa ada pengajaran hidup Satrio di rasa seperti layang - layang yang putus dari benang nya ter obang ambing tidak tentu arah.
Setelah menerima layang - layang itu Satrio pun berjalan pulang sesampai nya di depan pagar rumah nenek nya Satrio lumayan terkejut sebab melihat mobil ambulance yang terparkir di situ.
Siapa yang sedang sakit atau jangan - jangan Nenek kambuh lagi sakit nya.
Gumam Satrio dalam hati nya lalu segera berlari masuk ke dalam rumah nya dan ternyata benar nenek nya Satrio kambuh sakit nya, memang semenjak Satrio mengatakan bahwa diri nya masuk islam nenek nya lebih banyak diam dan sangat jarang makan bersama seperti nya nenek nya Satrio merasa kecewa dengan keputusan Satrio dan menghukum diri nya dengan cara seperti itu.
" Nek kenapa."
Kata Satrio sambil berjalan mengikuti blangkar yang membawa nenek nya menuju ambulance.
" Tio awas kamu di rumah saja tunggu mbak Arik pulang lalu bilang kalau Ibu sama aku ke rumah sakit."
Kata Mbak Elly sambil masuk ke dalam mobil ambulance.
Saat itu Satrio sangat sedih melihat nenek nya yang kambuh sakit nya dan Satrio pun merasa bahwa diri nya lah penyebab nenek nya kambuh namun Satrio juga tau harus berbuat apa bahkan Satrio bingung jalan mana yang harus di tempuh nya, apakah bertahan dengan iman islam nya kah atau kembali seperti dulu dan meninggal kan iman islam nya.
Setelah mobil ambulance berlalu dari hadapan Satrio, alam pun seakan bereaksi seperti merasakan juga kesedihan yang Satrio rasakan, yang awal nya matahari sangat cerah tiba - tiba menjadi tertutup awan dan angin pun bertiup lumayan kencang menjadi sebuah pertanda bahwa akan turun hujan yang sangat lebat.
Ya Allah tunjuk kan lah jalan bagi ku agar aku tau jalan mana yang harus ku tempuh agar aku mendapat ridho Mu ya Allah.
Teriak batin Satrio sambil meneteskan air mata di pipi nya sebab Satrio tidak tega melihat nenek nya dan Satrio pun mempersalahkan diri nya, tiba - tiba Satrio mendengar suara yang sudah tidak asing dari arah langit bersamaan dengan gemuru petir yang bersaut - sautan.
" Anak ku jangan lah engkau bersedih semua yang hidup pasti akan mati dan itu lah sudah menjadi kodrat mahkluk hidup jangan lah engkau mempersalahkan diri mu sendiri anak ku."
Kata suara itu sangat jelas di telinga Satrio.
" Iya Bapa sebelum hal ini terjadi pun aku sudah di beri nasehat dan pelajaran baru yang harus aku amal kan, jadi aku harus tetap menjaga hati ku di dalam iman Islam ku Bapa."
Jawab Satrio sambil tersenyum menatap langit.
Tidak begitu lama reda lah kondisi alam yang seakan - akan badai datang dan mengahancur kan semua yang ada di muka bumi, jam 4 sore tepat arik pun sampai di rumah nya sedang kan Satrio masih duduk di teras menunggu kepulangan Arik.
" Mbak Arik Nenek di bawa ke rumah sakit sama Mbak Elly pakek ambulance."
Kata Satrio sambil berdiri dari tempat duduk nya.
" Ada apa dengan Ibu ku kenapa di bawa ke rumah sakit pasti ini ulah mu kan Satrio lihat saja kalau sampai terjadi apa - apa dengan Ibu ku jangan harap kamu masih tinggal di sini."
Kata Arik sambil berlalu pergi dari hadapan Satrio.
Saat itu Satrio hanya mampu tersenyum melihat mbak Arik yang selalu menyalahkan Satrio meski sebenar nya bukan Satrio penyebab nya namun tetap saja Satrio jadi imbas nya.
"Astoufirullahalazim ya Allah lembut kan lah hati mbak Arik agar hati nya tidak rusak dan bisa melihat kebenaran."
Kata Satrio sambil melihat mobil Arik melaju sangat cepat menuju rumah sakit di mana Ibu nya di rawat.
Di kondisi seperti itu Satrio harus benar - benar menjaga hati nya tetap tenang, bagaikan di tengah lautan lepas di hadang oleh badai namun harus tetap tenang dan waspada, sebab dengan hati yang tenang akan muncul cahaya di tengah kegelapan dan bila sudah seperti itu maka kita akan kehilangan arah untuk melangkah.
Saat itu Satrio ingin sekali menjalan kan sholat magrib di kampung sebelah yang kata nya mushola nya kurang terawat sebab warga sekitar situ lebih memilih sholat di rumah masing - masing yang beragama muslim sedang kan warga di kampung sebelah itu mayoritas warga nya non muslim, jadi entah alasan itu hingga mushola itu kurang terurus.
Sesampai nya Satrio di mushola itu segera Satrio mengambil sapu untuk membersihkan lantai nya sambil dalam hati nya menyebut asma Allah, setiap langkah dan hembusan nafas Satrio adalah dzikir asma ulhusna di kondisi apa pun hati nya selalu berdzikir hanya saat masuk kamar mandi Satrio menghentikan dzikir nya.
Hingga datang lah beberapa orang menghampiri Satrio dan seperti nya berita tentang Satrio suka membantu orang lain dan suka menyembuhkan orang sudah terdengar hingga di kampung sebelah itu.
" Hay anak muda siapakah diri mu kami baru melihat mu di sini."
Kata laki - laki yang bertubuh kekar.
" Assalamualaikum maaf Kang saya Satrio dari kampung sebelah ingin sholat magrib di sini tapi itu tadi saya lihat kok mushola nya kotor jadi saya sapu dan pel terlebih dahulu Kang."
Jawab Satrio sambil senyum kepada mereka yang wajah nya menunjuk kan raut tidak suka kepada Satrio.
Setelah mereka saling berbisik sambil terus mata nya memperhatikan Satrio.
" Hay anak muda kami tau siapa kamu, kamu adalah Satrio anak haram yang terlahir tanpa seorang Bapak dan kamu pun bukan orang muslim sebab keluarga mu nenek mu bukan Islam jadi jangan berpura - pura baik namun di belakang kami kamu membuat siasat busuk."
Kata laki - laki itu lagi dengan nada tidak suka serta pandangan sinis.
" Astoufirullohazim Kang jangan membuat fitnah Kang Allah akan murka Kang."
Jawab Satrio sambil masih mencoba tenang menghadapi segerombol laki - laki itu.
" Kamu yang membuat fitnah dengan sikap mu itu dasar DAJJAL!"
Kata segerombol laki - laki itu meledek Satrio yang sedang memegang sapu.
Kira - kira apakah yang akan di lakukan oleh Satrio kepada segerombolan laki - laki yang sudah mengatai diri nya Dajjal.
Ikuti terus kisah hidup Satrio yang terpingit oleh alam dan semoga bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa dukung terus author dengan like, komen, hadiah dan favorit agar author semangat update nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Jukir *As You* (hiat)
Sak Apik-apike Wong Yen Aweh Pitulung,Kanthi Cara Dedhemitan!
yo gk satrio?
2022-03-13
2
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
benar2y tuh org mnt w getok
2022-02-22
0
EsterEka.
terkadang bnyk segelintir org menghakimi kehidupan org lain, walaupun mungkin kehidupan pribadi na blm tentu lbh baik dr org yg di hakimi nya... semua mahluk yg bernafas di muka bumi ini pasti akan mati krna kematian itu pasti, dn kt akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kt di dunia di hadapan Tuhan.
2021-12-29
0