SATRIO YANG TERPINGIT ALAM
Di sebuah kota kecil lahir lah anak laki - laki yang bernama Satrio Wicaksono yang biasa di panggil Tio oleh kawan dan saudara - saudara nya.
Sejak awal kelahiran nya begitu banyak keanehan - keanehan yang terjadi contoh nya awal kelahiran nya telah di sambut dengan angin, hujan serta guntur yang ber saut - saut an, namun semua hal itu di anggap suatu kebetulan saja bagi orang tua Satrio dan nenek nya dan kelahiran Satrio juga aneh sebab tidak di usia 9 bulan dalam kandung an namun hanya 5 bulan dalam kandung an Satrio kecil sudah terlahir dengan ukuran bayi yang normal dan masih banyak lagi keanehan - keanehan.
Mari kita semua melihat bagaimana kehidupan Satrio yang saat ini sudah berusia 5 tahun.
Sejak pagi seperti biasa bila hujan di kota itu tiada henti nya hingga ke esok an hari nya pun masih turun hujan meski tidak dengan intensitas tinggi, siang itu Satrio kecil sedang duduk di teras bersama nenek nya sambil sesekali Satrio kecil memandang bunga melati yang sedang berbunga di taman kecil di depan teras.
" Nek,Siapa sih sebenar nya Bapak dan Ibu ku?"
Tanya Satrio sambil merasa takut bila Nenek nya marah pada nya sebab menanya kan hal tersebut.
" Tio harus berapa kali Nenek harus berkata sama kamu bahwa kamu anak Nenek yang Nenek temu kan di sungai belakang rumah saat banjir besar"
Jawab Nenek nya dengan sedikit menghela nafas mengingat semua kejadian yang telah menimpa keluarga itu.
Kemudian Satrio pun hanya mampu tertunduk sedih mendengar pernyataan Nenek nya tersebut namun Satrio tidak menunjuk kan kesedihan nya tersebut pada Nenek nya, Satrio sedari kecil sudah terlatih untuk diam meski hati nya terasa perih dan sedih.
Tiga hari kemudian cuaca pun begitu cerah dan kebetulan sekali hari itu Nenek nya Satrio keluar dengan tante nya untuk mengambil pensiun, ya maklum lah Kakek nya Satrio dulu nya tentara sebelum meninggal dunia.
Setelah Nenek dan Tante nya Satrio pergi tidak lama kemudian Satrio pun mengendap - endap keluar dari rumah lewat pintu belakang agar tidak ada yang mengetahui ke pergi an Satrio, saat itu Satrio berjalan menuju sungai yang lumayan deras arus nya dan di sisi sungai itu ada sebuah batu besar yang asal nya dari sebuah gunung saat meletus tepat dengan waktu kelahiran Satrio.
Sekitar 15 menit kemudian sampai lah Satrio di sungai yang letak nya tidak begitu jauh dari rumah nenek nya lalu segera lah Satrio naik ke atas batu besar tersebut, sesampai nya di atas batu tersebut Satrio berdiri dan melihat ke arah arus air sungai yang mengalir begitu deras nya sambil dalam batin nya berkata.
Kalau aku saat banjir besar tersangkut di atas batu ini berarti orang tua ku tinggal nya di arah sana.
Batin Satrio sambil tangan nya menunjuk ke arah sisi kiri nya lalu Satrio duduk di atas batu besar tersebut sambil memandang langit dan awan yang sedang ber kejaran.
Sekitar 30 menit Satrio duduk di atas batu itu sambil berteriak dalam batin nya siapa sebenar nya bapak dan ibu ku lalu mengapa aku di buang apakah benar mereka tidak menginginkan aku, lalu menetes lah air mata Satrio di pipi nya merasakan kepedihan hati nya dan seketika itu awan gelap menyelimuti langit yang awal nya cuaca begitu cerah dan guntur pun mulai ber saut - saut an, saat itu Satrio memutus kan untuk segera pulang dan mencoba menuruni batu besar tersebut namun naas nya Satrio kecil terpeleset dan jatuh ke aliran sungai yang lumayan deras dan pasti nya Satrio hanyut terbawa arus.
Satrio sudah tidak sadar kan diri sebab terbawa arus aliran sungai yang lumayan deras, namun tiba - tiba ada sesosok laki - laki yang tubuh nya bersinar menolong Satrio kecil dan membawa nya ke sebuah gubuk, sambil menunggu Satrio tersadar laki - laki tersebut membuat perapi an lalu duduk di samping Satrio.
Tidak begitu lama Satrio pun tersadar kemudian segera lah terduduk sambil melihat sekitar dan melihat baju nya apakah basah dan kotor sebab seingat Satrio dia terjatuh di sungai dan lalu terbawa arus namun baju Satrio tidak basah dan tidak kotor sama sekali dan saat Satrio melihat laki - laki tersebut Satrio lumayan terkejut siapa laki - laki tersebut yang telah duduk di samping nya sambil tersenyum ramah penuh kasih sayang itu dan baju nya pun begitu bersinar.
" Jangan takut anak Ku,Aku sangat menyayangi mu dan Aku tidak akan pernah membiarkan kau terluka "
Kata laki - laki itu sambil tersenyum dan mengelus kepala Satrio yang masih kebingungan siapa laki - laki tersebut..
" Anda siapa saya tidak pernah melihat anda di kampung ini????? "
Jawab Satrio sambil melihat laki - laki itu dengan tatapan penuh tanya.
"Aku Bapa mu nak,Aku yang menolong mu tadi saat kau hanyut terbawa arus jadi mulai saat ini kau tidak usah sedih lagi ya anak Ku "
Kata laki - laki itu lagi sambil tersenyum dan memberi kan buah apel hijau kepada Satrio yang masih terlihat bingung.
Kemudian Satrio teringat bahwa waktu semakin siang dan jangan - jangan nenek dan tante nya sudah pulang bila mereka tau Satrio tidak di rumah bisa - bisa dipukuli Satrio dengan nenek nya sebab main tanpa ada yang menemani.
" Eeeeeemmmmm Bapa aku harus pulang sebelum Nenek dan Tante ku pulang bila mereka tau aku main tanpa ada yang menemani bisa - bisa aku dipukuli mereka "
Kata Satrio dengan begitu panik dan ketakutan sebab merasa bersalah main tanpa izin terlebih dahulu kepada nenek atau tante nya.
" Baik lah mari aku antar pulang anak Ku tapi janji mulai sekarang kau jangan bersedih hati ya sebab kau sekarang sudah tau Aku lah Bapa mu dan kau putra ku yang tunggal "
Jawab laki - laki tersebut sambil berdiri dan menurun kan Satrio dari tempat duduk nya dan mencium kening Satrio dengan penuh kasih sayang.
Saat itu Satrio hanya tersenyum dan mengangguk sambil memegang buah apel hijau pemberian laki - laki itu, kemudian Satrio pun di antar kan pulang dan tidak semua orang bisa melihat laki - laki tersebut hanya Satrio yang melihat nya.
Sesampai nya di depan rumah Nenek nya Satrio pun membuka pagar rumah Nenek nya dan di taman depan rumah nenek nya ada Mbah Dipo tukang kebun di rumah itu sedang memotong rumput dan lumayan terkejut melihat Satrio masuk lewat depan sebab Mbah Dipo berfikir Satrio sedang di dalam rumah bukan di luar rumah.
" Lo lo Aden Satrio dari mana kok tau - tau masuk dari situ Den memang aden dari mana ???"
Kata Mbah Dipo sambil masih bingung dan menunjuk pagar yang masih terbuka setelah Satrio buka.
" Mbah Dipo Nenek sama Tante sudah pulang belum???? "
Tanya Satrio kepada mbah Dipo yang masih berdiri bingung melihat Satrio yang aneh di mata nya.
" Belum Den Den jangan duduk situ kotor, Den Satrio duduk di bangku saja sini Mbah Dipo kupas kan buah apel nya "
Kata Mbah Dipo yang masih merasa aneh melihat Satrio yang tidak seperti biasa nya.
Kemudian Satrio pun memberi kan buah apel yang berada di genggaman nya kepada mbah Dipo sambil tersenyum dan pandangan yang sangat tajam membuat yang melihat nya sedikit merinding, kemudian mbah Dipo pun masuk kedalam untuk mencuci apel itu dan akan mengupas nya tiba - tiba datang lah mbak Rahayu dari arah belakang mbah Dipo sambil membawa ember cucian.
" Mbah mau ngapain kok nyari piring nya Den Satrio??? "
Tanya Mbak Rahayu sambil meletakan ember di samping kulkas.
" Ini lo Yuk aku mau mengupas kan apel buat Den Satrio"
Jawab Mbah Dipo yang masih sibuk mencari piring kecil kesukaan Satrio.
" La kok malah di kasih apel la wong Den Satrio waktu nya makan siang kok Mbah - Mbah ya sudah mana itu apel nya saya kupas dan mbah suapin Den Satrio ya mbah"
Kata Mbak Rahayu sambil menyerah kan piring pada Mbah Dipo.
Kemudian Mbah Dipo pun berjalan menuju teras depan rumah itu namun lagi - lagi Mbah Dipo di buat kaget dengan ulah Satrio, saat Mbah Dipo di depan pintu Mbah Dipo melihat Satrio sedang melambai kan tangan ke arah tiang bendera.
" Walah tiang bendera la kok di dadain to ya nama nya anak - anak sering bikin orang tua bingung"
Gumam Mbah Dipo yang segera duduk di hadapan Satrio untuk menyuapi Satrio makan siang.
" Ayo sekarang Den Satrio makan dulu ya nanti setelah makan baru makan apel nya biar perut nya tidak sakit ya anak ganteng "
Kata Mbah Dipo sambil menyendok kan nasi, sayur dan ayam goreng
Saat itu Satrio hanya mengangguk dan senyum dan tidak begitu lama Mbak Rahayu pun menghampiri Mbah Dipo dan Satrio untuk memberi kan buah apel nya dan sat itu makan siang Satrio telah habis dan saat melihat Mbak Rahayu membawa apel Satrio pun segera mengambil apel tersebut dan memakan nya dengan tenang dengan pandangan masih menatap ke taman di depan nya sambil sesekali tersenyum.
Mbah Dipo lumayan keheranan melihat tingkah Satrio sebab selama ini Satrio paling susah untuk makan nasi bahkan sejak kecil Satrio makan nya umbi - umbi an bila di suruh makan nasi pasti tidak pernah habis, beda dengan siang ini makan siang nya habis bahkan masih lagi makan buah apel habis juga.
"Den Satrio Mbah Dipo bawa masuk piring nya dulu ya nanti Mbah Dipo temani lagi di sini."
Kata Mbah Dipo sambil melihat wajah Satrio yang tidak seperti biasa nya.
Saat itu Satrio hanya melihat ke arah Mbah Dipo sambil senyum dengan pandangan yang tajam dan mata nya pun bercahaya, saat itu juga Mbah Dipo pingsan sebab Mbah Dipo lumayan ketakutan melihat perubahan Satrio siang itu, saat Mbah Dipo pingsan Satrio pun turun dari tempat duduk nya dan berjalan menuju kamar nya untuk tidur siang sebab mata nya mengantuk padahal Satrio selama ini bisa di bilang tidak pernah tidur siang.
Wahhhh seperti nya reader makin penasaran saja ya dengan apa yang terjadi pada Satrio.....ikuti terus perjalanan kehidupan Satrio yang di pingit oleh alam.
Jangan lupa like, komen, share n raet nya ya kawan - kawan.😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Fatkhur Kevin
bagus
2024-07-23
2
Mat Grobak
cerita nya menarik
2022-05-04
1
Styaningsih Danik
ehhh kayak cerita goblin didrama korea...cuaca tergantung sama perasaannya goblin...pas seneng cerah pas sedih hujan kilat pas galau hujan gerimis pas marah badai topan...tapi aq syukaa ceritamu thor👍
2022-03-28
2