Anggi
Ia lebih banyak diam sepanjang satu jam perjalanan menuju ke pantai. Meskipun Dio selalu berusaha mengajaknya mengobrol di antara deru suara mesin motor dan desau angin. Hingga pertanyaan sering tak terdengar atau jawaban yang ia berikan sama sekali tak nyambung. Benar-benar alur komunikasi yang cukup kocak.
Apalagi pikirannya justru dipenuhi oleh hal aneh, seperti mengagumi punggung Dio yang tegap dan harum. Pastinya bisa jadi tempat yang nyaman untuk bersandar. Eaa.
"Kamu jadi pendiam," ujar Dio saat mereka sama-sama membuka helm di tempat parkir.
"Ah, masa sih?" ia hanya bisa meringis. Berarti biasanya ia ceriwis?
"Kecapaean?"
Kenapa sih kamu selalu perhatian. "Lagi libur cape ngapain," ia mencoba tertawa.
"Nah, gitu dong, ketawa."
Membuatnya tersipu. Anggi! Please deh! Ini kan Dio teman sekelas pas SMA. Kenapa jadi ganjen gini sih!
Huhu tapi memang pesona Dio jadi bertambah berkali lipat dibanding waktu SMA. Ada aura berbeda yang memancar. Aura kecerdasan, percaya diri, tanggung jawab, sekaligus masa depan cerah.
"WOIII! TELAT KALIAN!!"
Teriakan cempreng Fira membuyarkan lamunannya yang semakin melantur tak karuan.
"Sori sori ...." Ia pun bergegas menghampiri mereka dan langsung cipika cipiki dengan Fira.
"Mesti mangan disit neng umaeh Anggi (pasti makan dulu di rumah Anggi)?!" tuduh Bayu ke arah Dio yang langsung tertawa.
"Ora lah (enggak lah)," Dio masih tertawa lebar. Dan ia benar-benar tak sanggup untuk melewatkan pemandangan indah ini.
"Mangan ketan susu tok, ora mangan sega ora (makan ketan susu aja, nggak makan nasi enggak)."
"Lha kuwe mangan (nah, tuh makan)!" sembur Chris.
"Iya iyaa," Dio masih terus tertawa. Membuat matanya tak berani untuk berkedip sekalipun. Seolah enggan melewatkan tawa renyah khas Dio. Yang membuat keseluruhan hatinya menghangat dalam sekejap.
Oh, ya ampun.
"Eh, Nggi, apa kabar? Ko dadi gering cungkring (kamu jadi kurus cungkring gini sih)? Ora tau mangan ya neng Jogja (nggak pernah makan ya di Jogja)?" Chris beralih bertanya ke arahnya. Membuatnya buru-buru mengalihkan pandangan dari Dio yang juga sedang menatapnya.
"Enak aja! Ko ndean sing ora tau mangan (kamu kali yang nggak pernah makan)."
Chris dari dulu tak pernah berubah, selalu paling slim di antara mereka berenam.
"Aku emang udah dari sononya kek lidi begini," Chris tertawa, sementara ia hanya mencibir.
"Kapan balik?" Bayu mengangkat alis. "Kalau bisa bareng biar ada temen ngobrol," mereka sering berkereta berdua. Ia turun di Jogja, Bayu di Surabaya.
"Dua harian lagi kayaknya. Udah mulai workshop sama gathering soalnya. Kamu kapan?"
"Semingguan lagi deh. Masih ada yang perlu ku urus di sini."
"Nggak bisa bareng dong," ia tertawa.
"Jadi ngospek?" Fira memotong percakapannya dengan Bayu.
"Hah ... ya jadi lah. Udah ikut oprec."
"Lumayan bisa ngecengin maba yang uwu uwu," Chris menggoda.
"Dih!" ia kembali mencibir.
"Motivasi utama apa niat terselubung nih?" Bayu tertawa. "Kalo kamu kan buat ...."
"Buat menuh-menuhin CV," tebak Fira yakin.
"Anjay, ambis detected," Chris geleng-geleng kepala.
"Salah satunya. Aku kan mau ngajuin beasiswa semester ini," ia pun mengakui, sedang memerlukan banyak poin tambahan sebagai nilai plus.
"Beasiswa?" Dio menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Iya, doain ya. Sainganku anak hits semua. IPK sama portofolionya ngeri," ia bergidik membayangkan harus bersaing dengan Rayyan, Galin, dan sederet BA fakultas lainnya.
"Kamu bukannya ngospek juga?" Bayu beralih ke arah Dio.
"Iya, besok balik," jawab Dio.
"Liburr liburr, nugas melulu," Chris mencibir.
"Bener bener," Bayu ikut menggelengkan kepala.
"Ada diklat. Kalau bukan Bunda nyuruh pulang juga, aku mending stay di sana, lagi banyak kerjaan."
"Iyaaa ... calon Menristek mah bedaaa, liburan bukannya hore hore malah mikirin kampus," seloroh Fira yang justru diaminkan dengan sungguh-sungguh olehnya meski hanya di dalam hati.
Tak terbayangkan andai kelak Indonesia memiliki Menristek seperti Dio, pasti langsung viral di media dan dijuluki, most eligible state minister of research and technology ever. Ia jadi tersipu sendiri membayangkan hal tersebut.
Dio hanya tertawa menanggapi cibiran anak-anak. Kemudian mereka mulai saling melempar candaan, ejekan, hinaan, hingga lama-lama berubah menjadi obrolan yang lebih tenang dan serius. Kebersamaan 3 tahun di SMA membuat mereka merasa saling memiliki satu sama lain.
"Inne apakabar ya?" mata Fira menerawang mengingat satu di antara mereka tak lagi bisa sering bersama.
"Bukannya di Bandung?" Chris yang menjawab, sambil melirik Bayu yang wajahnya berubah mendung.
"Kamu pernah ketemu nggak?" Fira bertanya kearah Dio.
"Aku juga nggak tahu Inne tinggal di mana," Dio menggeleng.
"Bilangnya sih tinggal sama Pakdenya di Lembang," ia ingat waktu terakhir kali bertemu dengan Inne hampir setahun yang lalu. "Lagi sibuk bimbel, mau nyoba ikut SBM lagi."
"Aku doain dari sini, semoga Inne lulus di tempat yang diinginkan," Fira membuat tanda di dahi, bibir, kemudian dada dengan mata terpejam. "Amen."
"Gosip-gosip Inne udah kewong bener nggak sih?" Chris melempar pertanyaan sambil melirik tak enak ke arah Bayu yang sedari tadi diam seribu bahasa.
"Ah, yang boneng! Kan katanya mau kuliah masa kawin sih!" Fira mengernyit.
"Habis terakhir Mamiku ketemu sama ibunya Inne, bilang minta doa restu gitu. Kata tetangganya mau dijodohin sama bapak-bapak tua gitu. Terus kalau nggak salah inget, Niken pernah ngobrol Papinya dapet undangan resepsi pernikahan Inne di Bandung. Papinya Niken kan dinas di Bandung.
"Bapak-bapak tua gimana?" Fira makin mengernyit.
"Selisih umur jauh, sampai 20 tahunan gitu," jawab Chris sotoy.
"Jangan nggosip!" Fira melotot. "Masa tega orangtua Inne."
"Nggak segitunya kali. Usia mungkin jauh berbeda tapi nggak sampai puluhan tahun lah," Bayu mencoba menengahi dengan nada pahit. Membuat mereka berempat menoleh.
"Kalau beneran udah nikah, kok nggak ngabarin kita ya?" ia selalu merasa sedih tiap kali mengingat sahabatnya yang satu itu. Sepertinya nasib baik enggan mendekat pada Inne.
"Ntar aku cari info, siapa tahu bisa ketemu Inne," Dio tersenyum. Yang entah mengapa, ia merasa senyum itu khusus untuknya. Ya ampun Anggiiii!!
"Ganti topik dong, jangan yang bikin sedih," Fira mencoba mencairkan suasana. "Kita main di pantai aja yuk."
"Ayo!"
Akhirnya mereka berkejaran di tepi pantai sambil tertawa. Statusnya mahasiswa, tapi begitu berkumpul dan bertemu air, berubah menjadi anak kecil semua.
Namun saat sedang asyik menikmati keindahan senja di pantai sambil tertawa-tawa, ponsel di sakunya tiba-tiba menggelepar-gelepar tanda ada panggilan masuk.
"Nggi! Kamu di mana?! Barang-barang mau di kemanain?!" suara Sinta panik di seberang sana.
"Barang apaan?!" ia mengernyit bingung.
"Kamu lupa?! Tempat kost kita kan harus kosong hari ini!!"
"APA?!?!"
Dan kacau lah suasana liburan bersama. Karena dengan panik ia harus segera pulang ke rumah.
"Anterin aku pulang duluan dong," bujuknya pada semua, tapi tak ada yang menggubris, semua asyik menikmati suasana pantai dengan selfie dan foto-foto.
"Payah ah Anggi!"
"Iya ... kebiasaan deh ...tiap lagi asyik mesti buru-buru pulang!"
"Emang Mamah kamu masih strict juga sampai sekarang?!"
"Bukaan! Bukaan Mamah aku!"
"Terus siapa yang nelpon tadi kalau bukan Mamah kamu nyuruh pulang?"
"Ini Sinta ... temen aku di Jogja ... aku lupa kalau hari ini kost udah harus kosong!" ujarnya panik.
"Aku mesti ke Jogja hari ini juga!"
"Ah yang bener kamu! Udah sore gini!"
Ia pun mengutuki kebodohannya sendiri. Padahal ia yakin 100% kevalidan tulisan di buku agenda, jika jadwal pengosongan kost maksimal tanggal 13 bukan tanggal 3 seperti hari ini.
"Pulang sama aku aja, Nggi!" ujar Dio, cepat dan tangkas.
Yakin deh, sejak SMA, Dio memang selalu bisa diandalkan. Mulai dari mengerjakan tugas kerja kelompok trio horror matematika, fisika, kimia untuk mereka semua. Sampai Dio lah satu-satunya orang yang selalu bersedia menolong siapapun, di manapun dan kapanpun.
"Aku besok udah harus ke Bandung. Biar nggak kemalaman pulangnya ...."
"Heemmm ... heeeemmm ...." Seloroh yang lain, mencoba meledek mereka berdua.
***
Catatan :
Oprec : open recruitment
Workshop & gathering : (disini berarti) proses untuk persiapan ospek
CV. : curriculum vitae, daftar riwayat hidup
Diklat. : pendidikan dan latihan (disini berarti) salah satu syarat masuk organisasi kemahasiswaan
BA : Brand Ambassador
Otw. : on the way, jalan
Ambis : berambisi, terlalu semangat
SBM : SBMPTN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nita Ria Nita
baca yg ke 4 kali nya gak ada bosen" nya.tp penasaran SM cerita tmn" nya Anggi...ada di mn kak auThor cerita nya pengen baca juga😅🤭
2024-11-14
0
Kinanti Dinanti
ntah untuk yg ke berapa kali nya,bca lagi bca lagi...
2024-12-03
0
Titiez Larasaty
bahasanya kok KY bahasaku sih ngapak🤣
2024-12-16
0