Balada Cinta Sang Penari
Bab 1
Suara petir yang memekakkan telinga menyambar di tengah hujan lebat menciutkan hati siapa saja yang hendak keluar rumah. Hujan deras mengguyur kota Semarang hampir seharian penuh membuat banjir di beberapa tempat.
Jam menunjukkan pukul delapan malam, Sari baru saja keluar dari tempat kerjanya. Hari yang cukup melelahkan baginya. Sari mengambil kuliah malam karena dia sendiri harus bekerja untuk salah satu portal berita di siang hari.
Ia salah satu mahasiswi berbakat di bidang jurnalistik. Penampilan cantiknya dengan tubuh semampai, rambut lurus sebahu, kulit putih, dan dikaruniai wajah blasteran Jawa - Belanda membuatnya mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan...to be an Anchor.
Sayang jalan menuju impiannya tidak semudah yang ia bayangkan. Sari harus memulainya dari nol, diawali dengan menjadi penulis lepas. Semangatnya yang tinggi untuk mencapai impiannya mengantar Sari pada titik tertinggi saat ini. Dipercaya meliput berita dan menjadi host untuk sebuah acara.
Sudah sekitar lima belas menit Sari menunggu kedatangan taxi online pesanannya tapi belum juga ada tanda-tanda taxi itu datang. Sebenarnya Sari hendak membatalkan pesanan tapi si sopir taxi online memohon padanya untuk memberinya sedikit waktu. Maklum banjir dimana-mana membuat si sopir taxi kesulitan mencari jalan.
Sari berusaha memahami itu dan ia memutuskan untuk menunggu di sebuah halte tak jauh dari kampusnya. Hujan lebat dan petir masih terus mengguyur kota Semarang membuat udara malam semakin dingin.
Tak berapa lama muncullah taxi yang ia tunggu. Sang sopir taxi bergegas keluar menjemput Sari dengan payung di tangannya.
" Maaf mbak... banjirnya lumayan tinggi di Simpang Lima jadi saya harus cari jalan memutar dulu." kata sang sopir memohon maaf saat Sari sudah duduk di kursi penumpang.
" Iya pak, tidak apa-apa kok namanya juga lagi musim hujan kayak gini biasa kota pasti banjir." jawab Sari sambil terus menatap ke luar jendela mobil
" Matur Nuwun nggih mbak, pesanannya tidak dibatalkan... saya lagi sepi orderan soalnya hari ini." kata sopir itu lagi
Sari tersenyum ke arah sang sopir yang melihatnya lewat kaca spion di depan,
" Iya pak." jawab Sari
Taxi melaju menuju kawasan Bendan Ngisor, tempat kontrakan Sari. Hujan sepertinya belum mau bersahabat dengan malam dan Sari sudah membayangkan repotnya malam ini karena rumah kontrakannya memang bocor di beberapa tempat dan jika hujan lebat seperti ini dipastikan akan ada banjir lokal dari bocoran atap rumah.
Akhirnya sampai juga taxi di depan persis rumah kontrakannya. Sari membayar sejumlah uang beserta yang tips tambahan untuk si sopir.
" Ini uangnya pak, sesuai aplikasi ya."
Sari turun dari taxi dengan payungnya sendiri.
" Nggih mbak... maturnuwun."
Rupanya sang sopir baru menyadari jika uang yang diberikan Sari berlebih,
" Eh mbak, ini uangnya kebanyakan." seru si sopir pada Sari
Sari menoleh dan tersenyum,
" Buat bapak semoga berkah nggih pak."
"Alhamdulillah, maturnuwun mbak."
Sari menganggukkan kepalanya dan segera berbalik untuk masuk ke dalam rumah. Suara petir itu menciutkan nyali ya untuk berlama-lama diluar.
Benar dugaan Sari air tetesan hujan dari atap yang bocor mulai menggenang di beberapa tempat. Dengan cekatan Sari segera mengambil ember untuk menampung tetesan air dan kain pel untuk mengeringkan genangan air.
Semuanya beres dalam waktu singkat, Sari pun segera membersihkan diri dan merebahkan tubuh penatnya di atas ranjang. Dan sialnya listrik padam tak lama setelah Sari tertidur. Ia bahkan tidak menyadari jika listrik di rumahnya padam karena sudah lelap dalam buaian mimpi.
Suara tetesan air di ember penampungan seolah menjadi pengantar tidur bagi Sari. Udara yang dingin, listrik mati dan sesekali terdengar suara katak bersahutan diluar rumahnya membuat malam terasa semakin panjang.
...*********...
Tambak tambak Pawon
Isie dandang kukusan
Ari kebul kebul
Wong nontone pada kumpul
Sayup-sayup terdengar suara syair yang dinyanyikan beberapa wanita.
Sari berusaha menajamkan pendengarannya. Ia berjalan diantara kerumunan orang-orang yang berkumpul di suatu tempat.
Turun sintren, sintrene widadari
Nemu kembang Yun ayunan
Nemu kembang Yun ayunan
Kembange si Jaya Indra
Widadari temurunan
Kidung itu dilantunkan lagi oleh beberapa sinden wanita yang berpakaian kebaya putih. Aroma kemenyan mulai menusuk hidung Sari, rasanya sungguh menyesakkan dada. Hingga Sari menutup hidungnya dengan tangan.
Rasa penasaran membawanya semakin mendekati kerumunan orang-orang itu. Perlahan ia mencoba menyelinap di antara tubuh bercampur peluh. Tubuhnya yang cukup langsing memudahkannya untuk segera mencapai garis terdepan.
Sari terperanjat melihat apa yang ada di depannya. Sebuah pertunjukan sedang dimulai dengan pawang yang memutari sebuah kurungan tertutup. Ditangan pawang itu ada alat untuk membakar kemenyan yang dibawa mengelilingi kurungan.
Beberapa penari wanita tampak menari dengan gemulai sambil sesekali menabur kan bunga diiringi nyanyian tembang dari para sinden.
Tak berapa lama sang pawang berhenti dan berjongkok di sisi lain kurungan. Mulutnya terlihat berkomat kamit merapalkan suatu mantra. Kurungan itu bergetar. Sang Pawang dibantu dua asistennya segera membuka kurungan perlahan.
Sari terkejut melihat sosok dibalik kurungan itu. Ia berkali kali menggosokkan matanya, itu dirinya dalam pakaian penari dan berkacamata. Sari melihat dirinya berdiri didampingi dua pawang di belakangku dan mulai menari.
" Apa yang aku lakukan disana, dimana ini?" gumamnya lirih
Seseorang dengan berpakaian persis seperti sang pawang tiba-tiba telah berdiri di sampingnya dan menarik tangan kanan Sari dengan kasar untuk mengikuti langkah kakinya.
" Hei, siapa kau? Apa mau mu... lepaskan aku!" Teriaknya
Ia berusaha melepaskan tangannya tapi genggaman tangan pria itu begitu kuat hingga yang ada hanya nyeri yang dirasakan.
Pria itu tiba-tiba berhenti dan melepaskan tangan Sari. Ia berbalik dengan menampakkan wajahnya yang penuh amarah seraya menunjuk ke suatu arah.
Sari mengikuti arah yang ditunjuk si pria bermuka marah itu, ia kembali dikejutkan dengan sosok penari sintren dengan muka penuh darah. Ia bergidik ngeri membayangkan apa yang terjadi pada penari itu. Aroma anyir darah bahkan tercium dari tempat dimana Sari berdiri.
Sosok itu membuka mulutnya dan berkata,
" Tolong…,"
Tangannya terulur ke arah Sari seolah ingin menggapainya. Ketakutan melanda Sari hingga ia perlahan mundur dan berbalik arah, namun sayang si penari berdarah itu justru telah berada persis di belakangnya.
...********* ...
" Aaaargh...jangan!"
Sari terbangun dari mimpinya tepat disaat petir besar menyambar.
Keringat membasahi seluruh tubuhnya, jantungnya berdetak cukup kencang, matanya memandang ke arah sekitar, gelap... hanya sesekali terlihat cahaya dari luar karena kilatan petir.
Sari segera bangun, berjalan perlahan untuk mencari emergency lamp dan menyalakannya. Kepalanya terasa pusing dan detak jantungnya memburu cepat.
" Syukurlah hanya mimpi, mengerikan sekali." gumamnya
Ia berjalan menuju dapur dan mengambil air dingin dari lemari es. Ditempelkannya gelas berisi air dingin ke kepalanya yang terasa pusing, dengan mata yang terpejam.
Ia berjalan menuju ruang tengah, dan saat melewati meja ia melihat sebuah buku tebal yang terbuka. Seingatnya tidak ada buku yang baru ia baca saat pergi tadi pagi. Rasa penasaran membuat Sari ingin melihat buku yang terbuka itu. Matanya terbelalak, ia berusaha kembali melihat nya. Sebuah artikel tentang penari sintren dengan potret sang penari terpampang jelas pada halaman itu.
Petir kembali menyambar dengan keras, membuat jantung Sari semakin berdetak kencang,
" You must be joking with me…."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Nikodemus Yudho Sulistyo
memang semarang langganan banjir..😅
2023-04-17
2
Kak Ya
" Mencintai mu tanpa syarat " ikut hadiirr , kak 🙏🙏🙏😁
2022-09-23
1
Viandra Kencana
hadir seperti seru nih
2022-09-15
1