Mang Aa dan Mas Hendra sudah menunggu Sari di lokasi pancuran tujuh. Sari yang masih sedikit kebingungan segera mendekati Mang Aa yang menatapnya dengan lembut.
" Kamu dari mana Sar ?" Tanya Mang Aa
" Hhmm, itu mang keliling cari bahan liputan." Jawab Sari mencoba berbohong
Mang Aa tidak bergeming dan masih menatap Sari. Ia seperti sedang mencari kebenaran jawaban Sari. Akhirnya ia menggelengkan kepala dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
" Dah sana kamu masuk, basuh muka kamu ma air sumur jangan lupa berdoa dulu sucikan niat kamu percaya hanya pada Gusti Allah." Kata Mang Aa
Sari menurut, ia menyusul ke empat rekannya yang sudah lebih dulu ada di dalam. Pak Adit dan dua asistennya pun sudah ada di sana menunggu giliran.
Air yang mengalir dari sumur itu benar-benar jernih padahal bersumber dari mata air yang bermacam macam warna. Rasanya pun menyegarkan sama seperti air dari mata air pegunungan, dingin.
Sari membasuh wajahnya, tak lupa berdoa dalam hati. Kang Yana yang berada tak jauh dari Sari menganjurkan pada Sari untuk berwudhu memakai air itu.
Kebetulan bersamaan dengan itu suara adzan dzuhur berkumandang dalam masjid yang berada di area Keraton. Masjid itu merupakan hasil karya para wali yang bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Mereka pun menyempatkan diri untuk shalat berjamaah didalam masjid kuno bersejarah itu. Selepas menunaikan ibadah sholat, Sari dan yang lainnya beristirahat sejenak sambil menunggu Mang Aa yang masih betah berada di dalam masjid.
Sekitar lima belas menit kemudian Mang Aa keluar dan mendekati Sari.
" Sar, Mamang mau bicara sebentar sama kamu bisa?" Tanyanya
" Kayaknya serius ni, ada apa mang?"
" Mamang tahu kamu selalu keberatan kalau disuruh kemari, maafin Mamang ya...maksud Mamang baik, untuk njagain kamu." Mang Aa berusaha menjelaskan pada Sari
Sari masih menyimak perkataan Mang Aa,
" Mommy kamu telepon semalam, dia minta Mamang jagain kamu."
" Kenapa mom nda telepon Sari juga ya?" Gumam Sari
" Kamu tahu kenapa Mamang selalu memintamu kemari?"
" Nda tahu, tapi jangan bilang kalau kita masih keturunan Siliwangi juga?" Tanya Sari was-was
Mang Aa menatap Sari tajam dan sekali lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya.
" Sampai kapan kamu tidak percaya Sar, Mamang capek jelasinnya ke kamu."
" Yaa nda usah dijelasin Mang, saya juga tidak akan percaya." Sahut Sari enteng
" Hush, jangan bicara sembarangan di sini...ini area leluhurmu salah bicara repot urusannya Nok." Ujar Mang Aa
Sari terdiam, ucapan Mang Aa betul juga. Perkataannya barusan sedikit keterlaluan.
" Mau kamu percaya atau tidak itu hak kamu Sari, tapi apa bisa kamu jelaskan tanda di tubuh mu sendiri?" Tanya Mang Aa
Sari terkejut, ia kemudian memeriksa setiap inci dari tubuhnya segera, takut.
" Apa kamu bisa jelasin garis lurus warna putih yang ada di jari tangan sama kaki mu itu...juga 3 buah tahi lalat yang membentuk segitiga di punggung kamu?" Tanya Mang Aa
Sari terkejut bagaimana Mang Aa bisa tahu semuanya. mang Aa kembali menatap ke arah Sari,
" Sar, setiap silsilah keturunan Siliwangi telah tercatat dalam buku khusus yang terdokumentasi dengan baik dari jaman dulu oleh para pengurus paguyuban."
" Termasuk saat kamu lahir. Mommy kamu langsung diberitahu tentang kamu yang istimewa." Mang Aa berusaha menjelaskan pada Sari
" Kamu harus bisa menghargai tradisi dan budaya kita Nok, karena itu kewajiban kita semua...terutama kamu, apa kamu paham sekarang?" Tanya Mang Aa lagi
" Kalau boleh jujur Sari akan bilang ya dan tidak mang...tapi Sari berusaha menghormati Mamang jadi baiklah Sari nurut sama semua saran Mang Aa, asal jangan disuruh gantung diri ya mang?" Jawab Sari yang disambut senyuman dari Mang Aa.
" Dan satu lagi Sar, lelaki yang kamu temui tadi adalah salah satu penunggu Keraton...kamu beruntung bisa ketemu dengan dia, jarang dia mau berbicara dengan orang biasa bahkan Mamang pun nda bisa berkomunikasi dengan dia." Kata Mang Aa memberitahu Sari
Sari hanya bisa membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia segera mengambil ponselnya dan benar saja pria dalam foto itu sudah menghilang. Sari hanya menemukan gambar kosong tanpa sosok Bayu.
Sari pun tersenyum kecut ke arah Mang Aa dan merasakan lututnya yang lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Suharnani
Udah kecampur sama kebulean dia. makanya gak percaya sama negituan atau leluhur
2024-05-27
0
Suharnani
Orang kok ngeyel. memangnya mamanya gak browsing kl ada turunan Siliwangi?
mentang"bapaknya Belanda ndak percaya begituan. ndak percaya seenggak di jaga omongannya. belum tau kuwalat dia. orang tidak percaya sama leluhurnya bisa kena tulah
2024-05-27
1
Nur Bahagia
Sari ini modelan yg agak keras kepala 😄
2024-04-15
0