Bab 5

Pagi pun datang Sari menggeliat dari tidurnya, badannya masih terasa letih mungkin karena semalam ia tertidur dalam keadaan tertekan. Pengalaman ganjil seperti kejadian semalam akhir-akhir ini sering ia dapatkan. Sari sedikit tidak nyaman dengan hal itu.

" Non….non Sari...sudah siang nih...tumben belum bangun ?" Terdengar suara Mbak Pur memanggilku dari luar

" Iya Mbak... ini juga dah bangun...bentar saya mandi dulu." Sahut Sari

" Ya non...ni saya beliin lontong opor buat sarapan.." Kata Mbak Pur lagi

Sari tidak menjawab dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap. Tak berapa lama ia pun keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan.

Sepiring lontong opor lengkap dengan sambal goreng hati kesukaannya sudah siap di meja.

" Mbak...tolong dong ni rumah di cek kelistrikannya." Pinta Sari sambil merapikan rambutnya

" Emang kenapa mbak ?"

" Masa tiap malam mati lampu...mana ujan geledek lagi kalo malem...Sari takut mbak." Jelasnya pada Mbak Pur

" Ooh...ya sama...di rumah saya juga gitu mbak..klo dah ujan geledek pasti mati lampu." Kata Mbak Pur

" Lho sama to...tapi coba deh di cek lagi, minta tolong ma mas Ali aja." Ujar Sari sambil menyiapkan potongan lontong ke mulutnya

" Iya non...nti saya suruh si Ali ngecek lagi." Jawab Mbak Pur

" Oya...saya dua Minggu mo keluar kota Mbak...tolong jaga rumah yaa…" kata Sari

" Mang mo kemana non, lama bener ?"

" Ngeliput mbak...Cirebon Indramayu mudah mudahan lancar nda nyampe dua Minggu kelar." Jawab Sari

" Aamiin….yang penting jaga kesehatan aja non...musim penyakit soalnya...jangan kecapean juga yaa…" pesan mbak Pur

" Iyaa...deeh udah kayak mom aja ni bawel nya.." sindir Sari disambut tawa mbak Pur

...***********...

Drrrt….drrrt...drrrt….

Ponsel Sari berbunyi, Mom's calling…

"Morgen mama..." 

"Goedemorgen ook lieverd.."

( Pagi Juga sayang…bagaimana kabarmu)

" Oké mama... hoe gaat het met papa?"

( Baik mom...bagaimana kabar Dad?)

" Papa is goed ... hij vroeg je schat

( Dad good...dia menanyakan mu sayang)

 " Vertel papa... ik hou van hem mama."

( Katakan pada dad...aku menyayanginya..)

" Mom...Sari ada tugas liputan ke Cirebon dan berangkat sore ini...doakan lancar yaa.." kata Sari meminta restu pada mom Adeline

" Apa...Cirebon ?? Kenapa mendadak sekali sayang ?" Tanya Mom Adeline

" Namanya juga tugas mom semua serba mendadak."

" Baiklah kalau begitu hati-hati sayang….jangan lupa mampir ke rumah Abah dan sampaikan salam mom padanya okey." Pinta Mom Adeline

" Ya mom... Sari memang rencananya mau mampir kesana menginap semalam..ada perlu juga sama Mang Aa."

" Mang Aa...apa ada masalah sayang ?"

" Nda ada juga sih cuma ini kan liputan mistis mom...Sari mo minta tolong Mang Aa buat jagain Sari juga tim."

" Wat...mystieke berichtgeving...een gek idee schat..moeder vindt het niet leuk."

( Apa...liputan mistis...ide gila sayang mom tidak suka itu..)

" Tenang mom...Sari bisa jaga diri kok...makanya Sari mau ketemu Mang Aa dulu besok."

" Firasat mom buruk sayang...berhati hatilah...boleh tau apa liputan mu ?"

" Penari sintren mom...Sari mau ke Indramayu cari liputan sintren disana." Jawab Sari

Mom Adeline tidak merespon jawaban Sari. Hening tidak ada bunyi apa pun dari seberang sana, Sari heran lalu melihat ke arah ponselnya

" Mom….halo….mom...are you there ?"

Sekali lagi Sari memeriksa ponselnya, tampak di layar masih tersambung dengan Mom Adeline,

" Aneh...mom...mom...apa semua baik-baik saja...jangan nakutin Sari, mom.."

Sari hendak menutup ponselnya ketika ia mendengar suara mom Adeline lagi,

" Is alles in orde mam... Ik maakte me eerder echt zorgen?"

( Apa semua baik-baik saja mom...aku sangat khawatir tadi ?)

" Ya sayang...semua baik-baik saja...maafkan mom sepertinya tadi ada gangguan disini."

" Syukurlah….i love u mom...aku pergi dulu." Kata Sari berpamitan pada mom Adeline

" Ik hou ook van jou schat... hati-hati dijalan...kabari mom trus oke ?" Pinta Mom Adeline

Sari menutup ponselnya dan segera menghabiskan sarapan. Dari luar terdengar suara mesin mobil berhenti, Bagas datang menjemput Sari.

" Mbak…Sari berangkat dulu ya nanti siang balik lagi mo ngepak baju...mbak Pur tolong bantu siapkan juga yaa…" kata Sari berpamitan pada Mbak Pur sambil mengemasi barang-barang miliknya

" Siap non...berangkat ma siapa ni...ojek lagi ?" Tanya Mbak Pur sambil mengikuti langkah Sari

" Tu...si Bagas jemput.." jawab Sari sambil menunjuk ke arah Bagas yang baru turun dari mobil

" Wiiih...ngganteng lho mbak...sama dia aja mbak ketimbang ma ojek online.." ujar mbak Pur polos

" Huush...mbak Pur ni...dah ah...Sari berangkat." 

Ia bergegas keluar menyambut Bagas yang sudah sampai tepat di depan pagar rumah.

" Lho barang kamu nda sekalian kita bawa ni ?" Tanya nya sambil mencari barang bawaan Sari 

" Nti aja deh kita mampir...belum aku siapin juga...yuuk ah, masih ada yang harus kita urus ni sebelum berangkat." Ajak Sari pada Bagas

Bagas pun hanya bisa menurut dan mengekor Sari, mereka segera berangkat menuju kantor. Doni rupanya sudah menunggu mereka di lobi lengkap dengan tas bawaan keperluannya. Sari tertawa melihat tingkah Doni yang membawa beberapa tas berukuran besar,

" Gila...kamu mo ngeliput apa pindah kosan Don ?" Tanyanya sambil menahan tawa

" Atau...lu diusir ma emak lu Don ?" Timpal Bagas yang juga merasa geli melihat tingkah sahabatnya

" Ini nih...emak gue takut anak semata wayangnya kelaparan disana...jadilah dia bawain segala sambel pecel, kerupuk, dendeng, cemilan ma bandeng presto kesukaan gue...biar kenyang disana." Jawabnya sambil cengengesan 

" Astaga….lu mo ngeliput apa naik haji sih...segala sambel pecel dibawa ?" Kata Bagas terheran-heran

" Mana muat dibawa semua...belum kamera ma peralatan lain...tas gue ma Sari...trus perlengkapannya si Ahmad ma Rara...gila lu Don." Sungut Bagas sambil memutari tas-tas bawaan Doni

" Udah jangan ribut...nti aku ajuin bawa dua mobil..oke ?" Kata Sari menengahi

Sari berlalu meninggalkan mereka yang masih asyik berdebat. Masih ada beberapa yang harus dia selesaikan selain keuangan.

Pak Arya sudah berdiri di depan ruangannya bersama seorang pria muda berusia sekitar tiga puluh tahunan. Ia tampak sangat menghormatinya. Sari yang baru datang dengan tergesa-gesa segera menuju kubikel nya untuk mengambil sesuatu langsung di panggil Pak Arya ke ruangannya,

" Sari...masuk ke ruangan saya."

Sari pun menuruti perintah Pak Arya dan segera masuk ke ruangannya bersama pria muda itu,

" Kenalin...ini Pak Adit perwakilan sponsor kita...dia mau diikutsertakan dalam liputan...sebagai jaminan atas sponsor yang diberikan." Kata Pak Arya mengenalkan pria muda di sebelah Sari

" Sari.." sapanya sambil mengulurkan tangan pada Adit

" Raditya...kamu bisa panggil saya Adit aja." Kata nya sambil membalas uluran tangan Sari

" Jam berapa kalian berangkat ?" Tanya Pak Arya

" Sekitar jam sebelas pak...Oya pak bisa kita bawa dua mobil…? Kasian Pak Adit kalau harus berdesakan sama kita juga peralatan lain." Pinta Sari

" Oke...bawa aja...dan kamu harus menjamu pak Adit dengan baik...jangan kecewakan sponsor." Titah Pak Arya pada Sari

Sari hanya bisa menganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah Pak Adit.

" Kalau gitu saya permisi dulu pak, mau ke bagian keuangan." Pamit Sari

Sari pergi meninggalkan Pak Arya dan Pak Adit dengan segera karena harus memburu waktu. Ia tidak ingin terlalu malam sampai di kota Cirebon.

Seseorang memperhatikan Sari dari kejauhan, sebuah senyuman licik tersungging di bibirnya. Matanya menatap tajam ke arah Sari seolah hendak memangsanya.

" Akhirnya aku menemukanmu…"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***