Pak Arya memanggil semua anggota tim untuk berkumpul di ruang meeting melakukan briefing akhir. Pak Adit sebagai perwakilan sponsor juga turut hadir, ia didampingi bersama dua orang asistennya.
Bak konferensi meja bundar mereka berkumpul mengitari meja dalam ruang meeting. Pak Arya berdiri di depan sementara Sari dan Pak Adit duduk berseberangan.
" Selamat pagi semuanya...kita langsung saja memulai briefing pagi ini, sebelumnya perkenalkan...ini Pak Adit perwakilan sponsor acara kita, beliau akan ikut serta dalam liputan untuk memantau kalian langsung. " Kata Pak Arya memulai briefing
" Bagas...estimasi liputan selesai bagaimana, dua Minggu terlalu lama menurut saya...bisa diselesaikan dalam waktu satu Minggu kah ?" Tanya Pak Arya pada Bagas sebagai kepala produksi
" Tergantung situasi lapangan nanti pak, tapi kalau hanya 1 Minggu itu sulit pak, tapi kami akan mengusahakan supaya bisa seefektif mungkin." Jawab Bagas
Pak Arya hanya menganggukkan kepalanya, menurutnya juga waktu satu Minggu jelas tidak mungkin bisa dicapai belum lagi kendala lapangan. Ia ingin semuanya sempurna.
Setelah beberapa lama membahas persiapan dan pelaksanaan, akhirnya briefing berakhir. Sebelum pergi Pak Arya mengajak tim untuk melakukan doa bersama yang dipimpin Bagas sebagai kepala tim produksi.
" Baiklah….selamat bertugas rekan-rekan, jaga kesehatan dan hati-hati di jalan." Kata Pak Arya melepas tim
...----------------...
Sari dan tim nya segera membereskan segala keperluan mereka. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang Bagas memanggil timnya untuk berkumpul,
" Oke saya beri waktu kalian sampai jam dua siang...kita ketemu di lobi, saya harap semua keperluan dan peralatan pendukung liputan sudah siap. " Katanya dengan tegas
" Oke siap." jawab timnya bersamaan termasuk Sari.
" Sar...mo balik rumah sekarang?" Tanya Bagas
" Uhm...anterin bisa kan ?" Tanya Sari balik yang disambut anggukan kepala dari Bagas
" Don...aku balik dulu ambil pakaian, kamu siapin peralatan pendukung ma keperluan kita di mobil satu nya yaa," perintah Bagas pada Doni
Doni menjawab dengan mengacungkan ibu jarinya ke atas. Sari dan Bagas segera berlalu meninggalkan Doni karena harus mengejar waktu.
" Oya Gas...bisa kita ke Pandanaran dulu, mo beli oleh-oleh ni buat saudara disana, masa iya kita dateng nda bawa apa-apa kan ?" Pinta Sari tak lama setelah mobil mereka keluar dari pelataran gedung
" Oke...aku juga tadi mikir gitu, keduluan kamu deh," sahut Bagas
Bagas mengarahkan mobilnya ke daerah jalan Pandanaran, pusat oleh-oleh terkenal di kota Semarang. Setelah memarkirkan kendaraannya tak jauh dari salah satu toko buku ternama di Indonesia, Bagas turun menemani Sari belanja.
Pilihan Sari jatuh pada bandeng presto Juwana, wingko babat yg termahsyur dengan cap keretanya dan juga sedikit lumpia Semarang. Tak lupa juga ia membeli tiga kotak brownies panggang kesukaan Tante Ana dan Mang Aa.
" Kayaknya dah cukup deh Gas, yuuk pulang ?" Ajak Sari pada Bagas
" Udahan ni...kirain mau borong setoko sekalian Sar," ledek Bagas pada Sari
Bayangkan saja Bagas sampai kewalahan membawa tas berisi belanjaan oleh-oleh yang dibeli Sari, tangannya penuh membawa barang belanjaan di tangan kanan dan kiri.
Sari yang merasa bersalah melihat Bagas yang kewalahan hanya tersenyum dan membantunya membawakan beberapa kantong. Semua oleh-oleh itu langsung dimasukkan dan ditata ke bagasi belakang mobil.
" Dah berapa lama kamu nda mudik ke Cirebon Sar ?" Tanya Bagas
" Lama banget, terakhir waktu mom mau berangkat ke Amsterdam...sekitar lima atau enam tahun lalu." Jawab Sari
" Hah….lama amat, kamu nda pernah kesana lagi ?" Tanya Bagas lagi
" No...hanya saling berkirim pesan aja sama sepupuku paling sesekali kita video call aja."
" Oooh gt…trus ni dah kasih kabar belum, jangan bilang kamu lupa ?"
" Aaaah...itu, kamu bener aku lupa," jawab Sari yang membuat Bagas memukulkan tangan ke kemudinya
" Deeeeh, Sari...Sari...kabarin dulu gih !"
" Iya...sorry, terlalu fokus ni ma liputan mpe lupa."
Sari segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi saudara nya disana. Setelah menunggu beberapa detik tersambung juga dengan Tante Ana, Sari pun memberitahukan padanya tentang kedatangan Sari dan tim ke kota Cirebon malam nanti.
Mereka tiba di depan kontrakan Sari, Bagas ikut turun membantu Sari untuk membawa barang-barang kebutuhan Sari selama di Cirebon.
Mbak Pur sudah menyiapkan beberapa pakaian di dalam kamar Sari, tinggal di pak dalam koper begitu juga dengan barang-barang pribadi lainnya.
Sembari menunggu Sari, Bagas duduk di ruang tengah sambil membuka buku tua yang tergeletak di atas meja. Bagas yang penasaran meraih buku itu dan membukanya.
Ada desiran aneh yang menyelimuti perasaan Bagas, sesuatu yang dirasakannya tidak pada tempatnya.
Kenapa feeling ku nda enak gini yaa...ini bukannya buku yang diceritain Doni kemarin, buku ini aneh..kebetulan yang tidak masuk akal, batinnya
Bagas membuka halaman demi halaman dari buku tua itu, sebuah tulisan tangan menarik perhatian Bagas.
Danique Van Leeuwen...kekasihku cintaku dan hidupku sekarang dan selamanya
" Siapa Danique mungkin dia pemilik buku ini ? Tapi, ini ditulis dengan tinta yang aneh, kenapa belepotan seperti ini...dan warnanya memudar seperti bukan terbuat dari tinta," gumam Bagas
Tiba-tiba Bagas merasakan semilir angin melewati wajahnya seperti ditiup seseorang, ia mencium aroma bunga yang membuat bulu kuduknya meremang.
Bagas merasakan perubahan suhu disekitarnya, ia berusaha mengabaikan dan terus membuka halaman berikutnya.
Dia menemukan sebuah foto tua yang terselip sempurna di antara halaman. Foto seorang wanita dengan pakaian jaman Belanda dulu, cantik sekali dengan senyum khasnya.
" Foto siapa ini, kayak pernah lihat dimana ya...tunggu dulu...ini mirip banget sama Sari, apa ini mom Adeline ?" Kata Bagas bergumam sendiri lagi
Ia memandangi foto lawas itu dengan lekat, seolah tersihir dengan kecantikan wanita di dalam foto Bagas menerawang jauh memasuki dimensi lain dalam foto.
Wanita cantik berdiri tak jauh darinya ia tersenyum dan memanggil manggil nama Bagas untuk mendekatinya. Bagas terlena dengan wajah cantiknya, ia bergerak mendekati dan berusaha meraih wanita cantik yang semakin mendekatinya dan tiba-tiba,
Bruuuuugh…
" Bagas….kamu ngapain sih ?" Teriak Sari sambil memukulinya
Bagas yang tersadar dari lamunannya terkejut mendapati dirinya yang sedang memeluk Sari dan mereka terjatuh bersamaan di sofa.
Mbak Pur yang tidak sengaja melihat adegan itu langsung berteriak dan menutup mata dengan jari yang tetap terbuka,
" Astaghfirullah….non, haduuuh mata saya ternodai ini, wis Ndang nikah wae to non," seru Mbak Pur
Bagas tersentak kaget,
" Eh lho...Sari, sorry aku nda bermaksud begini, tadi aku…aaargh...ada apa ini ?" Ujar Bagas yang kebingungan
" Cepet bangun…" teriak Sari
Bagas segera menarik tubuhnya dari atas Sari dan segera duduk di sisi lain sofa,
" Kamu kenapa sih...aku panggil diem aja malah main peluk-peluk gini ?" Kata Sari dengan kesal
" Kamu manggil aku... kapan...aku nda denger Sar, beneran dan maaf aku nda bermaksud begitu sama kamu," sahut Bagas yang merasa bersalah pada Sari
" Mas ganteng ni... main tubruk non Sari aja...halalin dulu dong mas Bagas," kata Mbak Pur sambil tersenyum pada kedua orang didepannya
" Mbak Pur...bisa diem nda, Sari potong gaji bulan depan mau ?" Ancam Sari sambil melirik tajam ke arah Mbak Pur
" Weits...jangan non, ampun ya deh saya pura-pura nda liat aja...Monggo dilanjut non," kata Mbak Pur bergegas pergi meninggalkan Bagas dan Sari
Sari menatap Bagas yang masih kebingungan dengan apa yang terjadi barusan, ia melihat sehelai foto tua dilantai tak jauh dari kakinya. Penasaran Sari memungut foto itu dan terkejut,
" Lho ini kan…."
" Eeeh...Sar, jangan dilihat bahaya." sergah Bagas pada Sari
" Kenapa memangnya, Gas ?"
" Naaah itu tadi aku lihat foto itu…tu foto nda beres Sar,"
" Iiissh...ngaco kamu, nda beres gimana sih ini foto lama Tante aku, Danique Van Leeuwen."
" Hah... serius, mirip kamu ya Sar ?"
" Iya ….kata mom juga gitu, dah lah yuuk cabut keburu sore kita nti," kata Sari
Sari memasukkan kembali foto itu kembali dalam buku tua dan membawanya dalam paper bag. Buku itu memang akan dijadikan panduan bagi Sari untuk bahan rujukan liputan.
" Sar, aku minta maaf yaa...kejadian tadi beneran aku nda bermaksud apa-apa," kata Bagas sambil memegang tangan Sari sebelum mereka melangkah keluar pintu
" Iya….aku dah maafin kok, aku tahu kamu nda sengaja...yuuk ah cabut," kata Sari
Bagas tersenyum lega, ia takut Sari menganggapnya pria mesum dan bisa menggagalkan harapannya menjadi kekasih hati Sari.
" Mbak Pur...Sari berangkat yaa, jaga rumah baik-baik.." seru Sari
Mbak Pur berlari mendekati Sari arah dapur,
" Iya non... hati-hati yaaa...mas Bagas tolong jagain non Sari yaa...jangan main nyosor aja inget lho," pesan Mbak Pur yang sukses membuat wajah Bagas memerah
" iiish….Mbak Pur, apaan sih...dah Sari berangkat yaa, assalamualaikum..." pamitnya
" Waalaikumusaalam…" jawab Mbak Pur
Sari dan Bagas berlalu dan meninggalkan Mbak Pur yang masih termangu di pintu depan,
" Duh Gusti...paringono selamet buat non Sari juga temen-temennya... perasaanku ko nda enak yaa." gumam Mbak Pur
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
part ini bikin aku ternganga ampe bingung mau komen apa, pengalaman mistis yang kayak gitu justru bikin bulu kuduk merinding 🤧
2022-12-31
2
yamink oi
😘😘😘
2022-07-19
1
Ananda Trizna
ada kaitannya dengan tantenya sari nihh
2022-03-24
2