Bab 12

Sari dan tim masih melanjutkan obrolan ringan mereka, dan kali ini Mang Aa menemani. Suasana semakin ramai karena sepupu Sari pun datang. Mereka sangat antusias mendengar Sari kembali ke kota Cirebon.

" Wah keluarga besar ya disini ?" tanya Pak Adit pada Om Bambang

" Iya Pak ini belum seberapa, kalau kumpul bisa dari ujung ke ujung penuh." sahut Om Bambang

" Oya kalian menginap disini saja yaa...banyak kamar disini, kalau gerah bisa tidur di pendopo aja nti Tante siapin kasurnya. " pinta Tante Kurnia

" Rencananya begitu Tante, biar irit pengeluaran. " kata Sari

" Naah betul itu, Tante siapin kamarnya dulu yaa.."

" Aku bantuin Tante yaa,"

Sari mengikuti Tante Kurnia menyiapkan kamar untuk yang lainnya. Rumah ini memiliki 5 kamar di rumah utama dan 3 kamar di rumah pendamping.

Pak Adit dan asistennya ditempatkan disalah satu rumah pendamping untuk menjaga privasinya.

Meski sudah lewat dari jam dua belas malam Bagas, Doni dan Pak Adit masih asyik bercerita dengan Mang Aa dan Om Bambang. Mereka mengutarakan maksud kedatangan ke kota Cirebon.

" Ooh, jadi kalian mau ngeliput Sintren...om bisa anter kalian ke daerah nya si Hendra itu kalau kalian mau." kata Om Bambang

" Iya bener istrinya Hendra kan orang sana asli, kamu bisa minta tolong ke dia, Sar." kata Mang Aa saat melihat Sari mendekati mereka

" Iya mang, saya juga niatnya mau ngajak mas Hendra sama mbak Diah kesana." sahut Sari

" Besok katanya dia mau kesini, kangen kamu katanya Sar...coba ajak ngobrol siapa tahu bisa nemenin selama kalian liputan disana. " saran Mang Aa pada Sari

" Eh disini juga banyak lho objek wisatanya kenapa nda kalian keliling Cirebon dulu, siapa tahu dapat bahan liputan lain ?" tanya Om Bambang memberikan masukan pada Bagas

" Oya om...wah ide bagus itu buat tambahan cerita. " jawab Bagas

" Tapi sebelumnya Mang Aa mau minta tolong ke kamu dulu Sar," pinta Mang Aa pada Sari

" Minta tolong apa ni Mang ?" tanya Sari sambil meminum teh nya yang sudah berubah dingin karena angin malam.

" Besok temenin Mamang ke Kasepuhan, Mamang ada perlu disana." jawab Mang Aa

" Kok sama Sari kan bisa sama mas Hendra aja ?" tanya Sari lagi

" Harus sama kamu nok, ada yang harus kamu lakukan disana." tolak Mang Aa tegas.

" Hhmm...iya, tapi yang lain juga ikut ya Mang... siapa tahu bisa dapet bahan liputan." kata Sari dengan pasrah.

" Iya, mereka juga harus ikut biar punya bekal saat meliput sintren besok." ujar Mang Aa sambil menatap Bagas yang sedikit keheranan dengan sikap Sari

" Besok saya antar kalian menuju beberapa tempat wisata yang terkenal mistis, mau nda?" tanya Mang Aa pada Bagas.

" Wah boleh juga itu Mang, sambil menyelam minum susu." sahut Doni sekenanya seraya memasukkan sepotong brownie ke mulutnya

" Minum air kali Don, bukan susu..." timpal Ahmad sambil melemparkan batal kecil ke arah Doni

" Sorry, gue sukanya susu Mad...manis kaya gue." jawab Doni sambil tersenyum

Mang Aa dan Om Bambang hanya menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Doni. Sari sebenarnya kesal dengan sikap Mang Aa, tapi demi liputannya dia rela menahan rasa kesal itu.

Mang Aa memang dikenal sebagai salah satu praktisi supranatural di daerahnya, ia cukup disegani oleh orang-orang disekitarnya. Banyak orang berdatangan ke rumah dan rela antri

hanya karena ingin berobat pada Mang Aa.

Sejak dulu Sari kurang menyukai Mang Aa, tidak lain karena Mang Aa yang dianggap punya linuwih oleh orang sekitar. Sari tidak mempercayai hal-hal klenik semacam itu untuknya itu hanya sebuah kebohongan tanpa penjelasan logis.

Dan entah kenapa setiap kali Sari pulang ke Cirebon Mang Aa selalu memintanya ikut ke Keraton Kasepuhan. Jika Sari menolak Mang Aa biasanya akan marah dan ujung-ujungnya menghubungi Mom Adeline. Sehingga mau tidak mau Sari harus menurutinya daripada mendapatkan telepon cinta penuh Omelan dari Mom Adeline.