Perjalanan Sari dan tim berlanjut menyusuri ruas jalan tol Trans Jawa menuju kota Cirebon. Bagas telah memperkirakan waktu tempuh yang akan dilewati timnya.
Dalam kondisi normal perjalanan melalui tol Trans Jawa akan memakan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan dengan jarak tempuh hanya 235 km. Ini lebih menghemat waktu jika dibandingkan dengan melalui jalan darat biasa yang akan menempuh waktu perjalanan sampai lima jam.
Perjalanan panjang nan melelahkan melalui jalur tol akhirnya sampai juga di kota Cirebon. Agak sedikit terlambat satu jam dari perkiraan Bagas karena diselingi istirahat sejenak dalam rest area.
Sari yang memilih tidur selama perjalanan perlahan membuka matanya. Matanya menangkap papan bertuliskan Selamat Datang di Kota Cirebon. Ia menegakkan tubuhnya dan mulai memperhatikan jalan.
" Putri tidur dah bangun rupanya," sindir Doni
" Dah nyampe ya, cepet juga ya daripada pake jalur biasa." kata Sari mengabaikan sindiran Doni
" Cepet lah, orang kamu juga tidur terus di jalan." kata Doni lagi
" Sar, rumah tantemu yang mana nih...kita dah mo masuk ke kota lho ?" tanya Bagas
Sari masih belum bersuara dan melihat terus ke depan, ia sedang memperhatikan perubahan kota Cirebon yang sudah lama ia tinggalkan.
" Bentar aku juga agak lupa ni...banyak yang berubah disini." sahutnya
Setelah berada di perempatan jalan Sari melihat salah satu mall yang terkenal di daerah Jawa Barat yang digunakan Sari sebagai patokan.
" Nah itu dia jalannya, abis ini belok kanan pak...abis jembatan kecil rumah besar depan kuburan naaah itu dia tempatnya." kata Sari menunjukkan jalan
" Haah...serius lu Sar, depan kuburan ? Yaelah ni horor Mulu siiih... mimpi apa gue ikut tim ini," keluh Doni
" Hush...diem aja deh, rumahnya aman kok kan kuburannya diseberang." kata Sari berusaha menenangkan Doni
Sari mengambil ponsel nya dan segera menghubungi Tante Kurnia,
" Assalamualaikum...Tante, Sari dah nyampe niih...udah di depan bukain gerbangnya ya."
" Oke Tante, makasih,"
Tak lama seorang pria paruh baya keluar dari rumah besar bercat putih yang memiliki pintu pagar besi besar dengan nuansa gold. Pria itu membukakan pagar besi dibantu seorang anak perempuan. Sari memutuskan untuk turun dan menyapa mereka, disusul Doni dan Bagas.
" Assalamualaikum...Om, hai Nisa..." sapa Sari pada kedua nya
" Waalaikumusaalam...masyaallah Sari, Alhamdulillah akhirnya pulang juga kesini," sahut pria paruh baya yang bernama Bambang Prasetya, adik ipar Mom Adeline.
" Iya om, maaf baru sempat kemari...oya om kenalin ini teman-teman Sari dari Semarang." kata Sari seraya mencium tangan Om Bambang
" Saya Bagas, om..."
" Doni, om..."
Om Bambang tersenyum sambil membalas jabat tangan mereka berdua. Pak Adit menyusul setelah mobil yang ditumpanginya masuk ke dalam pelataran rumah.
" Nah yang itu, namanya Pak Adit." kata Sari sambil menunjukkan tangannya kea arah Pak Adit
" Selamat malam pak, maaf ini kami mengganggu waktu istirahatnya...saya Adit." sapa Pak Adit dengan ramah
" Saya Bambang...nda lah, kami senang malah kedatangan tamu dari jauh apalagi temen-temennya Sari." jawab Om Bambang
" Yuk masuk, dah ditungguin Tante mu di dalam." ajak Om Bambang pada Sari dan yang lainnya
Sari dan yang lainnya mengikuti Om Bambang masuk ke dalam rumah. Kediaman milik Tante Kurnia sebenarnya rumah peninggalan mendiang kakek Sari. Rumah itu terdiri dari satu rumah induk dan dua rumah pendamping.
Dulunya tempat ini digunakan oleh kakek Sari untuk menjamu keluarga dikarenakan banyaknya anggota keluarga yang dimiliki. Mom Adeline sendiri adalah anak ke delapan dari sebelas bersaudara.
Doni terkesima dengan luasnya bangunan rumah peninggalan kakek Sari, semuanya bergaya arsitektur kuno khas daerah Pasundan. Belum lagi ada sebuah pendopo yang terletak ditengah ketiga bangunan rumah.
" Sar....ni rumah kayak Keraton aja segala ditengah pake pendopo lagi." bisik Doni pada Sari
Sari hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya. Lain halnya dengan Bagas yang asyik memotret tiap sudut ruangan yang unik. Kakek Sari pecinta barang seni jadi disetiap sudut ruangan selalu saja ada barang seni bernilai tinggi yang dipajang dengan cantik.
Pak Adit dan asistennya pun dibuat takjub dengan keasrian rumah. Hawa dingin yang dirasakan karena udara malam semakin terasa dingin di dalam rumah karena sirkulasi udara yang tercipta dengan baik.
" Kita duduk santai di sini saja ya, itu tante mu dah bikinin teh hangat buat kalian biar enak perutnya...atau ada yang mau kopi ?" tanya Om Bambang
" Saya boleh minta kopi aja om, tapi jangan yang hitam kopi susu aja yang legit biar manis kaya saya." pinta Doni
Mendengar permintaan Doni spontan Om Bambang tertawa,
" Oh yaa...boleh kok, saya suka ni tipe nak Doni terus terang." kata Om Bambang
Sari dan Bagas hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, memaklumi tingkah sahabat mereka yang konyolnya luar biasa. Ahmad dana Rara yang duduk disebelah Doni pun hanya bisa menahan tawa.
Jam menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Sari dan tim beserta Pak Adit masih bersenda gurau di ruang tengah ditemani Tante Kurnia dan Om Bambang.
Terdengar suara mobil berhenti di pelataran rumah. Seseorang dengan tubuh tinggi besar bermata teduh, memasuki ruangan. Ia tersenyum pada semua tamu dan beralih menatap Sari. Merasa ada yang memperhatikan Sari pun menoleh ke arah orang tersebut dan tersenyum dengan sedikit terpaksa,
" Mang Aa..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Nah ni dia nih kayaknya orang sakti nih mang aa 😅
2022-12-31
2
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
aku asli jabar mall apa yaa
grage mall bkn yaa
2022-10-31
0
💮Aroe🌸
jadi inget mas Aa sodaraku😂
2022-01-14
3