"Bersiaplah, Akiha."
GLEK
"Tunggu!" seru Akiha.
"?"
"Ini.. bukankah ini tidak adil? Sejauh ini, aku belum pernah dilatih melawan musuh secara fisik, melainkan teori. Jika lawanku selevel denganku sih tidak apa-apa. Namun, kalau lawanku Saoru-kun.. itu benar-benar beda cerita!"
Saoru hanya diam saja.
"Aku berbeda dengan Saoru-kun. Sangat berbeda. Saoru-kun takkan kalah dari siapapun. Namun, aku akan mati bila harus melawan Saoru-kun seperti ini!"
"Hahaha." Saoru tertawa kecil.
"Saoru-kun..?"
"Baiklah. Untuk saat ini, aku takkan meremukkan tulangmu. Sesuai permintaanmu, aku hanya akan menggunakan mataku untuk melatihmu." kata Saoru.
"Mata.. Ah!" sekejap, Akiha langsung mengamati mata Saoru dengan siaga.
"Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu menghindari serangan dari mataku ini." ucap Saoru.
"Se--serangan? Bukankah katamu tidak ada serangan fisik?" tanya Akiha.
"Jangan merengek, Akiha. Kamu harus dilatih berhadapan langsung dengan lawan seperti ini. Kuberitahu kabar baiknya, kau takkan mati karena mata ini." kata Saoru, seolah mengalah dengan memberi keringanan.
"Ukh.. baiklah." jawab Akiha.
"Hah." Kaoru yang mengamati kedua orang itu menghembuskan nafas lega.
"Aku siap, Saoru-kun!" ucap Akiha.
Saoru tidak menjawab dan hanya tersenyum.
DEG
"Ini.. dimana aku?"
Seketika, Saoru dan Kaoru lenyap dari jangkauan Akiha. Ia seperti berada di tempat lain..
"Apa yang terjadi.. mengapa aku bisa berada di sini? Bukankah ini.."
Akiha melangkahkan kakinya di tempat yang terasa sangat tak asing baginya.
"Tak salah lagi, ini desaku!"
Akiha terus melangkah, lalu berlari hingga memasuki sebuah bayangan gelap.
"Akh--celaka! Aku terperangkap!" serunya, sambil menutup mata.
Namun..
"Akane!"
Akiha mendengar suara yang juga tak asing baginya. Suara itu langsung membuatnya membuka mata dan berpaling..
"Otōsan.. Okāsan.."
Akiha tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya saat ini. Ia berada dalam rumah lamanya di pinggir desa. Rumah yang dulu ditempatinya bersama dengan Akane dan kedua orang tuanya.
"Huh! Kalian masih saja memanggilku Akane. Padahal kalian tahu siapa aku sebenarnya."
Apa?! Akiha terkejut ketika melihat sosok Akane yang berdiri di hadapan kedua orang tuanya.
"Akane.. apakah kau memilih untuk menyerahkan dirimu kepada Kazura?" ucap sang ibu.
"Akane. Jangan berbuat seperti ini, Nak." ucap sang ayah.
"Kalian bodoh sekali. Rupanya kalian tidak mengerti." kata Akane, dengan ekspresi dan sorot mata iblis.
"Apa maksudmu, Akane..?" ucap ibu.
"Aku adalah keturunan Kazura! Tentu saja aku bukan sepenuhnya anak kalian!" ucap Akane dengan nada suara dan aura yang menyeramkan.
Setelah berkata demikian, Akane langsung pergi dari rumah itu.
"Akane!"
Sang ayah dan ibu langsung mengejar Akane. Akiha pun mengikuti mereka.
"Kalian. Benar-benar mengganggu." ucap Akane yang berhenti melangkah.
"Akane. Ibu mohon, jangan pergi." ucap ibu.
"Oh, jadi kalian benar-benar berniat untuk menghalangiku?"
"Akane. Kamu adalah anak kami. Jangan menyerah kepada takdir yang buruk itu. Kita dapat mematahkan takdir itu bersama!" kata ayah.
"Aku tidak peduli! Aku benci kalian yang melahirkan dan membesarkan orang sepertiku! Jika kalian ingin menghentikanku, seharusnya sejak dulu kalian membunuhku!!" seru Akane.
Akane.. Akiha terkejut dan air mata mulai membasahi pipinya.
"Akane! Selama ini kami telah membesarkan dan mengamatimu. Kami yakin bahwa kamu adalah anak yang mampu melawan apapun, termasuk sosok lain dalam dirimu itu!" kata ibu.
"DIAMM! Aku akan membunuh kalian semua!!"
Tiba-tiba, mata Akane berubah merah total..
"Tidakk! Akane, jangan kau lakukan itu!" seru Akiha, namun suaranya tidak keluar.
Akane bersiap untuk membunuh kedua orang tuanya sendiri. Mereka hanya menutup mata.
"Celaka.. Tidakk! Akane, hentikan semua ini!" Akiha terus berseru-seru tanpa suara.
Sepertinya mereka tidak dapat mendengar ataupun melihat Akiha. Lalu, pembunuhan keji itu terjadi...
"Tidakkkkkk!!!!!" jerit Akiha dengan tangisan histeris, sambil memejamkan matanya rapat-rapat.
Setelah mencabik-cabik tubuh kedua orang tuanya sendiri, Akane membakar tubuh mereka.
"TIDAKKKK!!! Huhuhuhu.... ohok ohok" Akiha menangis pilu dan tidak dapat membuka matanya. Ia merasa amat sengsara dan mual.
Kemudian..
"Akane."
Akiha mendengar suaranya sendiri, lalu perlahan-lahan dan dengan gemetaran ia membuka matanya.
"Akiha."
"Akane, dimana ayah dan ibu? Bukannya hari ini mereka telah berjanji untuk mengajari kita kemampuan khusus untuk pertama kalinya?" ucap Akiha pada saat itu, dengan bersemangat.
"Akiha. Kau naif sekali. Mana mungkin mereka akan mengajari kita.." ucap Akane.
"Eh? Apa maksudmu, Akane?"
"Kemampuan khusus itu.. tidak dapat dipelajari. Percuma saja, walaupun mereka berkata sebaliknya."
"Akane. Mungkin saja, mereka akan memberikan kemampuan khusus itu kepada kita. Bukankah begitu? Hehe." ucap Akiha dengan polos.
"Akiha.." tiba-tiba, Akane meneteskan air mata dan tubuhnya terhuyung-huyung.
"Akane..? Kau kenapa?" Akiha dengan cekatan langsung menompang tubuh Akane.
"Kedua orang tua kita.. telah diserang." tangis Akane.
"Apa? Apa maksudmu.. Akane?"
"Mereka.. sudah.. tiada."
"Apa?! Tidak.. tidak mungkin.."
"Itu benar, Akiha. Mereka melindungiku.. dan tentu saja, mereka juga ingin melindungimu. Mereka telah dibunuh oleh musuh."
"Tidakkkkkkkkkk!!!"
"Tidakkkkkkkkkk!!!"
Akiha yang dulu dan saat ini sama-sama menjerit dengan siksaan yang hebat.
Akiha hanya dapat menangis dan merasa tak berdaya. Kepalanya mulai pusing, tubuhnya lemas, dan ia muntah.
"Niisan. Apa yang telah kau perlihatkan padanya?" ucap Kaoru.
"Memori." jawab Saoru singkat, warna matanya dengan sekejap kembali seperti semula.
"Memori? Maksud niisan.. ingatan Akiha?" tanya Kaoru.
"Benar."
"Akiha!"
Kaoru berlari dengan cepat dan meraih tubuh Akiha yang terjatuh pingsan.
"Niisan. Sebenarnya ingatan seperti apa yang kau perlihatkan padanya?" Kaoru bertanya lagi kepada kakaknya.
"Hm. Sebenarnya, itu bukan murni ingatannya sendiri."
"Lalu?"
"Dibandingkan ingatan, aku memberinya penglihatan akan masa lalu. Hal yang selama ini tidak diketahui dan telah mengelabuhinya."
"Akane..!" ucap Kaoru, langsung paham.
"Bingo. Sepertinya, ingatan akan kedua orang tuanya adalah hal yang selalu ingin dikenang, sekaligus kelemahannya saat ini." kata Saoru dengan santai dan ekspresi wajah yang biasa saja.
"Namun.. bukankah itu terlalu berlebihan, niisan?"
"Kaoru, kau terlalu berhati lembut. Padahal lebih baik jika kau sedikit dingin seperti dulu."
"!!"
"Yah, tapi mungkin ada baiknya juga dirimu yang saat ini."
"Niisan.."
"Aku pergi dulu. Jagalah dia hingga siuman." ucap Saoru.
"Baiklah." jawab Kaoru, sambil menatap Akiha.
Dengan sekejap, Saoru sudah tidak ada di sana.
"Akiha, kau beruntung. Meski kau belum dapat mengetahui seluruh kemampuan asli mata Saoru-niisan ataupun menganalisa tekniknya, dia telah mengajari dan tidak berniat untuk menyakitimu." ucap Kaoru lembut.
Kaoru terdiam sejenak.
"Andai niisan selembut itu padaku. Dia tidak pernah mengajariku tanpa berniat untuk membunuhku." ucap Kaoru pelan, lalu mengangkat tubuh Akiha dan membawanya masuk ke dalam kamar Akiha.
Sementara itu, dari kejauhan di balik salah satu pilar besar kuil itu, Saoru telah mengamati adiknya dengan sorot mata yang tidak terbaca, namun menyimpan suatu makna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Anak Ajaib
Kerenn thor 😍 semangatt!
2020-04-27
1
K World 1
cerita baru yg bagus sekali 👍😊😊
2020-04-04
1
Channi
😍😍😍😎 bagusss keren deh pinky 💖💖😁
2020-04-04
1